Foto Erdogan dengan Putin Dicap sebagai Tantangan bagi NATO
loading...
A
A
A
BERLIN - Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Annalena Baerbock menyebut foto bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan baru-baru ini sebagai tantangan bagi NATO.
Gambar itu diambil selama pertemuan antara para pemimpin Rusia dan Turki di Iran.
Foto tersebut menampilkan tiga presiden, dengan tuan rumah Presiden Iran Ebrahim Raisi di tengah, berpegangan tangan dan tersenyum.
Dalam wawancara dengan Bild yang diterbitkan pada Sabtu (23/7/2022), Baerbock mencatat, “Gambar ini lebih dari tidak dapat dipahami baginya, terutama dari sudut pandang anggota NATO.”
Selama menjadi bagian dari aliansi, Turki telah menyimpang dari negara anggota lain dalam memilih sikap netral dalam konflik Ukraina.
NATO secara keseluruhan dan resmi menganggap Rusia sebagai ancaman. “Fakta bahwa presiden Turki ada di foto ini adalah satu tantangan, secara halus,” papar dia.
Menurutnya, foto tersebut membuktikan pentingnya berdiri bersama “dengan nilai-nilai mitra” yang “tidak hanya percaya pada aturan internasional, tetapi juga membela mereka.”
“Karena ada aktor-aktor lain yang tidak membela nilai-nilai kita, dan jika ragu-ragu mereka juga ikut-ikutan,” papar dia.
Negosiasi trilateral di ibukota Iran diadakan awal pekan ini sebagai bagian dari apa yang disebut Proses Perdamaian Astana, yang diluncurkan Moskow, Teheran dan Ankara pada 2017 dengan tujuan mencapai penyelesaian damai untuk konflik di Suriah.
Putin juga mengadakan pembicaraan bilateral dengan masing-masing rekannya. Situasi di Ukraina menjadi agenda kedua pertemuan tersebut.
Sementara itu, Turki, bersama dengan PBB, memainkan peran mediator dalam menengahi kesepakatan antara Rusia dan Ukraina untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Perjanjian tersebut, yang dijuluki Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebagai “mercusuar harapan, kemungkinan dan kelegaan,” ditandatangani pada Jumat di Istanbul, di hadapan Erdogan.
Gambar itu diambil selama pertemuan antara para pemimpin Rusia dan Turki di Iran.
Foto tersebut menampilkan tiga presiden, dengan tuan rumah Presiden Iran Ebrahim Raisi di tengah, berpegangan tangan dan tersenyum.
Dalam wawancara dengan Bild yang diterbitkan pada Sabtu (23/7/2022), Baerbock mencatat, “Gambar ini lebih dari tidak dapat dipahami baginya, terutama dari sudut pandang anggota NATO.”
Selama menjadi bagian dari aliansi, Turki telah menyimpang dari negara anggota lain dalam memilih sikap netral dalam konflik Ukraina.
NATO secara keseluruhan dan resmi menganggap Rusia sebagai ancaman. “Fakta bahwa presiden Turki ada di foto ini adalah satu tantangan, secara halus,” papar dia.
Menurutnya, foto tersebut membuktikan pentingnya berdiri bersama “dengan nilai-nilai mitra” yang “tidak hanya percaya pada aturan internasional, tetapi juga membela mereka.”
“Karena ada aktor-aktor lain yang tidak membela nilai-nilai kita, dan jika ragu-ragu mereka juga ikut-ikutan,” papar dia.
Negosiasi trilateral di ibukota Iran diadakan awal pekan ini sebagai bagian dari apa yang disebut Proses Perdamaian Astana, yang diluncurkan Moskow, Teheran dan Ankara pada 2017 dengan tujuan mencapai penyelesaian damai untuk konflik di Suriah.
Putin juga mengadakan pembicaraan bilateral dengan masing-masing rekannya. Situasi di Ukraina menjadi agenda kedua pertemuan tersebut.
Sementara itu, Turki, bersama dengan PBB, memainkan peran mediator dalam menengahi kesepakatan antara Rusia dan Ukraina untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Perjanjian tersebut, yang dijuluki Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebagai “mercusuar harapan, kemungkinan dan kelegaan,” ditandatangani pada Jumat di Istanbul, di hadapan Erdogan.
(sya)