AS Tolak Pasok Drone Canggih Gray Eagle MQ-1C ke Ukraina, Ini Alasannya
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menolak permintaan Kiev untuk menyediakan drone canggih Gray Eagle MQ-1C guna melawan invasi Rusia .
Penolakan Washington itu diungkap Wall Street Journal (WSJ) dengan mengutip sumber pemerintah Amerika. Salah satu alasan yang disampaikan Washington adalah pasokan drone itu dapat meningkatkan konflik antara Ukraina dan Rusia.
Menurut pejabat AS dan sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, AS tidak akan mengirim drone Gray Eagle MQ-1C ke Ukraina yang telah diminta Kiev selama berbulan-bulan.
Jenis bantuan militer ini, kata mereka, dapat memberi sinyal ke Moskow bahwa AS menyediakan senjata yang dapat menargetkan posisi di dalam Rusia.
Para pejabat AS juga khawatir bahwa teknologi yang digunakan dalam drone tersebut, terutama kamera, bisa jatuh ke tangan yang salah.
Pada bulan September, sekelompok bipartisan anggota Kongres AS dilaporkan telah mendesak pemerintah Biden agar memasok drone bersenjata ke Ukraina—drone yang dapat bertahan di udara selama lebih dari 24 jam.
Dalam surat mereka, para politisi Washington itu meminta proses peninjauan dipercepat, yang mendorong briefing di Capitol Hill. Demikian diungkap seorang pejabat kongres kepada WSJ, yang dilansir Kamis (10/11/2022).
MQ-1C Gray Eagle Unmanned Aircraft Systems dapat terbang pada ketinggian hingga 7.600m selama lebih dari 27 jam dan membawa hingga empat rudal Hellfire.
Mereka juga memiliki jangkauan hingga 4.600 km melalui komunikasi satelit, yang berpotensi memungkinkan Ukraina untuk menyerang target jauh di dalam wilayah Rusia.
Sejak dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina pada akhir Februari, AS telah memasok Ukraina dengan sejumlah besar senjata, termasuk drone pengintai dan kamikaze.
Washington sejauh ini menolak seruan untuk memberi Kiev persenjataan canggih seperti sistem pertahanan udara Patriot dan jet tempur F-16.
Rusia telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak memompa Ukraina dengan persenjataan, dengan mengatakan bahwa hal itu hanya akan memperpanjang konflik.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
Penolakan Washington itu diungkap Wall Street Journal (WSJ) dengan mengutip sumber pemerintah Amerika. Salah satu alasan yang disampaikan Washington adalah pasokan drone itu dapat meningkatkan konflik antara Ukraina dan Rusia.
Menurut pejabat AS dan sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, AS tidak akan mengirim drone Gray Eagle MQ-1C ke Ukraina yang telah diminta Kiev selama berbulan-bulan.
Jenis bantuan militer ini, kata mereka, dapat memberi sinyal ke Moskow bahwa AS menyediakan senjata yang dapat menargetkan posisi di dalam Rusia.
Para pejabat AS juga khawatir bahwa teknologi yang digunakan dalam drone tersebut, terutama kamera, bisa jatuh ke tangan yang salah.
Pada bulan September, sekelompok bipartisan anggota Kongres AS dilaporkan telah mendesak pemerintah Biden agar memasok drone bersenjata ke Ukraina—drone yang dapat bertahan di udara selama lebih dari 24 jam.
Dalam surat mereka, para politisi Washington itu meminta proses peninjauan dipercepat, yang mendorong briefing di Capitol Hill. Demikian diungkap seorang pejabat kongres kepada WSJ, yang dilansir Kamis (10/11/2022).
MQ-1C Gray Eagle Unmanned Aircraft Systems dapat terbang pada ketinggian hingga 7.600m selama lebih dari 27 jam dan membawa hingga empat rudal Hellfire.
Mereka juga memiliki jangkauan hingga 4.600 km melalui komunikasi satelit, yang berpotensi memungkinkan Ukraina untuk menyerang target jauh di dalam wilayah Rusia.
Sejak dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina pada akhir Februari, AS telah memasok Ukraina dengan sejumlah besar senjata, termasuk drone pengintai dan kamikaze.
Washington sejauh ini menolak seruan untuk memberi Kiev persenjataan canggih seperti sistem pertahanan udara Patriot dan jet tempur F-16.
Rusia telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak memompa Ukraina dengan persenjataan, dengan mengatakan bahwa hal itu hanya akan memperpanjang konflik.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(min)