Rusia Tak Ingin Jadi Adidaya, tapi Tak Mau Dipermalukan AS

Sabtu, 20 Juni 2015 - 09:35 WIB
Rusia Tak Ingin Jadi...
Rusia Tak Ingin Jadi Adidaya, tapi Tak Mau Dipermalukan AS
A A A
ST PETERSBURG - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan bahwa, negaranya tidak bertindak agresif dan tidak bercita-cita menjadi negara adidaya. Hanya saja, Putin tidak bisa terima jika Rusia dipermalukan Amerika Serikat (AS).

Putin menyampaikan sikap Rusia itu dalam sebuah forum bisnis di St. Petersburg. Dia ingin Rusia dihormati oleh mitra-mitra internasionalnya.

Dalam forum itu, Putin tidak setuju dengan komentar mantan Perdana Menteri Prancis, Francois Fillon, yang menyebut Rusia bertindak berlebihan dan agresif. ”Kami tidak bertindak agresif. Kami telah mulai membela kepentingan kita secara terus-menerus dan konsisten,” kata Putin.

“Rusia tidak bercita-cita untuk jadi hegemoni atau berstatus negara adidaya,” katanya lagi. ”Kami tidak memaksakan standar kita sendiri atau model perilaku (Rusia) pada siapa pun. Kami ingin hubungan yang sama dengan semua negara dari komunitas masyarakat internasional. Dengan AS, Eropa dan mitra Asia,” lanjut Putin.

Kendati demikian, Putin menekankan bahwa dia tidak bisa terima jika Rusia dpermalukan AS. ”Saya selalu mendengar bahwa Rusia ingin dihormati. Dan siapa yang tidak (ingin dihormati)? Siapa yang ingin dipermalukan? Pertanyaan itu sendiri aneh. Dengan meminta untuk dihormati Rusia tidak menuntut sesuatu yang eksklusif,” tegas Putin, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (20/6/2015).

Dia memperingatkan bahwa Washington dan sekutunya mencoba untuk menggunakan bahasa ultimatum dalam menjalin hubungan dengan Rusia. ”Masalahnya adalah bahwa mereka (AS) terus mencoba untuk memaksakan standar dan keputusan mereka pada kami tanpa memperhatikan kepentingan kita,” ujar Putin.

”Pada intinya mereka mengatakan; ’Kita lebih baik,' seolah-olah AS lebih tahu (dari Rusia) tentang apa yang baik bagi kita. Nah, mari kita memutuskan untuk diri kita sendiri, apa kepentingan dan kebutuhan kita yang telah ditentukan oleh sejarah dan budaya kita,” kata Presiden Rusia itu.

Putin lantas membahas soal krisis Ukraina. Menurutnya, jika Rusia dipaksa mempengaruhi Donbas (kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur), maka AS dan Uni Eropa juga jarus harus mempengaruhi Pemerintah Ukraina. Dengan demikian, konflik berdarah di Ukraina timur bisa berakhir.
(mas)
Berita Terkait
Hubungan Amerika Serikat...
Hubungan Amerika Serikat dan Ukraina Dikabarkan Retak
Fakta Perang Hibrida...
Fakta Perang Hibrida Amerika Serikat-Rusia
Perbandingan Wagner...
Perbandingan Wagner Rusia dan Blackwater Amerika Serikat
Pejabat Rusia yang Dilarang...
Pejabat Rusia yang Dilarang Masuk ke Amerika Serikat
Amerika Serikat: Iran...
Amerika Serikat: Iran Sekarang Beking Militer Utama Rusia
Campur Tangan Amerika...
Campur Tangan Amerika Serikat dalam Perang Rusia-Ukraina
Berita Terkini
YouTuber Ini Usik Suku...
YouTuber Ini Usik Suku Paling Terasing di Dunia, Ulahnya Dicap Ceroboh dan Bodoh
51 menit yang lalu
NATO Latihan Tempur...
NATO Latihan Tempur Besar-besaran Kerahkan 91 Pesawat, Belajar dari Perang Rusia-Ukraina
1 jam yang lalu
PM Kanada Komentari...
PM Kanada Komentari Genosida Gaza oleh Israel, Netanyahu Marah
2 jam yang lalu
China Bangun Jembatan...
China Bangun Jembatan Tertinggi di Dunia, Bakal Pangkas Waktu Tempuh dari 1 Jam Menjadi 1 Menit
3 jam yang lalu
Rusia Mencap Menlu Pertamanya...
Rusia Mencap Menlu Pertamanya Agen Asing karena Mengkritik Keras Putin dan Perang Ukraina
5 jam yang lalu
10 Orang Sekeluarga,...
10 Orang Sekeluarga, Termasuk 7 Anak, Tewas Dibom Israel di Gaza
6 jam yang lalu
Infografis
Balas Dendam ke AS,...
Balas Dendam ke AS, China Naikkan Tarif Impor Jadi 125%
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved