Loyalis Putin: Ini Memang Perang Dunia III, Kita Semua Akan Mati
loading...
A
A
A
MOSKOW - Para penyiar televisi Rusia loyalis Presiden Vladimir Putin menggambarkan apa yang terjadi saat ini bukan lagi perang Moskow di Ukraina , tapi Perang Dunia III . Mereka bahkan menyatakan siap mati.
Retorika mengerikan itu muncul pada Selasa, sehari sebelum Putin meningkatkan ancaman serangan nuklir terhadap negara-negara NATO yang dia anggap ikut campur dalam perang Moskow di Ukraina.
"Kami memiliki semua alat untuk ini, yang tidak dapat dibanggakan oleh orang lain,” kata Putin di depan anggota Parlemen Rusia pada Rabu, mengacu pada rudal balistik antarbenua (ICBM) yang juga hipersonik RS-28 Sarmat atau Setan II—senjata yang masing-masing dapat membawa hulu 15 ledak nuklir. Senjata itu telah sukses diuji coba baru-baru ini.
“Kami tidak akan membual tentang itu, kami akan menggunakannya, jika diperlukan. Dan saya ingin semua orang tahu itu," ujarnya. "Semua keputusan tentang masalah ini telah diambil."
Selama siaran program "60 Minutes" hari Selasa, Vladimir Avatkov dari Akademi Diplomatik Rusia Kementerian Luar Negeri menyampaikan perspektif Orwellian tentang peristiwa terkini.
“Apa yang terjadi saat ini bukan tentang Ukraina, tetapi tentang tatanan dunia masa depan, yang tidak memiliki ruang untuk hegemoni dan di mana Rusia tidak dapat diisolasi," katanya.
Tuan rumah program tersebut, Olga Skabeeva, menggambarkan pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat (AS) di Jerman untuk membahas peningkatan kemampuan pertahanan Ukraina sebagai tanda bahwa ini memang Perang Dunia III.
"Ini memang Perang Duni III, bukan lagi hanya operasi khusus, dengan empat puluh negara melawan kita. Mereka menyatakan perang," ujarnya.
Menggambarkan penentang global operasi militer Rusia sebagai penjelmaan jahat, pakar politik Mikhail Markelov mengeklaim: "Perwakilan dari empat puluh negara yang berbeda itu adalah Hitler kolektif hari ini."
Kemudian pada hari yang sama, pada "The Evening With Vladimir Solovyov", pembawa acara Vladimir Solovyov menyesali penolakan Barat untuk mengindahkan peringatan Kremlin.
Retorika mengerikan itu muncul pada Selasa, sehari sebelum Putin meningkatkan ancaman serangan nuklir terhadap negara-negara NATO yang dia anggap ikut campur dalam perang Moskow di Ukraina.
"Kami memiliki semua alat untuk ini, yang tidak dapat dibanggakan oleh orang lain,” kata Putin di depan anggota Parlemen Rusia pada Rabu, mengacu pada rudal balistik antarbenua (ICBM) yang juga hipersonik RS-28 Sarmat atau Setan II—senjata yang masing-masing dapat membawa hulu 15 ledak nuklir. Senjata itu telah sukses diuji coba baru-baru ini.
“Kami tidak akan membual tentang itu, kami akan menggunakannya, jika diperlukan. Dan saya ingin semua orang tahu itu," ujarnya. "Semua keputusan tentang masalah ini telah diambil."
Selama siaran program "60 Minutes" hari Selasa, Vladimir Avatkov dari Akademi Diplomatik Rusia Kementerian Luar Negeri menyampaikan perspektif Orwellian tentang peristiwa terkini.
“Apa yang terjadi saat ini bukan tentang Ukraina, tetapi tentang tatanan dunia masa depan, yang tidak memiliki ruang untuk hegemoni dan di mana Rusia tidak dapat diisolasi," katanya.
Tuan rumah program tersebut, Olga Skabeeva, menggambarkan pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat (AS) di Jerman untuk membahas peningkatan kemampuan pertahanan Ukraina sebagai tanda bahwa ini memang Perang Dunia III.
"Ini memang Perang Duni III, bukan lagi hanya operasi khusus, dengan empat puluh negara melawan kita. Mereka menyatakan perang," ujarnya.
Menggambarkan penentang global operasi militer Rusia sebagai penjelmaan jahat, pakar politik Mikhail Markelov mengeklaim: "Perwakilan dari empat puluh negara yang berbeda itu adalah Hitler kolektif hari ini."
Kemudian pada hari yang sama, pada "The Evening With Vladimir Solovyov", pembawa acara Vladimir Solovyov menyesali penolakan Barat untuk mengindahkan peringatan Kremlin.