Apa Itu Proxy War? Perang Gaya Baru antara Amerika Serikat dan Rusia

Jum'at, 23 Desember 2022 - 13:34 WIB
loading...
Apa Itu Proxy War? Perang...
Ilustrasi Presiden AS Joe Biden dan rudal yang meluncur dengan latar belakang bendera Ukraina. Foto/in defence of marxism
A A A
WASHINGTON - Proxy war merupakan suatu peperangan yang keduanya menggunakan pihak ketiga sebagai subjek pengganti dalam berkelahi secara langsung.

Dengan kata lain, dalam perang ini kedua belah pihak saling menyerang tanpa menyebabkan perang skala penuh.

Perang proxy terjadi setelah Perang Dingin selesai, karena biasanya kedua belah pihak membutuhkan pihak ketiga untuk terus melakukan konflik bersenjata atau setidaknya kedua belah pihak melakukan perang sambil terus menjalankan Perang Dingin.

Jika berbicara mengenai Perang Dingin tentu selalu mengingat dua negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia).



Perang Dingin berlangsung cukup lama yakni dimulai pada tahun 1947 hingga 1962, yang diakhiri dengan kedua belah pihak sepakat menarik rudalnya.

Meskipun dianggap telah berakhir kedua negara tersebut sampai sekarang masih melakukan Perang Dingin dan juga melakukan perang proksi. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov baru-baru ini.

“Ini adalah Proksi War di mana aliansi militer paling kuat di dunia, Pakta Pertahanan Atlantik Utara, menggunakan Ukraina sebagai pendobrak terhadap negara Rusia,” ujar Sergei Lavrov, dilansir dari Washington Post.

Apa Itu Proxy War Amerika Serikat dan Rusia?

Perang proxy merupakan negara yang dijadikan alat persaingan kekuatan besar dan sudah berlangsung lama karena memungkinkan satu pihak mengalahkan pihak lain tanpa bentrokan senjata langsung.

Selama Perang Dingin, Uni Soviet menghancurkan AS dengan mendukung proksi komunis di Korea dan Vietnam.

Kemudian AS membalas dendam di Afghanistan dan Nikaragua selama tahun 1980-an, mendukung pemberontak antikomunis yang membunuh pasukan Soviet atau menggoyahkan klien Moskow.

Proxy War pun menjadi perang gaya baru dua negara adidaya. Inti dari perang proksi ini adalah menemukan mitra negara yang berkomitmen dan bersedia melakukan pembunuhan dan adanya korban kematian, kemudian mengisinya dengan senjata, uang, dan kecerdasan yang diperlukan untuk memberikan persaingan terhadap lawan perangnya.

Strategi tersebut merupakan strategi perang gaya baru antara kedua negara adidaya dan memiliki kemungkinan untuk terus melakukan penyerangan terhadap keduanya dengan menggunakan perang proksi.

Hal tersebut telah diungkapkan pejabat Dewan Keamanan Nasional AS Richard Pipes.

“Amerika juga akan melakukan kepada Soviet apa yang telah mereka lakukan kepada kami,” ujar Richard Pipes, dilansir Washington Post.

Saat ini keduanya masih melakukan perang proksi yakni dengan menggunakan Ukraina sebagai pihak ketiga bagi mereka.

Ukraina telah menggunakan drone, senjata anti tank, dan alat lain yang disediakan oleh AS dan negara-negara Eropa untuk berusaha mengalahkan Rusia.

Perang ini tampaknya akan menjadi pertempuran jangka panjang bagi kedua pihak. Dampak perang tersebut dirasakan seluruh orang di penjuru dunia.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
Hamas Senang Trump Cabut...
Hamas Senang Trump Cabut Rencana AS Usir Warga Gaza
Ukraina Kehabisan Rudal...
Ukraina Kehabisan Rudal ATACMS Amerika untuk Melawan Rusia
Donald Trump: Tidak...
Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Rakyat Palestina dari Gaza
Ukraina Setuju Gencatan...
Ukraina Setuju Gencatan Senjata 30 Hari, Ini Respons Rusia
Ukraina Terima Gencatan...
Ukraina Terima Gencatan Senjata 30 hari, Berikut 4 Dampaknya bagi Perang Rusia
7 Fakta Donald Trump...
7 Fakta Donald Trump Memecat Tentara Transgender AS, dari 12.000 Prajurit LGBT hingga Bumerang Kepalsuan
Rekomendasi
Rinnai Indonesia Luncurkan...
Rinnai Indonesia Luncurkan Smart HOB RB-A2660G(B), Dilengkapi Teknologi Automatic Menu
Mobil Dinas Dipakai...
Mobil Dinas Dipakai Mudik Lebaran, Ini Sanksinya
PSI Yakin Ada Alasan...
PSI Yakin Ada Alasan Kuat di Balik Penundaan Pengangkatan CPNS dan PPPK
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
37 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
3 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
3 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
5 Kerugian Ukraina Setelah...
5 Kerugian Ukraina Setelah Ditinggalkan oleh Amerika Serikat
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved