Segini Utang Sri Lanka yang Membuatnya Bangkrut dan Sekarang Kacau Balau
loading...
A
A
A
Pada 19 Mei 2022, dua lembaga pemeringkat kredit terbesar di dunia juga mengatakan Sri Lanka telah gagal bayar utang alias default.
Default terjadi ketika pemerintah tidak dapat memenuhi sebagian atau seluruh pembayaran utang mereka kepada kreditur.
Ini dapat merusak reputasi suatu negara di mata investor, mempersulitnya untuk meminjam uang yang dibutuhkannya di pasar internasional, yang selanjutnya dapat merusak kepercayaan pada mata uang dan ekonominya.
"Posisi kami sangat jelas, kami mengatakan bahwa sampai mereka datang ke restrukturisasi [utang kami], kami tidak akan mampu membayar. Jadi itulah yang Anda sebut default pre-emptive," kata Gubernur Bank Sentral Sri Lanka P Nandalal Weerasinghe.
"Mungkin ada definisi teknisnya...dari sisi mereka bisa dianggap default. Posisi kami sangat jelas, sampai ada restrukturisasi utang, kami tidak bisa membayar," ujarnya.
Profesor Mick Moore dari University of Sussex dan mantan konsultan di Sri Lanka untuk Asian Development Bank mengatakan meskipun tampaknya Sri Lanka sedang berjuang dari dampak masalah ekonomi global, secara tegas bukan itu penyebabnya.
"Ini adalah krisis ekonomi paling buatan manusia dan sukarela yang saya tahu," katanya kepada program BBC Today.
Moore mengatakan pemerintahan sebelumnya telah meminjam uang untuk proyek-proyek infrastruktur."Kemudian bersikeras dengan cara yang sangat macho untuk membayar utang yang menumpuk, daripada merestrukturisasinya dengan kreditur," ujarnya.
"Pemerintah saat itu berjalan dengan cara ini sampai sekitar enam bulan yang lalu dan pada dasarnya mereka telah memberikan hampir semua valuta asing yang bisa mereka kuasai," imbuh dia. "Ini adalah inkompetensi yang mengerikan."
Negara tersebut telah memulai pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) mengenai bailout dan perlu menegosiasikan kembali perjanjian utangnya dengan kreditur.
Namun kondisi berubah menjadi semakin kacau setelah Presiden Rajapaksa dan PM Wickremesinghe sepakat mengundurkan diri pada Rabu nanti di tengah tekanan rakyat yang marah.
Default terjadi ketika pemerintah tidak dapat memenuhi sebagian atau seluruh pembayaran utang mereka kepada kreditur.
Ini dapat merusak reputasi suatu negara di mata investor, mempersulitnya untuk meminjam uang yang dibutuhkannya di pasar internasional, yang selanjutnya dapat merusak kepercayaan pada mata uang dan ekonominya.
"Posisi kami sangat jelas, kami mengatakan bahwa sampai mereka datang ke restrukturisasi [utang kami], kami tidak akan mampu membayar. Jadi itulah yang Anda sebut default pre-emptive," kata Gubernur Bank Sentral Sri Lanka P Nandalal Weerasinghe.
"Mungkin ada definisi teknisnya...dari sisi mereka bisa dianggap default. Posisi kami sangat jelas, sampai ada restrukturisasi utang, kami tidak bisa membayar," ujarnya.
Profesor Mick Moore dari University of Sussex dan mantan konsultan di Sri Lanka untuk Asian Development Bank mengatakan meskipun tampaknya Sri Lanka sedang berjuang dari dampak masalah ekonomi global, secara tegas bukan itu penyebabnya.
"Ini adalah krisis ekonomi paling buatan manusia dan sukarela yang saya tahu," katanya kepada program BBC Today.
Moore mengatakan pemerintahan sebelumnya telah meminjam uang untuk proyek-proyek infrastruktur."Kemudian bersikeras dengan cara yang sangat macho untuk membayar utang yang menumpuk, daripada merestrukturisasinya dengan kreditur," ujarnya.
"Pemerintah saat itu berjalan dengan cara ini sampai sekitar enam bulan yang lalu dan pada dasarnya mereka telah memberikan hampir semua valuta asing yang bisa mereka kuasai," imbuh dia. "Ini adalah inkompetensi yang mengerikan."
Negara tersebut telah memulai pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) mengenai bailout dan perlu menegosiasikan kembali perjanjian utangnya dengan kreditur.
Namun kondisi berubah menjadi semakin kacau setelah Presiden Rajapaksa dan PM Wickremesinghe sepakat mengundurkan diri pada Rabu nanti di tengah tekanan rakyat yang marah.