Profil Ayatollah Ruhollah Khomeini, Imam Syiah Pendiri Republik Islam Iran
loading...
A
A
A
TEHERAN - Ayatollah Ruhollah Khomeini merupakan sosok pemimpin agama dan politik Iran yang menjadikan negara tersebut sebagai republik Islam pertama di dunia.
Dilansir dari Britannica, Ayatullah Ruhollah Khomeini yang punya nama asli Ruhollah Mostafavi Musavi ini lahir pada 24 Desember 1902 di Khomeyn, Iran.
Selain dikenal sebagai seorang tokoh politik, Khomeini juga merupakan cendekiawan dan menghasilkan banyak tulisan tentang filsafat, hukum, dan etika Islam.
Karena kecerdasannya ini membuat dia dikenal dengan nama Khomayn (dapat dieja Khomeini) yang berasal dari nama kampung halamannya.
Pada tahun 1950, dia diakui sebagai seorang Ayatollah, atau seorang pemimpin agama besar. Pada tahun 1960, Khomeini mendapat gelar Ayatollah Agung, sehingga menjadi salah satu pemimpin agama tertinggi komunitas Syiah di Iran.
Namanya semakin mencuat ketika melakukan penentangan terhadap penguasa Iran saat itu, Mohammad Reza Shah Pahlavi. Kecaman ini terkait program modernisasi agresif yang dikenal sebagai Revolusi Putih di tahun 1960.
Revolusi tersebut mencakup peningkatan emansipasi wanita, pengurangan pendidikan agama, hingga beberapa aturan yang dianggap dapat merusak ekonomi pedesaan.
Sebab itulah yang membuat Ayatollah Ruhollah Khomeini cukup vokal menjadi pengkritik program Syah dan disebut menjadi dalang di balik kerusuhan antipemerintah.
Menurut BBC, Khomeini ditangkap dinas keamanan Syah karena menentang rezim pro-Barat di tahun 1962.
Kemudian pada tahun 1964, dia lalu diasingkan paksa dan hidup secara nomaden mulai dari Turki, Irak, hingga ke Prancis.
Pada saat tersebut juga Khomeini mendesak pengikutnya menggulingkan Syah. Dibarengi dengan ketidakpuasan publik pada rezim tersebut, membuat demonstrasi meledak pada tahun 1970, dan banyak menimbulkan kerusuhan disertai dengan pemogokan kerja di seluruh negeri.
Sembilan tahun kemudian pemerintahan Syah akhirnya runtuh. Syah dan keluarganya melarikan diri ke luar negeri.
Tepatnya pada 1 Februari 1979, Ayatollah Ruhollah Khomeini kembali ke Iran dengan menggenggam kemenangan. Dia lantas mendeklarasikan republik Islam dan diangkat sebagai pemimpin politik dan agama di negara tersebut.
Setelah berkuasa Khomeini membuktikan tekadnya menciptakan Republik Islam di Iran dan menetapkan beberapa aturan yang cukup ekstrim.
Kebijakan itu misalnya menekan pihak oposisi domestik yang tersisa. Oposisi ditangkap dan dipenjara. Beberapa aktivis oposisi bahkan dibunuh.
Kemudian wanita Iran diwajibkan mengenakan kerudung. Musik barat dan minuman beralkohol juga dilarang. Sedangkan hukum Iran menganut hukum Islam yang berlaku sesuai syiah.
Dilansir dari Britannica, Ayatullah Ruhollah Khomeini yang punya nama asli Ruhollah Mostafavi Musavi ini lahir pada 24 Desember 1902 di Khomeyn, Iran.
Selain dikenal sebagai seorang tokoh politik, Khomeini juga merupakan cendekiawan dan menghasilkan banyak tulisan tentang filsafat, hukum, dan etika Islam.
Karena kecerdasannya ini membuat dia dikenal dengan nama Khomayn (dapat dieja Khomeini) yang berasal dari nama kampung halamannya.
Pada tahun 1950, dia diakui sebagai seorang Ayatollah, atau seorang pemimpin agama besar. Pada tahun 1960, Khomeini mendapat gelar Ayatollah Agung, sehingga menjadi salah satu pemimpin agama tertinggi komunitas Syiah di Iran.
Namanya semakin mencuat ketika melakukan penentangan terhadap penguasa Iran saat itu, Mohammad Reza Shah Pahlavi. Kecaman ini terkait program modernisasi agresif yang dikenal sebagai Revolusi Putih di tahun 1960.
Revolusi tersebut mencakup peningkatan emansipasi wanita, pengurangan pendidikan agama, hingga beberapa aturan yang dianggap dapat merusak ekonomi pedesaan.
Sebab itulah yang membuat Ayatollah Ruhollah Khomeini cukup vokal menjadi pengkritik program Syah dan disebut menjadi dalang di balik kerusuhan antipemerintah.
Menurut BBC, Khomeini ditangkap dinas keamanan Syah karena menentang rezim pro-Barat di tahun 1962.
Kemudian pada tahun 1964, dia lalu diasingkan paksa dan hidup secara nomaden mulai dari Turki, Irak, hingga ke Prancis.
Pada saat tersebut juga Khomeini mendesak pengikutnya menggulingkan Syah. Dibarengi dengan ketidakpuasan publik pada rezim tersebut, membuat demonstrasi meledak pada tahun 1970, dan banyak menimbulkan kerusuhan disertai dengan pemogokan kerja di seluruh negeri.
Sembilan tahun kemudian pemerintahan Syah akhirnya runtuh. Syah dan keluarganya melarikan diri ke luar negeri.
Tepatnya pada 1 Februari 1979, Ayatollah Ruhollah Khomeini kembali ke Iran dengan menggenggam kemenangan. Dia lantas mendeklarasikan republik Islam dan diangkat sebagai pemimpin politik dan agama di negara tersebut.
Setelah berkuasa Khomeini membuktikan tekadnya menciptakan Republik Islam di Iran dan menetapkan beberapa aturan yang cukup ekstrim.
Kebijakan itu misalnya menekan pihak oposisi domestik yang tersisa. Oposisi ditangkap dan dipenjara. Beberapa aktivis oposisi bahkan dibunuh.
Kemudian wanita Iran diwajibkan mengenakan kerudung. Musik barat dan minuman beralkohol juga dilarang. Sedangkan hukum Iran menganut hukum Islam yang berlaku sesuai syiah.
(sya)