Bersitegang dengan Erdogan, Nasib PM Turki di Ujung Tanduk

Kamis, 05 Mei 2016 - 14:36 WIB
Bersitegang dengan Erdogan, Nasib PM Turki di Ujung Tanduk
Bersitegang dengan Erdogan, Nasib PM Turki di Ujung Tanduk
A A A
ANKARA - Nasib Perdana Menteri Turki Ahmed Davutoglu dilaporkan tengah berada di ujung tanduk. Kurang harmonisnya hubungan dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan menjadi salah satu penyebab goyahnya posisi Davutoglu.

Melansir Al Arabiya pada Kamis (5/5), partai berkuasa di Turki, AKP, yang merupakan partai asal Erdogan dan Davotuglu dilaporkan akan melakukan pertemuan pada pekan dengan untuk membahas nasib Davutoglu.

Sejumlah sumber di AKP menuturkan, kemungkinan besar pihak partai akan mengganti posisi Davutoglu. Kabar ini muncul tidak lama setelah adanya pertemuan antara Davutoglu dengan Ergodan untuk membahas mengenai konstitusi baru di Turki.

Ergodan memiliki keinginan untuk sistem pemerintahan Turki berubah dari Parlementer menjadi Presidensial. Perubahan sistem pemerintahan ini akan membuat posisi Erdogan sebagai Presiden Turki semakin kuat.

Keinginan Erdogan ini kurang mendapatkan respon positif dari Davotoglu. Pihak Erdogan menuding Davotoglu, yang saat ini menjadi pemimpin AKP tidak memberikan dukungan atas perubahan konstituasi ini, yang pada akhirnya membuat hubungan kedua pihak menjadi tidak harmonis.

Pengamat dari Teneo Intelligence, Wolfango Piccoli menuturkan, proses pelengseran Davotoglu dari posisi pemimpin AKP, dan juga Perdana Menteri Turki menjadi bukti kuat bahwa posisi Erdogan di AKP sudah terlalu kuat. Dirinya juga yakin, saat Davotoglu lengser, posisi Erdogan akan semakin kuat, dan kemungkinan besar perubahan konstitusi di Turki akan berubah, akibat pengaruh kuat Erdogan di partai.

"Kemungkinan lengsernya Davutoglu sebagai pemimpin partai dan PM merupakan episode lain yang menunjukkan bahwa dominasi Erdogan atas AKP dan eksekutif adalah mutlak dan tak tertandingi. Dalam kelumpuhan kebijakan jangka pendek akan menang dan kemudian, setelah pemimpin partai baru terpilih, upaya yang lebih tajam untuk mengamandemen konstitusi bisa terjadi," ucapnya Piccoli.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3241 seconds (0.1#10.140)