Lagi, Ukraina Ancam Serang Jembatan Terpanjang Eropa di Crimea
loading...
A
A
A
KIEV - Ukraina kembali mengancam akan menyerang Jembatan Kerch, jembatan terpanjang di Eropa yang menghubungkan Crimea dengan Krasnodar, Rusia . Ancaman terbaru ini dilontarkan ajudan Presiden Volodymyr Zelensky, Alexey Arestovich.
Pada hari Jumat, laporan yang mengkhawatirkan muncul ketika gumpalan asap besar datang dari daerah dekat Jembatan Kerch. Tetapi pihak berwenang Crimea kemudian mengatakan tidak ada alasan untuk panik, menjelaskan bahwa polisi Rusia mengadakan latihan di dekat salah satu bagian dari struktur sepanjang 19 km itu.
Ketika ditanya tentang latihan tersebut selama wawancara dengan aktivis Mark Feygin di YouTube, Arestovich mengatakan pihak berwenang "tepat untuk mempersiapkan".
“Tidak ada yang sentimental. Jika kebutuhan seperti itu muncul, kami akan menyerang Jembatan Crimea, pada saat yang tepat,” katanya, menggunakan nama lain dari Jembatan Kerch.
Namun, ajudan presiden itu mengakui bahwa senjata yang saat ini dimiliki oleh militer Ukraina secara teknis tidak mampu mencapai jembatan strategis tersebut.
“Tetapi waktunya akan tiba dan kami akan mampu melakukannya. Dalam perang ini, sudah lama tidak ada kendala. Ini hanya tentang kemampuan teknis,” tegasnya, seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (3/7/2022).
Jembatan Kerch dibangun antara 2016 dan 2018, menjadi simbol reunifikasi Crimea dengan Rusia. Selama konflik dengan Kiev, Moskow telah menggunakannya untuk mengangkut kendaraan lapis baja dan perangkat keras militer lainnya.
Pada pertengahan Juni lalu, komandan pertahanan Mykolaiv, Ukraina, Mayor Jenderal Dmitry Marchenko, mengancam akan menghancurkan Jembatan Kerch dengan rudal canggih yang dipasok Barat.
Ancamannya saat itu disampaikan dalam wawancara dengan Crimea Realities (Krym.Realii), media proyek Radio Free Europe/Radio Liberty—lembaga penyiaran yang didanai pemerintah Amerika Serikat (AS).
Jenderal Marchenko mengatakan Jembatan Kerch adalah target nomor satu untuk senjata Barat.
“Jembatan Kerch benar-benar target nomor satu kami,” katanya.
“Ya, itu 100%. Itu bukan rahasia baik untuk militer mereka atau untuk militer kami. Bukan untuk warga sipil mereka, bukan untuk warga sipil kami. Itu akan menjadi target nomor satu yang harus dikalahkan,” paparnya.
Pada hari Jumat, laporan yang mengkhawatirkan muncul ketika gumpalan asap besar datang dari daerah dekat Jembatan Kerch. Tetapi pihak berwenang Crimea kemudian mengatakan tidak ada alasan untuk panik, menjelaskan bahwa polisi Rusia mengadakan latihan di dekat salah satu bagian dari struktur sepanjang 19 km itu.
Ketika ditanya tentang latihan tersebut selama wawancara dengan aktivis Mark Feygin di YouTube, Arestovich mengatakan pihak berwenang "tepat untuk mempersiapkan".
“Tidak ada yang sentimental. Jika kebutuhan seperti itu muncul, kami akan menyerang Jembatan Crimea, pada saat yang tepat,” katanya, menggunakan nama lain dari Jembatan Kerch.
Namun, ajudan presiden itu mengakui bahwa senjata yang saat ini dimiliki oleh militer Ukraina secara teknis tidak mampu mencapai jembatan strategis tersebut.
“Tetapi waktunya akan tiba dan kami akan mampu melakukannya. Dalam perang ini, sudah lama tidak ada kendala. Ini hanya tentang kemampuan teknis,” tegasnya, seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (3/7/2022).
Jembatan Kerch dibangun antara 2016 dan 2018, menjadi simbol reunifikasi Crimea dengan Rusia. Selama konflik dengan Kiev, Moskow telah menggunakannya untuk mengangkut kendaraan lapis baja dan perangkat keras militer lainnya.
Pada pertengahan Juni lalu, komandan pertahanan Mykolaiv, Ukraina, Mayor Jenderal Dmitry Marchenko, mengancam akan menghancurkan Jembatan Kerch dengan rudal canggih yang dipasok Barat.
Ancamannya saat itu disampaikan dalam wawancara dengan Crimea Realities (Krym.Realii), media proyek Radio Free Europe/Radio Liberty—lembaga penyiaran yang didanai pemerintah Amerika Serikat (AS).
Jenderal Marchenko mengatakan Jembatan Kerch adalah target nomor satu untuk senjata Barat.
“Jembatan Kerch benar-benar target nomor satu kami,” katanya.
“Ya, itu 100%. Itu bukan rahasia baik untuk militer mereka atau untuk militer kami. Bukan untuk warga sipil mereka, bukan untuk warga sipil kami. Itu akan menjadi target nomor satu yang harus dikalahkan,” paparnya.
(min)