Rusia Tembakkan Rudal Jelajah Simulasi Serangan Nuklir, tapi Ditembak Jatuh Ukraina
loading...
A
A
A
KIEV - Rusia telah menembakkan rudal jelajah ke Ukraina , yang dianggap militer Kiev untuk simulasi serangan nuklir . Namun, misil dengan hulu ledak nuklir palsu itu ditembak jatuh pasukan Kiev.
Outlet media yang berbasis di Ukraina, Defense Express, melaporkan salah satu rudal tipe X-55 yang ditembak jatuh di Kiev berisi blok "screwed-on" yang bertindak sebagai peniru hulu ledak nuklir.
Pusat Komunikasi Strategis (Stratcom) Angkatan Bersenjata Ukraina dalam sebuah posting yang dibagikan di Telegram pada Jumat (18/11/2022) mengonfirmasi seragan misil yang terindikasi sebagai simulasi serangan nuklir Rusia.
"Sederhananya—untuk serangan ini, Orks mengambil setidaknya satu Kh-55 dari 'persenjataan nuklir' mereka, 'melepaskan' hulu ledak nuklir dari rudal ini dan menggantinya dengan blok kosong, dan menembak ke Ukraina," kata Stratcom.
Orks adalah ledekan dari Ukraina untuk pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Meskipun kami tidak mengesampingkan bahwa seiring berkembangnya peristiwa, setidaknya beberapa rudal seperti itu akan muncul hari ini," lanjut Stratcom.
Perkembangan terbaru ini bisa menjadi upaya lain untuk menakuti-nakuti Barat mengingat retorika agresif Putin sejak dimulainya perang pada 24 Februari.
Ada spekulasi luas bahwa Presiden Rusia dapat menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina.
Namun, Putin tampaknya menurunkan retorika agresifnya bulan lalu di sebuah konferensi para pakar kebijakan luar negeri internasional, dengan mengatakan tidak perlu untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
Dia juga mengutip apa yang dia lihat sebagai keinginan mantan Perdana Menteri Inggris Liz Truss untuk menggunakan senjata nuklir, dengan menambahkan: "Apa yang seharusnya kami pikirkan?"
"Kami melihat itu sebagai posisi terkoordinasi, upaya untuk memeras kami," ujarnya.
Angkatan Udara Ukraina bulan lalu melaporkan Rusia kehabisan peralatan dan turun ke "stok inti" rudal balistik Iskander.
Namun demikian, serangan udara besar-besaran kembali menargetkan fasilitas energi Ukraina pada Kamis, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai lebih dari dua lusin lainnya.
Dua hari sebelumnya, pasukan Putin menembakkan lebih dari 100 rudal dan drone yang melumpuhkan jaringan listrik untuk 10 juta orang di Ukraina.
Rusia saat ini memiliki sekitar 4.000 hulu ledak nuklir yang dapat digunakan untuk memicu bencana global di Ukraina atau di tempat lain.
Presiden Vladimir Putin pernah berjanji untuk menggunakan segala cara yang dimilikinya untuk mempertahankan seluruh wilayah Rusia, termasuk beberapa wilayah Ukraina yang baru dicaplok.
Sedangkan Ukraina mengeklaim telah membunuh lebih dari 80.000 tentara Rusia, banyak di antaranya telah tewas dalam beberapa pekan terakhir setelah serangan balasan Ukraina yang kuat yang membebaskan kota Kherson.
Serangan Rusia juga melanda pusat kota Dnipro dan wilayah Odesa selatan Ukraina untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu dan menghantam infrastruktur kritis di wilayah timur laut Kharkiv dekat Izium, melukai tiga pekerja.
Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak menyebut serangan terhadap target energi sebagai taktik naif dari para pecundang yang pengecut.
"Ukraina tidak diam atau bisu meskipun perang. Suaranya bercampur dan mengoceh secara permanen," tulis dia di Twitter.
"Lagu kebangsaan, sirene serangan udara, misil mendesis dan menggedor kota-kota, generator berdengung, anak-anak menghentak dan berlomba [mencari keselamatan] di tempat perlindungan bom," lanjut dia.
"Tentara berbagi tawa dengan orang-orang yang mereka bebaskan. Lagu-lagu gembira di kota-kota yang tidak diduduki. Seperti inilah suara Ukraina sekarang," paparnya.
"Seperti inilah kebebasan terdengar sekarang. Keras. Untuk seluruh dunia. Meski sakit. Meski menderita. Kami tidak akan menyerah. Kami tak terkalahkan."
Outlet media yang berbasis di Ukraina, Defense Express, melaporkan salah satu rudal tipe X-55 yang ditembak jatuh di Kiev berisi blok "screwed-on" yang bertindak sebagai peniru hulu ledak nuklir.
Pusat Komunikasi Strategis (Stratcom) Angkatan Bersenjata Ukraina dalam sebuah posting yang dibagikan di Telegram pada Jumat (18/11/2022) mengonfirmasi seragan misil yang terindikasi sebagai simulasi serangan nuklir Rusia.
"Sederhananya—untuk serangan ini, Orks mengambil setidaknya satu Kh-55 dari 'persenjataan nuklir' mereka, 'melepaskan' hulu ledak nuklir dari rudal ini dan menggantinya dengan blok kosong, dan menembak ke Ukraina," kata Stratcom.
Orks adalah ledekan dari Ukraina untuk pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Meskipun kami tidak mengesampingkan bahwa seiring berkembangnya peristiwa, setidaknya beberapa rudal seperti itu akan muncul hari ini," lanjut Stratcom.
Perkembangan terbaru ini bisa menjadi upaya lain untuk menakuti-nakuti Barat mengingat retorika agresif Putin sejak dimulainya perang pada 24 Februari.
Ada spekulasi luas bahwa Presiden Rusia dapat menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina.
Namun, Putin tampaknya menurunkan retorika agresifnya bulan lalu di sebuah konferensi para pakar kebijakan luar negeri internasional, dengan mengatakan tidak perlu untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
Dia juga mengutip apa yang dia lihat sebagai keinginan mantan Perdana Menteri Inggris Liz Truss untuk menggunakan senjata nuklir, dengan menambahkan: "Apa yang seharusnya kami pikirkan?"
"Kami melihat itu sebagai posisi terkoordinasi, upaya untuk memeras kami," ujarnya.
Angkatan Udara Ukraina bulan lalu melaporkan Rusia kehabisan peralatan dan turun ke "stok inti" rudal balistik Iskander.
Namun demikian, serangan udara besar-besaran kembali menargetkan fasilitas energi Ukraina pada Kamis, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai lebih dari dua lusin lainnya.
Dua hari sebelumnya, pasukan Putin menembakkan lebih dari 100 rudal dan drone yang melumpuhkan jaringan listrik untuk 10 juta orang di Ukraina.
Rusia saat ini memiliki sekitar 4.000 hulu ledak nuklir yang dapat digunakan untuk memicu bencana global di Ukraina atau di tempat lain.
Presiden Vladimir Putin pernah berjanji untuk menggunakan segala cara yang dimilikinya untuk mempertahankan seluruh wilayah Rusia, termasuk beberapa wilayah Ukraina yang baru dicaplok.
Sedangkan Ukraina mengeklaim telah membunuh lebih dari 80.000 tentara Rusia, banyak di antaranya telah tewas dalam beberapa pekan terakhir setelah serangan balasan Ukraina yang kuat yang membebaskan kota Kherson.
Serangan Rusia juga melanda pusat kota Dnipro dan wilayah Odesa selatan Ukraina untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu dan menghantam infrastruktur kritis di wilayah timur laut Kharkiv dekat Izium, melukai tiga pekerja.
Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak menyebut serangan terhadap target energi sebagai taktik naif dari para pecundang yang pengecut.
"Ukraina tidak diam atau bisu meskipun perang. Suaranya bercampur dan mengoceh secara permanen," tulis dia di Twitter.
"Lagu kebangsaan, sirene serangan udara, misil mendesis dan menggedor kota-kota, generator berdengung, anak-anak menghentak dan berlomba [mencari keselamatan] di tempat perlindungan bom," lanjut dia.
"Tentara berbagi tawa dengan orang-orang yang mereka bebaskan. Lagu-lagu gembira di kota-kota yang tidak diduduki. Seperti inilah suara Ukraina sekarang," paparnya.
"Seperti inilah kebebasan terdengar sekarang. Keras. Untuk seluruh dunia. Meski sakit. Meski menderita. Kami tidak akan menyerah. Kami tak terkalahkan."
(min)