AS-China Bersitegang di LCS, Rusia Siap Jadi Juru Damai
loading...
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia , Sergei Lavrov, menyuarakan keprihatinannya atas ketegangan China dengan Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan (LCS). Ketegangan keduanya membawa dampak terhadap stabilitas global, mencatat bahwa Rusia tidak akan mendapat manfaat dari mereka dengan cara apa pun.
Ia pun menegaskan bahwa Rusia siap menjadi juru damai bagi kedua negara jika diminta.
"Jika mereka bertanya kepada kami, jika mereka menunjukkan minat seperti itu, kami tidak akan menolak untuk melakukannya," kata Lavrov.
“Kami telah menjalin kontak dengan kedua belah pihak. Kami selalu siap untuk mencoba membantu, tetapi, tentu saja, kami tidak akan mendorong pelayanan kami kepada siapa pun," imbuhnya seperti dikutip dari AP, Sabtu (11/7/2020).
Ketegangan antara AS dengan China di jalur pelayaran internasional itu memasuki babak baru setelah Washington mengirim dua kapal induk dan sejumlah kapal perang untuk melakuan latihan militer di perairan yang disengketakan itu. (Baca: AS Kirim Dua Kapal Induk dan Kapal Perang ke LCS )
China pun bereaksi atas aksi AS itu. Media pemerintah China menyatakan pengerahan dua kapal induk Amerika Serikat (AS) ke Laut China Selatan telah menyenangkan Beijing. Keduanya dianggap sebagai target tempuk rudal anti-kapal kapan saja. (Baca: Dua Kapal Induk AS di Laut China Selatan Target Empuk Rudal China )
AS menuduh China melakukan militerisasi di Laut China Selatan dan berusaha mengintimidasi tetangga-tetangga Asianya yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gasnya yang banyak.
China mengklaim 90% dari Laut China Selatan yang berpotensi kaya energi miliknya. Namun Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim wilayah itu, di mana kawasan itu menjadi lalu lintas perdagangan senilai sekitar USD3 triliun.
Ia pun menegaskan bahwa Rusia siap menjadi juru damai bagi kedua negara jika diminta.
"Jika mereka bertanya kepada kami, jika mereka menunjukkan minat seperti itu, kami tidak akan menolak untuk melakukannya," kata Lavrov.
“Kami telah menjalin kontak dengan kedua belah pihak. Kami selalu siap untuk mencoba membantu, tetapi, tentu saja, kami tidak akan mendorong pelayanan kami kepada siapa pun," imbuhnya seperti dikutip dari AP, Sabtu (11/7/2020).
Ketegangan antara AS dengan China di jalur pelayaran internasional itu memasuki babak baru setelah Washington mengirim dua kapal induk dan sejumlah kapal perang untuk melakuan latihan militer di perairan yang disengketakan itu. (Baca: AS Kirim Dua Kapal Induk dan Kapal Perang ke LCS )
China pun bereaksi atas aksi AS itu. Media pemerintah China menyatakan pengerahan dua kapal induk Amerika Serikat (AS) ke Laut China Selatan telah menyenangkan Beijing. Keduanya dianggap sebagai target tempuk rudal anti-kapal kapan saja. (Baca: Dua Kapal Induk AS di Laut China Selatan Target Empuk Rudal China )
AS menuduh China melakukan militerisasi di Laut China Selatan dan berusaha mengintimidasi tetangga-tetangga Asianya yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gasnya yang banyak.
China mengklaim 90% dari Laut China Selatan yang berpotensi kaya energi miliknya. Namun Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim wilayah itu, di mana kawasan itu menjadi lalu lintas perdagangan senilai sekitar USD3 triliun.
(ber)