Menlu Rusia: Konflik di Ukraina adalah Perang Hibrida
loading...
A
A
A
BALI - Konflik di Ukraina adalah perang hibrida, di mana Rusia pada dasarnya menghadapi negara-negara Barat, yang memicu krisis sejak awal.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan hal itu pada Selasa (15/11/2022) di sela-sela KTT para pemimpin G20 di Bali, Indonesia.
Menteri yang memimpin delegasi Rusia itu mengatakan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mendorong untuk memasukkan masalah Ukraina dalam deklarasi akhir, yang akan ditandatangani para peserta pada Rabu (16/11/2022).
"Mereka ingin menambahkan kata-kata yang akan mengutuk tindakan Rusia atas nama seluruh klub G20, termasuk Rusia sendiri," ujar Lavrov.
Menurut dia, delegasi Moskow percaya masalah tersebut tidak relevan dengan agenda pertemuan, tetapi menyarankan agar mencerminkan perbedaan pendapat tentang hal itu.
“Tentu, ada perang yang sedang berlangsung di Ukraina. Satu perang hibrida yang dilancarkan oleh Barat dan dipersiapkan selama bertahun-tahun, dimulai dengan mendukung kudeta bersenjata (pada 2014 di Ukraina) dan pemberdayaan kekuatan rasis serta neo-Nazi secara terbuka di sana,” tegas dia.
Dia menjelaskan, peluncuran misi Uni Eropa (UE) pekan ini, yang bertujuan melatih 15.000 tentara Ukraina selama dua tahun, adalah contoh terbaru bagaimana negara-negara Barat mengambil bagian dalam "perang hibrida".
“Mempersenjatai dan mendanai pasukan Ukraina, pasokan intelijen dan bantuan dalam memilih target untuk aksi militer, yang dilakukan negara-negara Barat, menjadikan mereka peserta,” papar dia.
Lavrov mencatat negara-negara Barat mirip dengan Uni Soviet dalam cara mereka memperjuangkan masalah Ukraina di forum yang tidak terkait.
“Selama pertemuan Partai Komunis di beberapa pabrik Soviet, yang seharusnya membahas beberapa masalah manufaktur, dianggap benar untuk memulai diskusi dengan kecaman wajib terhadap imperialisme Amerika. Negara-negara Barat telah menggunakan pendekatan serupa di G20,” papar dia.
Menurut dia, dengan mengulangi mantra tentang "agresi tak beralasan" Rusia melawan Ukraina, negara-negara Barat meyakinkan negara-negara nonblok bahwa konflik sebenarnya diprovokasi oleh mereka dan bukan tindakan agresi oleh Rusia, tetapi tanggapan yang sah terhadap ancaman yang dibuat oleh Barat.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov mengungkapkan hal itu pada Selasa (15/11/2022) di sela-sela KTT para pemimpin G20 di Bali, Indonesia.
Menteri yang memimpin delegasi Rusia itu mengatakan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mendorong untuk memasukkan masalah Ukraina dalam deklarasi akhir, yang akan ditandatangani para peserta pada Rabu (16/11/2022).
"Mereka ingin menambahkan kata-kata yang akan mengutuk tindakan Rusia atas nama seluruh klub G20, termasuk Rusia sendiri," ujar Lavrov.
Menurut dia, delegasi Moskow percaya masalah tersebut tidak relevan dengan agenda pertemuan, tetapi menyarankan agar mencerminkan perbedaan pendapat tentang hal itu.
“Tentu, ada perang yang sedang berlangsung di Ukraina. Satu perang hibrida yang dilancarkan oleh Barat dan dipersiapkan selama bertahun-tahun, dimulai dengan mendukung kudeta bersenjata (pada 2014 di Ukraina) dan pemberdayaan kekuatan rasis serta neo-Nazi secara terbuka di sana,” tegas dia.
Dia menjelaskan, peluncuran misi Uni Eropa (UE) pekan ini, yang bertujuan melatih 15.000 tentara Ukraina selama dua tahun, adalah contoh terbaru bagaimana negara-negara Barat mengambil bagian dalam "perang hibrida".
“Mempersenjatai dan mendanai pasukan Ukraina, pasokan intelijen dan bantuan dalam memilih target untuk aksi militer, yang dilakukan negara-negara Barat, menjadikan mereka peserta,” papar dia.
Lavrov mencatat negara-negara Barat mirip dengan Uni Soviet dalam cara mereka memperjuangkan masalah Ukraina di forum yang tidak terkait.
“Selama pertemuan Partai Komunis di beberapa pabrik Soviet, yang seharusnya membahas beberapa masalah manufaktur, dianggap benar untuk memulai diskusi dengan kecaman wajib terhadap imperialisme Amerika. Negara-negara Barat telah menggunakan pendekatan serupa di G20,” papar dia.
Menurut dia, dengan mengulangi mantra tentang "agresi tak beralasan" Rusia melawan Ukraina, negara-negara Barat meyakinkan negara-negara nonblok bahwa konflik sebenarnya diprovokasi oleh mereka dan bukan tindakan agresi oleh Rusia, tetapi tanggapan yang sah terhadap ancaman yang dibuat oleh Barat.
(sya)