Agen Mossad Terlibat Pembunuhan Soleimani Dibayar Rp70,5 Juta/Bulan
loading...
A
A
A
TEHERAN - Pria Iran , Mahmoud Mousavi-Majd, dijatuhi hukuman mati atas tuduhan jadi agen mata-mata Mossad dan CIA. Dia dilaporkan jadi informan yang secara tidak langsung terlibat dalam pembunuhan Mayor Jenderal Qasem Soleimani .
Beberapa media Iran sebelumnya melaporkan Mousavi-Majd dituduh membocorkan lokasi Soleimani kepada badan intelijen Amerika Serikat (AS); CIA, dan badan intelijen Israel; Mossad.
Namun, dokumen Iran yang secara eksklusif diperoleh kantor berita Tasnim, menyuguhkan laporan lain yang agak berbeda. Menurut dokumen itu, Mousavi-Majd dibayar USD5.000 sebulan oleh dua badan intelijen musuh Teheran.
Soleimani adalah komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran yang tewas diserang pesawat nirawak AS di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak, 3 Januari 2020. (Baca: Iran Bersiap Eksekusi Agen Mossad yang Terlibat Pembunuhan Soleimani )
Pekan lalu, otoritas Kehakiman Iran mengatakan Mahmoud Mousavi Majd telah dijatuhi hukuman mati karena jadi mata-mata CIA dan Mossad. Dia juga dikenai tuduhan mengumpulkan informasi intelijen tentang keamanan dan Angkatan Bersenjata Iran, termasuk di Pasukan Quds IRGC dan keberadaan Soleimani.
Laporan kantor berita Tasnim, Senin (15/6/2020), bertentangan dengan spekulasi sejumlah media, termasuk media asing. Menurut laporan tersebut, sang mata-mata bukanlah staf militer, atau pun anggota IRGC, atau bahkan anggota pasukan Basij yang pergi ke Suriah secara sukarela untuk memerangi terorisme.
Terpidana dilaporkan meninggalkan Iran sebelum Revolusi Islam tahun 1979 ketika dia masih kecil, dan dibesarkan di Suriah.
Mousavi-Majd menjalin hubungan dengan sejumlah penasihat militer Iran di Suriah dan memulai karier sebagai sopir.
Di bawah kedok sebagai sopir, menurut Tasnim, mata-mata itu mengumpulkan informasi intelijen untuk AS dan Israel dan menerima gaji USD5.000 sebulan dari CIA dan Mossad. (Baca juga: Ini Sosok Agen Mossad dan CIA yang Terlibat Pembunuhan Jenderal Soleimani )
Media Iran lainnya melaporkan informan itu sejatinya ditangkap 26 bulan yang lalu dan kasusnya sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pembunuhan AS terhadap Jenderal Soleimani di Baghdad awal Januari lalu.
Beberapa media Iran sebelumnya melaporkan Mousavi-Majd dituduh membocorkan lokasi Soleimani kepada badan intelijen Amerika Serikat (AS); CIA, dan badan intelijen Israel; Mossad.
Namun, dokumen Iran yang secara eksklusif diperoleh kantor berita Tasnim, menyuguhkan laporan lain yang agak berbeda. Menurut dokumen itu, Mousavi-Majd dibayar USD5.000 sebulan oleh dua badan intelijen musuh Teheran.
Soleimani adalah komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran yang tewas diserang pesawat nirawak AS di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak, 3 Januari 2020. (Baca: Iran Bersiap Eksekusi Agen Mossad yang Terlibat Pembunuhan Soleimani )
Pekan lalu, otoritas Kehakiman Iran mengatakan Mahmoud Mousavi Majd telah dijatuhi hukuman mati karena jadi mata-mata CIA dan Mossad. Dia juga dikenai tuduhan mengumpulkan informasi intelijen tentang keamanan dan Angkatan Bersenjata Iran, termasuk di Pasukan Quds IRGC dan keberadaan Soleimani.
Laporan kantor berita Tasnim, Senin (15/6/2020), bertentangan dengan spekulasi sejumlah media, termasuk media asing. Menurut laporan tersebut, sang mata-mata bukanlah staf militer, atau pun anggota IRGC, atau bahkan anggota pasukan Basij yang pergi ke Suriah secara sukarela untuk memerangi terorisme.
Terpidana dilaporkan meninggalkan Iran sebelum Revolusi Islam tahun 1979 ketika dia masih kecil, dan dibesarkan di Suriah.
Mousavi-Majd menjalin hubungan dengan sejumlah penasihat militer Iran di Suriah dan memulai karier sebagai sopir.
Di bawah kedok sebagai sopir, menurut Tasnim, mata-mata itu mengumpulkan informasi intelijen untuk AS dan Israel dan menerima gaji USD5.000 sebulan dari CIA dan Mossad. (Baca juga: Ini Sosok Agen Mossad dan CIA yang Terlibat Pembunuhan Jenderal Soleimani )
Media Iran lainnya melaporkan informan itu sejatinya ditangkap 26 bulan yang lalu dan kasusnya sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pembunuhan AS terhadap Jenderal Soleimani di Baghdad awal Januari lalu.