Perbedaan Muslim Hui dan Uighur di China, Salah Satunya Dapat Perlakuan Diskriminatif

Jum'at, 10 Juni 2022 - 23:15 WIB
loading...
Perbedaan Muslim Hui...
Aktivitas warga muslim Uighur di Urumqi, Xinjiang. Foto/REUTERS
A A A
JAKARTA - China memiliki dua kelompok etnis muslim besar, yaitu Hui dan Uighur. Meskipun memiliki kepercayaan yang sama , namun posisi mereka dalam masyarakat China sangat berbeda.

Melansir dari The Diplomat, kelompok Uighur berbicara dalam bahasa Turki yang ditulis dalam tulisan Arab, penampilan mereka juga berbeda dari penduduk lokal.

Populasi mereka sekitar 8 juta, yang sebagian besar tinggal di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang. Daerah itu merupakan provinsi luas yang terletak di barat laut China yang berbatasan dengan berapa negara di Asia Tengah.

Untuk Muslim Hui jumlahnya diperkirakan sekitar 11 juta, yang tidak memiliki lokasi khusus seperti Muslim Uighur karena dapat ditemukan di seluruh wilayah China. Namun sebagian besar terpusat di Daerah Otonomi Ningxia Hui.

Kelompok ini tergolong unik, karena mereka mewakili satu satunya dari 56 kelompok kebangsaan yang ditunjuk secara resmi di China yang agamanya adalah salah satu pemersatu identitas.

Baca juga: Agama Warga Negara China dan Persentasenya

Bagi sebagian besar muslim Hui, bahasa Mandarin adalah bahasa Ibu sehingga banyak dari mereka yang menggunakannya. Seperti umat Islam pada umumnya, mereka juga menghindari daging babi dan alkohol.

Perbedaan mencolok antara dua kelompok ini adalah posisi masing masing dalam kaitannya dengan pemerintah China. Berbeda dari Hui, Uighur banyak mendapat diskriminasi.

Dengan kedok upaya kontraterorisme dan antiseparatisme, pemerintah mempertahankan sistem diskriminasi etnis yang meluas terhadap orang Uighur dan dengan tegas membatasi ekspresi agama dan budaya.

Salah satu alasan kenapa muslim Uighur diperlakukan seperti itu karena budaya yang dianut. Muslim Uighur sangat menjunjung tinggi budaya milik sendiri. Mereka juga tidak mau berasimilasi ke dalam masyarakat lokal.

Karena itulah, mereka mendapat banyak reaksi negatif mulai dari chauvinisme (mencintai tanah air secara berlebihan) hingga klaim tidak tahu berterima kasih oleh elite suku Han (mayoritas suku di china).

Sebaliknya, suku Han yang berperilaku tersebut dianggap sebagai "orang barbar" di masa dinasti oleh kelompok Uighur.

Muslim Hui, di sisi lain, adalah minoritas agama yang ideal bagi pemerintah China. Mereka sebagian besar telah berasimilasi dengan suku Han setelah mengadaptasi praktik Islam mereka agar sesuai dengan makrokultur yang dipengaruhi Konghucu.

Masjid-masjid mereka, perpaduan harmonis antara arsitektur dinasti China tradisional dengan motif Islam, adalah manifestasi sempurna dari asimilasi muslim Hui.

Aspek lain dari dimensi budaya yang memengaruhi posisi masyarakat Uighur adalah ras. Diskriminasi rasial sering terjadi antara Uighur dengan suku Han.

Banyak dari suku Han merasa tidak nyaman terhadap Uighur, karena mereka mempercayai bahwa kelompok ini adalah pencuri dan pemarah dan merupakan fanatik agama.

Hal ini dikarenakan suku Han yang kurang pengetahuan tentang perbedaan antara kelompok minoritas Turki. Sehingga ketika terjadi kejahatan yang dilakukan oleh orang Tajik, Kazakh, Kirgistan, Uzbek, atau Tatar, suku Han kemungkinan besar akan menggambarkan pelaku kesalahan kepada pihak berwenang sebagai orang Uighur.

Efek dari stereotip ini terbukti di Urumqi, di mana jumlah suku Han dan Uighur hampir sama. Ibu kota provinsi Xinjiang tersebut merupakan kota yang terbagi. Sementara orang China tinggal di utara yang lebih kaya, sebagian besar orang Uighur tinggal di selatan yang kurang berkembang.

Muslim Hui, bagaimanapun, berbaur dengan bebas di dalam kedua komunitas. Penguasaan bahasa Mandarin mereka memberi mereka legitimasi dengan suku Han, sementara keyakinan Islam mereka membuat mereka baik-baik saja dengan Uighur (meskipun ini tidak berarti bahwa tidak ada bentrokan).

Liang Zheng, seorang peneliti media China di Universitas Xinjiang di Urumqi, yang menganalisis beberapa surat kabar pemerintah dalam penelitiannya, menemukan bahwa penggambaran Uighur dalam media pemerintah China adalah sebagai teroris dan ancaman bagi China sangat meningkat setelah 9/11 (Serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat).

Hui tidak mengalami masalah seperti ini yang terkait dengan pers yang buruk. Tetapi bagi sebagian besar orang Uighur yang damai dan moderat, pelabelan publik ini telah menjadi beban besar.

Alasan berikutnya adalah tentang teritorial wilayah Uighur yang mengklaim bahwa Xinjiang telah diduduki secara tidak adil oleh warga China. Mereka percaya bahwa daerah tersebut adalah Turkistan Timur dan bukan Xinjiang, yang harus menjadi negara berdaulat yang diperintah oleh etnis Uighur.

Sementara itu Hui hampir tidak pernah menantang otoritas teritorial partai. Mereka secara historis menunjukkan sedikit minat dalam politik. Mereka juga tidak memiliki banyak pengalaman dalam pemerintahan.

Sebaliknya, mereka telah ada dalam pemerintahan China yang berbeda selama berabad-abad sebagian besar sebagai kelompok minoritas dalam mayoritas suku Han. Mereka percaya bahwa mereka dapat menjalankan agama mereka dengan bebas.

Meskipun mereka telah mengalami diskriminasi dan kesulitan yang signifikan selama berabad-abad di bawah kelas penguasa dan sempat melawan balik di bawah kepemimpinan berbagai tokoh, pengalaman ini tidak menimbulkan keinginan yang serius untuk melakukan pemberontakan.

Itulah beberapa perbedaan dan bagaimana muslim Hui dan Uighur dalam masyarakat China dan bagaimana berjalannya hubungan sosial antar mereka sebagai minoritas di negeri China.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Tembok Hijau China di...
Tembok Hijau China di Gurun Taklimakan: Ambisi Besar yang Sisakan Masalah Ekologis
Jepang Protes Keras...
Jepang Protes Keras karena Wilayahnya Dimasuki Helikopter dan 4 Kapal China
AS Mulai Bagikan Info...
AS Mulai Bagikan Info Intel Ruang Angkasa Sensitif China dan Rusia pada Five Eyes
Mesir Dituding Memata-matai...
Mesir Dituding Memata-matai Israel dengan Bantuan Angkatan Udara China
5 Negara yang Wilayahnya...
5 Negara yang Wilayahnya Pernah Diklaim Milik China, Siapa Saja?
Profil China Coast Guard,...
Profil China Coast Guard, Kapal Monster China yang Muncul di dekat Pulau Sandy Cay Filipina
Rekomendasi Link Tambah...
Rekomendasi Link Tambah Follower TikTok Gratis
Putin Berharap Rusia...
Putin Berharap Rusia Tak Perlu Gunakan Senjata Nuklir untuk Akhiri Konflik di Ukraina
China Uji Coba Bom Hidrogen...
China Uji Coba Bom Hidrogen Hasilkan Suhu 1.000 Derajat Celsius, Jauh Lebih Dahsyat dari TNT
Rekomendasi
RBPI Gandeng Sahabat...
RBPI Gandeng Sahabat Polisi Gelar Seminar Tingkatkan Keselamatan Berkendara
SIG Catatkan Pertumbuhan...
SIG Catatkan Pertumbuhan Penjualan Regional 13,8% di Kuartal I-2025
Marselino Cetak Sejarah,...
Marselino Cetak Sejarah, Jadi Pemain Indonesia Pertama Debut di Piala FA dan EFL Championship Inggris
Berita Terkini
Putin Selalu Memikirkan...
Putin Selalu Memikirkan Siapa Penggantinya
Kekuatan Intelijen AS...
Kekuatan Intelijen AS Makin Melemah, Ternyata Ini Penyebab Utamanya
Sistem Pertahanan Israel...
Sistem Pertahanan Israel Lagi-lagi Ditembus Rudal Houthi, Bandara Tersibuk di Israel Jadi Sasaran
Siapa Zameer Ahmed Khan?...
Siapa Zameer Ahmed Khan? Politikus Muslim India yang Siap Jadi Pengebom Bunuh Diri
Putin Berharap Tak Gunakan...
Putin Berharap Tak Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina, Ini Alasannya
Kapan Manusia Mulai...
Kapan Manusia Mulai Berperang untuk Pertama Kalinya?
Infografis
Sejumlah Pabrik di China...
Sejumlah Pabrik di China Mulai Stop Produksi Akibat Tarif AS
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved