Pejabat Ukraina yang Ancam Hancurkan Jembatan Terpanjang Eropa Mengundurkan Diri
loading...
A
A
A
KIEV - Seorang pejabat senior pemerintah Ukraina yang mengancam akan menghancurkan Jembatan Kerch mengumumkan pengunduran dirinya, Senin.
Jembatan Kerch tercatat sebagai yang terpanjang di Eropa, menghubungkan Crimea dengan daratan Rusia .
“Saya mengundurkan diri dari Kantor Presiden dan Kementerian Dalam Negeri. Detailnya nanti,” tulis pejabat bernama Viktor Andrusiv tersebut di saluran Telegramnya, seperti dikutip Russia Today, Selasa (12/7/2022).
Dia pernah menjabat sebagai penasihat di kedua departemen pemerintah.
Dia tidak menjelaskan alasan keputusannya untuk mengundurkan diri.
Sebelumnya, Andrusiv telah mengkritik rencana pemerintah Ukraina untuk mengurangi jumlah pegawai negeri di negara itu.
Dia sebelumnya menarik banyak perhatian media setelah mengatakan bahwa Jembatan Kerch akan dihancurkan pasukan Ukraina. "Pasti akan dihancurkan, hanya masalah waktu," ujarnya.
Andrusiv mengatakan Kiev memiliki senjata yang diperlukan tetapi angkatan bersenjatanya harus maju ke pantai Laut Azov sebelum melaksanakan rencana semacam itu.
Kremlin menanggapi dengan menggambarkan pernyataan itu sebagai pengumuman aksi teroris.
Jembatan Kerch tercatat sebagai yang terpanjang di Eropa, menghubungkan Crimea dengan daratan Rusia .
“Saya mengundurkan diri dari Kantor Presiden dan Kementerian Dalam Negeri. Detailnya nanti,” tulis pejabat bernama Viktor Andrusiv tersebut di saluran Telegramnya, seperti dikutip Russia Today, Selasa (12/7/2022).
Dia pernah menjabat sebagai penasihat di kedua departemen pemerintah.
Dia tidak menjelaskan alasan keputusannya untuk mengundurkan diri.
Sebelumnya, Andrusiv telah mengkritik rencana pemerintah Ukraina untuk mengurangi jumlah pegawai negeri di negara itu.
Dia sebelumnya menarik banyak perhatian media setelah mengatakan bahwa Jembatan Kerch akan dihancurkan pasukan Ukraina. "Pasti akan dihancurkan, hanya masalah waktu," ujarnya.
Andrusiv mengatakan Kiev memiliki senjata yang diperlukan tetapi angkatan bersenjatanya harus maju ke pantai Laut Azov sebelum melaksanakan rencana semacam itu.
Kremlin menanggapi dengan menggambarkan pernyataan itu sebagai pengumuman aksi teroris.