Marak Aksi Protes, Turki Keluarkan Travel Warning ke AS
A
A
A
ANKARA - Turki memperingatkan warganya tentang perjalanan ke Amerika Serikat (AS) dalam menanggapi aksi protes yang terjadi di sejumlah kota di negara itu. Kementerian Luar Negeri Turki menyebut kekerasan meningkat seiring terjadinya aksi protes terhadap presiden terpilih Donald Trump.
"Dalam konteks risiko yang disebabkan oleh insiden dan ketegangan sosial, warga kami yang tinggal di AS atau mereka yang tengah mempertimbangkan untuk pergi ke sana harus berhati-hati," kata Kementerian Luar Negeri Turki seperti dikutip dari Reuters, Minggu (13/11/2016).
Para demonstran berencana untuk berkumpul kembali di kota nasional AS pada hari Sabtu untuk memprotes Trump. Para demonstran menilai terpilihnya Trump menimbulkan ancaman bagi hak-hak sipil dan asasi mereka. Aksi dilakukan sehari setelah seorang pengunjuk rasa ditembak di Portland, Oregon.
Bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS memperbarui travel warning ke Turki, memulangkan anggota keluarga karyawan konsulat di Istanbul, mengutip ancaman terhadap warga negara AS.
Hubungan antara AS dan Turki saat ini berada di titik nadir setelah Ankara meminta Washington untuk mengekstradisi Fethullah Gulen. Ankara menyalahkan ulama sekaligus tokoh oposisi itu terkait kudeta yang gagal pada bulan Juli lalu.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengatakan dia berharap untuk peningkatan hubungan bilateral setelah kemenangan Trump, dan menyerukan kembali ekstradisi Gulen.
"Dalam konteks risiko yang disebabkan oleh insiden dan ketegangan sosial, warga kami yang tinggal di AS atau mereka yang tengah mempertimbangkan untuk pergi ke sana harus berhati-hati," kata Kementerian Luar Negeri Turki seperti dikutip dari Reuters, Minggu (13/11/2016).
Para demonstran berencana untuk berkumpul kembali di kota nasional AS pada hari Sabtu untuk memprotes Trump. Para demonstran menilai terpilihnya Trump menimbulkan ancaman bagi hak-hak sipil dan asasi mereka. Aksi dilakukan sehari setelah seorang pengunjuk rasa ditembak di Portland, Oregon.
Bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS memperbarui travel warning ke Turki, memulangkan anggota keluarga karyawan konsulat di Istanbul, mengutip ancaman terhadap warga negara AS.
Hubungan antara AS dan Turki saat ini berada di titik nadir setelah Ankara meminta Washington untuk mengekstradisi Fethullah Gulen. Ankara menyalahkan ulama sekaligus tokoh oposisi itu terkait kudeta yang gagal pada bulan Juli lalu.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengatakan dia berharap untuk peningkatan hubungan bilateral setelah kemenangan Trump, dan menyerukan kembali ekstradisi Gulen.
(ian)