Gazprom: Eropa Kehilangan Rute Pasokan Gas Utama Tanpa Batas Waktu

Minggu, 02 Oktober 2022 - 00:01 WIB
loading...
Gazprom: Eropa Kehilangan...
Logo Nord Stream AG dan segmen tabung pipa terlihat di markas besar Nord Stream AG di Zug, Swiss, 1 Maret 2022. Foto/REUTERS/Arnd Wiegmann
A A A
MOSKOW - Kerusakan pada jalur pipa Nord Stream 1 dan 2 Rusia membuat Eropa kehilangan salah satu rute pasokan gas utamanya tanpa batas waktu.

Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Gazprom Sergey Kupriyanov pada Jumat (30/9/2022).

“Data teknis memungkinkan (Gazprom) untuk mengatakan dengan pasti bahwa penurunan tekanan yang tajam disebabkan oleh kerusakan fisik,” papar juru bicara itu.



Menurut dia, pada saat kejadian, pipa-pipa tersebut tidak mengangkut gas, tetapi keduanya terisi 800 juta meter kubik gas dan siap pakai, setara dengan konsumsi Denmark selama tiga bulan.

“Pada dasarnya, Eropa tanpa batas waktu kehilangan salah satu rute utama untuk mendapatkan sumber daya energi yang penting. Rusia dan Gazprom menghabiskan banyak energi dan uang untuk membangun dan meluncurkan jaringan pipa ini karena ini adalah cara terpendek dan teraman, seperti yang kami duga, bagi gas Rusia untuk menjangkau konsumen Eropa. Sekarang pipa-pipa itu berdiri dengan lubang bocor,” ungkap Kupriyanov pada pertemuan Dewan Keamanan PBB.

“Gazprom telah mulai mencari solusi yang mungkin untuk membuat sistem Nord Stream kembali berjalan, tetapi waktunya belum dapat diperkirakan… Ini adalah tugas teknis yang sangat sulit,” ujar Kupriyanov, mencatat bahwa untuk menilai situasi, Gazprom harus melakukan pemeriksaan fisik daerah yang rusak.

Pihak berwenang Denmark melaporkan kebocoran pada pipa pada Senin setelah operator pipa lokal mencatat hilangnya tekanan pada pipa Nord Stream 1 dan 2 sebelumnya hari itu.

Seismolog Denmark dan Swedia kemudian berbicara tentang serangkaian ledakan bawah laut di daerah tersebut.

Pihak berwenang Rusia, Amerika, dan Swedia mengatakan kebocoran itu mungkin merupakan hasil dari serangan yang disengaja.

Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan insiden itu adalah hasil sabotase, memperingatkan, "Gangguan yang disengaja terhadap infrastruktur energi Eropa tidak dapat diterima dan akan mengarah pada pembalasan terkuat."

Rusia menyebut insiden itu sebagai "serangan teroris" dan mengadakan pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk membahasnya.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2094 seconds (0.1#10.140)