Pejabat Mesir dan Iran Gelar Pertemuan Rahasia di Oman
loading...
A
A
A
MUSCAT - Delegasi pejabat senior Mesir dan Iran mengadakan pertemuan rahasia di Muscat bulan lalu, saat kunjungan Presiden Mesir Abdel Fatah Al-Sisi ke kesultanan itu.
Kabar tersebut diungkap Al-Araby Al-Jadid, mengutip sumber-sumber diplomatik Mesir.
Dalam pertemuan pada 27 Juni, kedua belah pihak dikatakan sepakat memperluas hubungan bilateral selain membahas situasi di Jalur Gaza dan Suriah.
Awal bulan itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan tidak ada negosiasi langsung antara Kairo dan Teheran.
Namun dia menegaskan upaya sedang dilakukan untuk menormalkan hubungan antara kedua negara.
"Mesir adalah negara penting di dunia Islam dan perkembangan hubungan alami antara Teheran dan Kairo adalah untuk kepentingan kedua negara," ujar dia, dilansir Memo pada Kamis (14/7/2022).
Sumber juga mengatakan kepada Media Line bahwa Kairo mengesampingkan bergabung dengan aliansi militer melawan Iran, yang telah digambarkan sebagai "NATO Arab" yang bersekutu dengan Israel setelah KTT Negev yang bersejarah pada Maret.
KTT Negev bertujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan keamanan antara Israel dan sekutu Arabnya.
"Mesir meyakinkan Iran selama pertemuan bahwa KTT Negev tidak ditujukan terhadap Iran dan tidak akan memasukkan gerakan militer apa pun terhadapnya. Pertemuan tersebut membahas situasi di Jalur Gaza, masalah Suriah, dan isu lainnya di Timur Tengah, serta membuka pintu untuk hubungan antara kedua negara," ungkap sumber tersebut.
Muscat sebagai tempat pertemuan tersebut sejalan dengan pendekatan kebijakan luar negeri netral resmi kesultanan, seperti dijelaskan Ahmed Al-Balushi, jurnalis urusan politik Oman, yang mengatakan kepada Media Line, "Kesultanan Oman memainkan peran yang seimbang untuk mendekatkan pandangan. Muscat memiliki hubungan baik dengan semua orang dan mencari ketenangan."
Hubungan antara Iran dan Mesir telah tegang selama empat dekade terakhir yang melihat hubungan diplomatik terputus pada 1980, setahun setelah Revolusi Islam Iran dan keputusan Mesir berdamai dengan Israel.
Hubungan kemudian membaik setelah revolusi Mesir 2011, ketika Teheran menunjuk seorang duta besar untuk Kairo.
Kemudian pada 2012 ketika presiden sipil pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, Mohamed Morsi, menjadi pemimpin Mesir pertama yang mengunjungi Teheran sejak hubungan diplomatik terputus.
Hal ini terlihat pada saat itu sebagai potensi pergeseran kebijakan luar negeri oleh Kairo.
Kabar tersebut diungkap Al-Araby Al-Jadid, mengutip sumber-sumber diplomatik Mesir.
Dalam pertemuan pada 27 Juni, kedua belah pihak dikatakan sepakat memperluas hubungan bilateral selain membahas situasi di Jalur Gaza dan Suriah.
Awal bulan itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan tidak ada negosiasi langsung antara Kairo dan Teheran.
Namun dia menegaskan upaya sedang dilakukan untuk menormalkan hubungan antara kedua negara.
"Mesir adalah negara penting di dunia Islam dan perkembangan hubungan alami antara Teheran dan Kairo adalah untuk kepentingan kedua negara," ujar dia, dilansir Memo pada Kamis (14/7/2022).
Sumber juga mengatakan kepada Media Line bahwa Kairo mengesampingkan bergabung dengan aliansi militer melawan Iran, yang telah digambarkan sebagai "NATO Arab" yang bersekutu dengan Israel setelah KTT Negev yang bersejarah pada Maret.
KTT Negev bertujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan keamanan antara Israel dan sekutu Arabnya.
"Mesir meyakinkan Iran selama pertemuan bahwa KTT Negev tidak ditujukan terhadap Iran dan tidak akan memasukkan gerakan militer apa pun terhadapnya. Pertemuan tersebut membahas situasi di Jalur Gaza, masalah Suriah, dan isu lainnya di Timur Tengah, serta membuka pintu untuk hubungan antara kedua negara," ungkap sumber tersebut.
Muscat sebagai tempat pertemuan tersebut sejalan dengan pendekatan kebijakan luar negeri netral resmi kesultanan, seperti dijelaskan Ahmed Al-Balushi, jurnalis urusan politik Oman, yang mengatakan kepada Media Line, "Kesultanan Oman memainkan peran yang seimbang untuk mendekatkan pandangan. Muscat memiliki hubungan baik dengan semua orang dan mencari ketenangan."
Hubungan antara Iran dan Mesir telah tegang selama empat dekade terakhir yang melihat hubungan diplomatik terputus pada 1980, setahun setelah Revolusi Islam Iran dan keputusan Mesir berdamai dengan Israel.
Hubungan kemudian membaik setelah revolusi Mesir 2011, ketika Teheran menunjuk seorang duta besar untuk Kairo.
Kemudian pada 2012 ketika presiden sipil pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, Mohamed Morsi, menjadi pemimpin Mesir pertama yang mengunjungi Teheran sejak hubungan diplomatik terputus.
Hal ini terlihat pada saat itu sebagai potensi pergeseran kebijakan luar negeri oleh Kairo.
(sya)