Negara NATO: Ukraina Punya Hak Menginvasi Balik Rusia
loading...
A
A
A
BERLIN - Jerman, salah satu negara NATO, berpendapat bahwa Ukraina memiliki hak untuk menginvasi balik Rusia sebagai tindakan membela diri.
Argumen itu muncul setelah dua pangkalan udara di wilayah Rusia diserang drone, yang Moskow sebut pelakunya adalah militer Kiev.
Kiev secara resmi belum mengaku bertanggung jawab atas serangan drone yang menyebakan dua pesawat pengebom nuklir Rusia rusak. Namun, pejabat di lingkaran dalam Presiden Voloymyr Zelensky mengakui bahwa serangan itu dilakukan oleh pasukan Ukraina.
Amerika Serikat (AS), yang memimpin aliansi NATO, enggan memberikan penilaian atas serangan drone tersebut. Washington juga menegaskan tidak mengizinkan dan tidak mendorong Kiev untuk melakukan serangan balik jauh di dalam wilayah Rusia.
"Ukraina memiliki hak untuk membela diri berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB," kata juru bicara pemerintah Jerman Steffen Hebestreit kepada wartawan ketika diminta untuk mengomentari laporan ledakan di lapangan terbang militer Rusia.
"Ukraina tidak berkewajiban membatasi upaya pertahanan di wilayahnya sendiri," lanjut dia, seperti dikutip Russia Today, kamis (8/12/2022).
Dua pangkalan pesawat pengebom strategis di wilayah Ryazan dan Saratov diserang oleh drone pada Senin pagi.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, tiga anggota dinas tewas dan beberapa lainnya luka-luka, sementara dua pesawat mengalami kerusakan ringan.
Namun, kementerian itu menegaskan bahwa serangan itu tidak mengganggu serangan yang direncanakan terhadap logistik militer Ukraina di kemudian hari.
Serangan itu terjadi pada hari yang sama dengan pengungkapan bahwa AS telah memodifikasi peluncur roket HIMARS sehingga Ukraina tidak dapat menggunakannya untuk menembakkan rudal jarak jauh. Langkah itu diduga sebagai upaya Washington untuk menghindari eskalasi dengan Kremlin.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada wartawan bahwa Washington "tidak mendorong atau memungkinkan Ukraina untuk menyerang di dalam wilayah Rusia".
"Tetapi, memberi peralatan yang mereka butuhkan untuk mempertahankan diri," katanya.
Moskow telah berulang kali memperingatkan AS dan NATO bahwa memberikan senjata berat ke Ukraina berisiko melintasi "garis merah" Rusia, dan melibatkan mereka dalam konflik secara langsung.
Washington dan sekutunya bersikeras bahwa mereka bukan pihak dalam permusuhan, tetapi terus mempersenjatai Kiev.
Kanselir Jerman Olaf Scholz telah berjanji untuk berinvestasi lebih banyak ke militernya."Sehingga Berlin dapat menjadi penjamin keamanan Eropa yang diharapkan oleh sekutu kami, pembangun jembatan di dalam Uni Eropa," katanya.
Mamun, media Jerman telah mencatat bahwa dibutuhkan waktu hingga 2026 untuk mencapai tujuan mandat NATO guna membelanjakan 2% dari PDB untuk angkatan bersenjata.
Argumen itu muncul setelah dua pangkalan udara di wilayah Rusia diserang drone, yang Moskow sebut pelakunya adalah militer Kiev.
Kiev secara resmi belum mengaku bertanggung jawab atas serangan drone yang menyebakan dua pesawat pengebom nuklir Rusia rusak. Namun, pejabat di lingkaran dalam Presiden Voloymyr Zelensky mengakui bahwa serangan itu dilakukan oleh pasukan Ukraina.
Amerika Serikat (AS), yang memimpin aliansi NATO, enggan memberikan penilaian atas serangan drone tersebut. Washington juga menegaskan tidak mengizinkan dan tidak mendorong Kiev untuk melakukan serangan balik jauh di dalam wilayah Rusia.
"Ukraina memiliki hak untuk membela diri berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB," kata juru bicara pemerintah Jerman Steffen Hebestreit kepada wartawan ketika diminta untuk mengomentari laporan ledakan di lapangan terbang militer Rusia.
"Ukraina tidak berkewajiban membatasi upaya pertahanan di wilayahnya sendiri," lanjut dia, seperti dikutip Russia Today, kamis (8/12/2022).
Dua pangkalan pesawat pengebom strategis di wilayah Ryazan dan Saratov diserang oleh drone pada Senin pagi.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, tiga anggota dinas tewas dan beberapa lainnya luka-luka, sementara dua pesawat mengalami kerusakan ringan.
Namun, kementerian itu menegaskan bahwa serangan itu tidak mengganggu serangan yang direncanakan terhadap logistik militer Ukraina di kemudian hari.
Serangan itu terjadi pada hari yang sama dengan pengungkapan bahwa AS telah memodifikasi peluncur roket HIMARS sehingga Ukraina tidak dapat menggunakannya untuk menembakkan rudal jarak jauh. Langkah itu diduga sebagai upaya Washington untuk menghindari eskalasi dengan Kremlin.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada wartawan bahwa Washington "tidak mendorong atau memungkinkan Ukraina untuk menyerang di dalam wilayah Rusia".
"Tetapi, memberi peralatan yang mereka butuhkan untuk mempertahankan diri," katanya.
Moskow telah berulang kali memperingatkan AS dan NATO bahwa memberikan senjata berat ke Ukraina berisiko melintasi "garis merah" Rusia, dan melibatkan mereka dalam konflik secara langsung.
Washington dan sekutunya bersikeras bahwa mereka bukan pihak dalam permusuhan, tetapi terus mempersenjatai Kiev.
Kanselir Jerman Olaf Scholz telah berjanji untuk berinvestasi lebih banyak ke militernya."Sehingga Berlin dapat menjadi penjamin keamanan Eropa yang diharapkan oleh sekutu kami, pembangun jembatan di dalam Uni Eropa," katanya.
Mamun, media Jerman telah mencatat bahwa dibutuhkan waktu hingga 2026 untuk mencapai tujuan mandat NATO guna membelanjakan 2% dari PDB untuk angkatan bersenjata.
(min)