Singgung China, Menhan Dutton Sebut Australia Harus Siap Perang
loading...
A
A
A
CANBERRA - Menteri Pertahanan (Menhan) Australia Peter Dutton telah meningkatkan retorikanya tentang ancaman China dan Rusia, memperingatkan negaranya harus bersiap untuk perang.
Pernyataannya itu menggemakan komentar dari Perdana Menteri (PM) Scott Morrison yang menyampaikan pidato Dawn Service untuk memperingatkan "busur otokrasi" baru dari Beijing hingga Moskow.
PM Morrison mengatakan dia telah menarik garis merah dan tidak akan ragu untuk bergabung dengan sekutu guna menjauhkan China dari ambang pintu Australia menyusul ditandatanganinya pakta keamanan yang kontroversial antara Beijing dan Kepulauan Solomon.
Berbicara dengan Nine, Dutton mengeluarkan penilaian jujur tentang situasi tersebut, mendorong warga Australia untuk menerima apa yang dia sebut “kenyataan zaman kita”.
“Kita seharusnya tidak menerima begitu saja pengorbanan yang dilakukan oleh Anzac [Australian and New Zealanad Army Corps],” katanya.
“Kita harus realistis bahwa orang-orang seperti Hitler dan lainnya bukan hanya isapan jempol dari imajinasi kita atau bahwa mereka diasingkan ke dalam sejarah," ujarnya, seperti dikutip news.com.au.
“Kami memiliki, dalam diri Presiden [Rusia Vladimir] Putin saat ini, seseorang yang bersedia membunuh wanita dan anak-anak. Itu terjadi di tahun 2022.”
Dia memperingatkan China berada di "jalan yang sangat disengaja". "Dan satu-satunya cara untuk melestarikan perdamaian adalah mempersiapkan perang dan menjadi kuat sebagai sebuah negara," ujarnya.
Ketika pembawa acara Nine, Karl Stefanovic, mempertanyakan bahasanya yang "provokatif", Dutton membalas.
Pernyataannya itu menggemakan komentar dari Perdana Menteri (PM) Scott Morrison yang menyampaikan pidato Dawn Service untuk memperingatkan "busur otokrasi" baru dari Beijing hingga Moskow.
PM Morrison mengatakan dia telah menarik garis merah dan tidak akan ragu untuk bergabung dengan sekutu guna menjauhkan China dari ambang pintu Australia menyusul ditandatanganinya pakta keamanan yang kontroversial antara Beijing dan Kepulauan Solomon.
Berbicara dengan Nine, Dutton mengeluarkan penilaian jujur tentang situasi tersebut, mendorong warga Australia untuk menerima apa yang dia sebut “kenyataan zaman kita”.
“Kita seharusnya tidak menerima begitu saja pengorbanan yang dilakukan oleh Anzac [Australian and New Zealanad Army Corps],” katanya.
“Kita harus realistis bahwa orang-orang seperti Hitler dan lainnya bukan hanya isapan jempol dari imajinasi kita atau bahwa mereka diasingkan ke dalam sejarah," ujarnya, seperti dikutip news.com.au.
“Kami memiliki, dalam diri Presiden [Rusia Vladimir] Putin saat ini, seseorang yang bersedia membunuh wanita dan anak-anak. Itu terjadi di tahun 2022.”
Dia memperingatkan China berada di "jalan yang sangat disengaja". "Dan satu-satunya cara untuk melestarikan perdamaian adalah mempersiapkan perang dan menjadi kuat sebagai sebuah negara," ujarnya.
Ketika pembawa acara Nine, Karl Stefanovic, mempertanyakan bahasanya yang "provokatif", Dutton membalas.