Luncurkan J-20, China Saingi AS-Rusia

Selasa, 01 November 2016 - 12:46 WIB
Luncurkan J-20, China...
Luncurkan J-20, China Saingi AS-Rusia
A A A
BEIJING - China menunjukkan eksistensi dan harga dirinya dengan meluncurkan pesawat siluman J-20 untuk pertama kalinya. J-20 yang dikembangkan selama lebih dari 15 tahun itu akan menunjukkan kehebatan di Pameran Kedirgantaraan Internasional China di Zhuhai, China.

Dunia akan menyaksikan kemajuan teknologi pesawat tempur China yang berkembang sangat pesawat. J-20 akan menyaingi pesawat F-22 Raptor dan F-35 Lightning II produksi Lockheed Martin untuk menunjukkan siapa yang menguasai angkasa. Dengan J-20, China berharap itu akan mengurangi kesenjangan militer dengan Amerika Serikat (AS).

Kemampuan J-20 juga akan memperkuat China yang menghadapi ketegangan dengan negara tetangga di Laut China Timur dan Laut China Selatan. J-20 mampu memperkuat operasi pertahanan dan penyerangan yang dilakukan China. ”Produksi J-20 telah sesuai rencana dan akan membantu misi Angkatan Udara (AU) untuk mengamankan kedaulatan dan keamanan nasional,” kata juru bicara AU China Shen Jinke, dilansir South China Morning Post.

AU China menyatakan J-20 merupakan pesawat siluman generasi baru. Pesawat itu akan mulai beroperasi dalam waktu dekat. Para analis memperkirakan J-20 akan diproduksi lebih cepat dibandingkan rival utamanya, F-22 Raptor. Namun, banyak juga pakar yang mengungkapkan perusahaan pertahanan China masih berjuang keras memproduksi mesin pesawat supercanggih sehingga bisa bersaing dengan jet tempur dari Barat.

J-20 itu menjadi pembuktian bagi China yang bersaing dengan AS yang ingin terus mendominasi Asia. Beijing ingin menunjukkan mereka mampu bersaing. Dengan memiliki pesawat itu, China menjadi perhatian penuh Pentagon.

Pesawat itu dikhawatirkan akan menjadi pesaing F-22 Raptor yang menjadi keunggulan AS. ”J-20 akan menjadi perhatian para pengamat militer baik di China ataupun di luar negeri,” kata Presiden Perusahaan Pesawat China AVIC Tan Ruisong, dilansir Daily Mail. ”J-20 melakukan demonstrasi penerbangan publik yang pertama kalinya,” tuturnya.

Dia mengungkapkan pesawat tersebut merupakan bentuk perwujudan perkembangan teknologi China dalam 20 tahun terakhir. Selain J-20, China juga meluncurkan pesawat transportasi militer Y-20 yang juga dipertunjukkan hari ini. Y-20 bisa disandingkan dengan pesawat kargo militer produk AS C-17.

Pada 2014 China mempertunjukkan J-31 di Zhuhai saat kunjungan Presiden AS Barack Obama di KTT Asia- Pasifik. Beijing sangat berharap J-31 yang masih dikembangkan akan berkompetisi dengan pesawat siluman F-35 di pasar internasional. Kemudian, CNN melaporkan China juga akan mempertunjukkan pesawat multiperan J- 10B, kemudian Shaanxi KJ-500, dan pengebom strategis Xian H- 6K. Helikopter serangan Changhe Z-10K juga akan ditampilkan pertama kali.

Kemudian, Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) akan meluncurkan CH-5 UAV yang dikenal sebagai imitasi MQ-9 Reaper buatan AS. Pesawat nirawak menjadi sisi lain dalam pameran kedirgantaraan tersebut seperti Wing LoongII milik AVIC. Sistem pertahanan misil juga menjadi peralatan yang dipamerkan dalam pameran tersebut.

Tahun lalu Luoyang Electro-Optical Research Institute (LEOC) mengumumkan misil PL-10 yang bisa menembak jatuh pesawat. ”PL-10 memiliki daya jelajah misil hingga 19 km dengan dilengkapi pencari inframerah dan kemampuan antigangguan,” tutur Liang Xiaogeng, kepala desainer misil LEOC, dilansir Sputnik News .

Berebut Pasar Industri Pesawat

Bukan persaingan geopolitik semata, Beijing-Washington juga bersaing untuk berebut pasar industri pertahanan yang terus menunjukkan geliatnya. Selepas Perang Dingin, belanja pertahanan masih terus digenjot oleh beberapa negara, khusus pesawat tempur. Itu berbeda dengan pesawat penerbangan sipil yang cenderung menunjukkan stagnasi.

”Pesanan pesawat komersial di beberapa lokasi tidak menunjukkan geliat. Sedangkan industri pertahanan, khususnya pesawat tempur, terus tumbuh di AS dan pasar dunia,” kata Konsultan Teal Group Richard Aboulafia kepada Reuters . ”Itu kombinasi siklus persenjataan yang meningkat karena ketegangan regional dan kekuatan yang berlebihan,” paparnya.

Menurut Tan, AVIC telah mampu menjual produknya di 80 negara dengan penjualan di luar negeri mencapai USD11,8 miliar. ”Perusahaan ini ingin mengingatkan misi suci untuk melayani China,” katanya.

Dia mengatakan, industri pertahanan khususnya pesawat tempur bertujuan melaksanakan rencana strategis Partai Komunis, pemerintah, dan Tentara Pembebasan Rakyat. ”Kita juga mendukung kepemimpinan Presiden Xi Jinping,” paparnya.

Kemudian, topik panas di Zhuhai yang lain adalah penundaan penerbangan C919 produksi perusahaan penerbangan milik China, Comac. Selama ini Comac ingin mencoba menghapus dominasi Airbus dan Boeing. Sebenarnya C919 dijadwalkan akan terbang tahun ini, tetapi sumber Comac menyatakan pesawat itu baru siap uji terbang pada 2017.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3959 seconds (0.1#10.140)