Profil Brigade Al-Ridwan, Pasukan Khusus Hizbullah yang Siap Remuk Israel dari Dalam
loading...
A
A
A
BEIRUT - Ancaman Hizbullah di Lebanon terhadap Israel tak bisa dianggap remeh, apalagi jika sudah melibatkan pasukan khusus Brigade Al-Ridwan.
Hizbullah sebelumnya memperingatkan mereka tidak akan meninggalkan Palestina sendirian untuk diserang "serigala Zionis".
Tokoh senior Hizbullah Hassan Hoballah menyatakan Israel ketakutan dengan potensi gerakan Brigade Al-Ridwan memasuki Palestina yang diduduki Israel.
Hassan Hoballah adalah pejabat Hizbullah yang bertanggung jawab atas hubungan Palestina. Dia dilaporkan portal berita Rai al-Youm mengatakan, Amerika Serikat (AS) menyarankan Israel tidak mengubah aturan permainan di Palestina setelah penodaan Masjid Al Aqsa oleh Menteri Keamanan Nasional Israel yang baru Itamar Ben- Gvir dari kubu sayap kanan.
Lantas siapakah Brigade Al-Ridwan dan bagaimana sepak terjangnya selama ini?
Kekuatan Brigade Al-Ridwan sudah tersohor sejak lama, terutama ketika perang Suriah berkobar dan Hizbullah menjadi salah satu pendukung Presiden Suriah Bashar Al Asad.
Patut diketahui, Brigade Al-Ridwan adalah salah satu ujung tombak Presiden Assad dalam melawan kelompok pemberontak Suriah dan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Unit pasukan khusus itu sering dikirim ke garis depan pertempuran untuk menumpas pasukan pemberontak dan ISIS di Suriah.
Hizbullah juga telah menggunakan Brigade Al-Ridwan untuk mengancam Israel. Hizbullah bahkan pernah merilis video unit Brigade Al-Ridwan yang bertugas “menaklukkan” Galilea Israel pada tahun 2020.
Kelompok yang berbasis di Lebanon itu merilis video pelatihan yang dibuat Brigade Al-Ridwan.
Video yang dilansir YNet News itu menunjukkan para personil Brigade Al-Ridwan menjalankan latihan menembak dan berlatih pertarungan tangan kosong, dengan beberapa target dicat dengan Bintang Daud Israel berwarna biru.
Menurut militer Hizbullah saat itu, Brigade Al-Ridwan akan ditugaskan menyusup ke wilayah Israel, terutama melalui terowongan di bawah pagar perbatasan, dan melakukan perang gerilya di sepanjang Galilea utara.
Brigade Al-Ridwan terdiri dari pejuang terbaik kelompok Hizbullah yang didukung Iran. Unit pasukan elit itu bertanggung jawab melaksanakan misi organisasi yang paling rahasia dan sensitif.
Diyakini unit tersebut didirikan tokoh Hizbullah Nomor 2 Imad Mughniyeh, yang tewas dalam ledakan mobil tahun 2008 di Damaskus. Pembunuhan terhadap Mughniyeh itu dikaitkan dengan Israel.
Video pelatihan mereka dibagikan Hizbullah dan negara lain yang mendukungnya, terutama Iran dan proksi-proksinya.
Video itu muncul lebih dari sepekan setelah Iran menandai Hari Quds (Yerusalem), hari libur nasional yang diperkenalkan rezim setelah revolusi 1979.
Hari Quds itu digelar Iran untuk menyatakan dukungan bagi Palestina dan untuk menentang Zionisme dan Israel, serta peringatan 20 tahun penarikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dari Lebanon selatan.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan saat itu, "Israel takut pada Lebanon."
"Salah satu tujuan utama Israel tahun lalu adalah menghentikan Hizbullah meningkatkan kekuatannya di Lebanon, dan itu gagal. Gerakan perlawanan di Lebanon semakin meningkat," tegas Nasrallah.
Ancaman di Depan Muka Israel
Dalam perang di masa depan, target utama Hizbullah adalah menembakkan ratusan roket dan misil ke Israel setiap hari.
Sebagian besar rentetan serangan ini akan memiliki akurasi statistik yang tinggi, dengan sejumlah rudal jarak jauh yang mampu menjangkau hampir seluruh Israel.
Menurut laporan IDF Home Front Command yang menggambarkan ancaman Hizbullah yang akan dihadapi Israel dalam perang di masa depan, kira-kira 1.000-1.500 roket dan rudal akan diluncurkan ke Israel, ribuan rumah akan diserang dan ratusan warga sipil Israel akan diserang, terluka atau terbunuh.
Ratusan ribu orang diperkirakan akan dievakuasi dari rumah mereka. Ini meringkas besarnya ancaman, meskipun sistem pertahanan udara Israel termasuk yang terbaik di dunia.
Di darat, Hizbullah melatih Pasukan Khusus Brigade Al-Ridwan untuk melintasi perbatasan ke Israel dan menyerang kota-kota Israel.
Dalam skenario ini, yang disebut Hizbullah sebagai "Pendudukan Galilea", kelompok kecil Pasukan Khusus terlatih dari "Pasukan Brigade Al-Ridwan " akan menyusup ke kota-kota, dan menawan orang lain sebagai alat tawar-menawar.
"Pasukan Radwan" sudah lama beroperasi di Suriah dan mendapatkan pengalaman dalam serangan darat perkotaan dan menguasai kota-kota.
Dalam pidato sebelumnya, Nasrallah telah mengungkapkan niat destruktifnya dalam perang di masa depan dengan Israel.
Menandai "Hari Al-Quds" pada 2018, dia mengancam "musuh Israel" bahwa konflik antara kedua musuh akan "membuka jalan bagi ratusan, bahkan ribuan pejuang dari seluruh dunia Arab dan Islam untuk berpartisipasi."
Karena itu, dia sendiri memandang konflik tersebut sebagai konflik regional, berjuang agar seluruh dunia Arab bersatu melawan Israel.
Pada Juli 2017, Hizbullah mempublikasikan foto salah satu pejuangnya yang memegang tanda yang langsung ditujukan kepada Juru Bicara Bahasa Arab IDF, memperingatkan bahwa pertempuran kelompok itu di Suriah hanyalah praktik untuk invasi segera ke Israel.
Hal ini tidak hanya merupakan ancaman terbuka bagi Israel, tetapi juga merupakan indikasi yang jelas bahwa meskipun Hizbullah sebelumnya sudah tampak sibuk dengan pertempuran di Suriah, fokusnya adalah menaklukkan desa-desa Israel dan meremukkan rezim Zionis dari dalam!
Hizbullah sebelumnya memperingatkan mereka tidak akan meninggalkan Palestina sendirian untuk diserang "serigala Zionis".
Tokoh senior Hizbullah Hassan Hoballah menyatakan Israel ketakutan dengan potensi gerakan Brigade Al-Ridwan memasuki Palestina yang diduduki Israel.
Hassan Hoballah adalah pejabat Hizbullah yang bertanggung jawab atas hubungan Palestina. Dia dilaporkan portal berita Rai al-Youm mengatakan, Amerika Serikat (AS) menyarankan Israel tidak mengubah aturan permainan di Palestina setelah penodaan Masjid Al Aqsa oleh Menteri Keamanan Nasional Israel yang baru Itamar Ben- Gvir dari kubu sayap kanan.
Lantas siapakah Brigade Al-Ridwan dan bagaimana sepak terjangnya selama ini?
Kekuatan Brigade Al-Ridwan sudah tersohor sejak lama, terutama ketika perang Suriah berkobar dan Hizbullah menjadi salah satu pendukung Presiden Suriah Bashar Al Asad.
Patut diketahui, Brigade Al-Ridwan adalah salah satu ujung tombak Presiden Assad dalam melawan kelompok pemberontak Suriah dan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Unit pasukan khusus itu sering dikirim ke garis depan pertempuran untuk menumpas pasukan pemberontak dan ISIS di Suriah.
Hizbullah juga telah menggunakan Brigade Al-Ridwan untuk mengancam Israel. Hizbullah bahkan pernah merilis video unit Brigade Al-Ridwan yang bertugas “menaklukkan” Galilea Israel pada tahun 2020.
Kelompok yang berbasis di Lebanon itu merilis video pelatihan yang dibuat Brigade Al-Ridwan.
Video yang dilansir YNet News itu menunjukkan para personil Brigade Al-Ridwan menjalankan latihan menembak dan berlatih pertarungan tangan kosong, dengan beberapa target dicat dengan Bintang Daud Israel berwarna biru.
Menurut militer Hizbullah saat itu, Brigade Al-Ridwan akan ditugaskan menyusup ke wilayah Israel, terutama melalui terowongan di bawah pagar perbatasan, dan melakukan perang gerilya di sepanjang Galilea utara.
Brigade Al-Ridwan terdiri dari pejuang terbaik kelompok Hizbullah yang didukung Iran. Unit pasukan elit itu bertanggung jawab melaksanakan misi organisasi yang paling rahasia dan sensitif.
Diyakini unit tersebut didirikan tokoh Hizbullah Nomor 2 Imad Mughniyeh, yang tewas dalam ledakan mobil tahun 2008 di Damaskus. Pembunuhan terhadap Mughniyeh itu dikaitkan dengan Israel.
Video pelatihan mereka dibagikan Hizbullah dan negara lain yang mendukungnya, terutama Iran dan proksi-proksinya.
Video itu muncul lebih dari sepekan setelah Iran menandai Hari Quds (Yerusalem), hari libur nasional yang diperkenalkan rezim setelah revolusi 1979.
Hari Quds itu digelar Iran untuk menyatakan dukungan bagi Palestina dan untuk menentang Zionisme dan Israel, serta peringatan 20 tahun penarikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dari Lebanon selatan.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan saat itu, "Israel takut pada Lebanon."
"Salah satu tujuan utama Israel tahun lalu adalah menghentikan Hizbullah meningkatkan kekuatannya di Lebanon, dan itu gagal. Gerakan perlawanan di Lebanon semakin meningkat," tegas Nasrallah.
Ancaman di Depan Muka Israel
Dalam perang di masa depan, target utama Hizbullah adalah menembakkan ratusan roket dan misil ke Israel setiap hari.
Sebagian besar rentetan serangan ini akan memiliki akurasi statistik yang tinggi, dengan sejumlah rudal jarak jauh yang mampu menjangkau hampir seluruh Israel.
Menurut laporan IDF Home Front Command yang menggambarkan ancaman Hizbullah yang akan dihadapi Israel dalam perang di masa depan, kira-kira 1.000-1.500 roket dan rudal akan diluncurkan ke Israel, ribuan rumah akan diserang dan ratusan warga sipil Israel akan diserang, terluka atau terbunuh.
Ratusan ribu orang diperkirakan akan dievakuasi dari rumah mereka. Ini meringkas besarnya ancaman, meskipun sistem pertahanan udara Israel termasuk yang terbaik di dunia.
Di darat, Hizbullah melatih Pasukan Khusus Brigade Al-Ridwan untuk melintasi perbatasan ke Israel dan menyerang kota-kota Israel.
Dalam skenario ini, yang disebut Hizbullah sebagai "Pendudukan Galilea", kelompok kecil Pasukan Khusus terlatih dari "Pasukan Brigade Al-Ridwan " akan menyusup ke kota-kota, dan menawan orang lain sebagai alat tawar-menawar.
"Pasukan Radwan" sudah lama beroperasi di Suriah dan mendapatkan pengalaman dalam serangan darat perkotaan dan menguasai kota-kota.
Dalam pidato sebelumnya, Nasrallah telah mengungkapkan niat destruktifnya dalam perang di masa depan dengan Israel.
Menandai "Hari Al-Quds" pada 2018, dia mengancam "musuh Israel" bahwa konflik antara kedua musuh akan "membuka jalan bagi ratusan, bahkan ribuan pejuang dari seluruh dunia Arab dan Islam untuk berpartisipasi."
Karena itu, dia sendiri memandang konflik tersebut sebagai konflik regional, berjuang agar seluruh dunia Arab bersatu melawan Israel.
Pada Juli 2017, Hizbullah mempublikasikan foto salah satu pejuangnya yang memegang tanda yang langsung ditujukan kepada Juru Bicara Bahasa Arab IDF, memperingatkan bahwa pertempuran kelompok itu di Suriah hanyalah praktik untuk invasi segera ke Israel.
Hal ini tidak hanya merupakan ancaman terbuka bagi Israel, tetapi juga merupakan indikasi yang jelas bahwa meskipun Hizbullah sebelumnya sudah tampak sibuk dengan pertempuran di Suriah, fokusnya adalah menaklukkan desa-desa Israel dan meremukkan rezim Zionis dari dalam!
(sya)