Mengejutkan, COVID-19 Diduga Sudah Menginfeksi 1 Juta Orang New York
loading...
A
A
A
NEW YORK CITY - Komisioner kesehatan New York, Amerika Serikat (AS) menyampaikan paparan mengejutkan, di mana sekitar 1 juta orang di wilayah itu diduga sudah terinfeksi virus corona jenis baru, COVID-19.
Paparan itu mengejutkan karena New York saat ini menjadi episentrum atau pusat dari penyebaran wabah COVID-19 di Amerika. Data dari worldometers saat ini, New York memiliki 268.581 kasus infeksi corona dengan 20.061 di antaranya telah meninggal.
Gubernur New York Andrew Cuomo sendiri mengakui tes COVID-19 yang dijalani warganya saat ini masih berskala kecil. Padahal, angka kasus infeksi dan kematian di New York berkontribusi terbesar dalam kasus infeksi dan kematian di AS, yakni 880.204 kasus dan 49.845 kematian.
Komisaris Kesehatan Oxiris Barbot mengatakan bahwa dia tidak akan terkejut jika sekitar 1 juta penduduk New York terjangkit COVID-19. Paparan dari Barbot disampaikan dalam jumpa pers Wali Kota New York Bill de Blasio pada Kamis malam.
Negara nagian New York saat ini memiliki populasi sekitar 8,3 juta jiwa. De Blasio memiliki ekspektasi satu juta penduduk tambahan bisa menjadi rawan pangan di bawah pandemi COVID-19. Angka tambahan itu, kata dia, akan menempatkan sekitar 2 juta penduduk New York dalam kondisi rawan pangan.
Gubernur Cuomo mengatakan sebuah survei terhadap sekitar 3.000 orang menemukan bahwa hampir 14 persen memiliki antibodi, menunjukkan bahwa mereka telah terpapar virus tersebut.
Di New York City, 21 persen orang yang dites memiliki antibodi. Cuomo mengingatkan bahwa data itu adalah permulaan. Sampel orang yang dites adalah kecil. Peserta tes direkrut dengan tergesa-gesa di pusat-pusat perbelanjaan dan toko kelontong, yang berarti mereka cukup sehat untuk keluar di depan umum.
Namun gubernur mengatakan mengetahui berapa banyak orang yang memiliki antibodi, dan siapa yang mungkin kebal terhadap virus, berpotensi dapat membantu menetapkan kebijakan kapan membuka kembali wilayah-wilayah di negara bagian AS tersebut.
“Kami akan memiliki sampel yang lebih besar dan lebih besar. Tapi saya ingin melihat snapshot dari apa yang terjadi dengan kurs itu. Apakah naik, apakah datar, turun? Dan itu benar-benar dapat memberi kami data untuk membuat keputusan," kata Cuomo, seperti dikutip news.com.au, Jumat (24/4/2020).
Paparan itu mengejutkan karena New York saat ini menjadi episentrum atau pusat dari penyebaran wabah COVID-19 di Amerika. Data dari worldometers saat ini, New York memiliki 268.581 kasus infeksi corona dengan 20.061 di antaranya telah meninggal.
Gubernur New York Andrew Cuomo sendiri mengakui tes COVID-19 yang dijalani warganya saat ini masih berskala kecil. Padahal, angka kasus infeksi dan kematian di New York berkontribusi terbesar dalam kasus infeksi dan kematian di AS, yakni 880.204 kasus dan 49.845 kematian.
Komisaris Kesehatan Oxiris Barbot mengatakan bahwa dia tidak akan terkejut jika sekitar 1 juta penduduk New York terjangkit COVID-19. Paparan dari Barbot disampaikan dalam jumpa pers Wali Kota New York Bill de Blasio pada Kamis malam.
Negara nagian New York saat ini memiliki populasi sekitar 8,3 juta jiwa. De Blasio memiliki ekspektasi satu juta penduduk tambahan bisa menjadi rawan pangan di bawah pandemi COVID-19. Angka tambahan itu, kata dia, akan menempatkan sekitar 2 juta penduduk New York dalam kondisi rawan pangan.
Gubernur Cuomo mengatakan sebuah survei terhadap sekitar 3.000 orang menemukan bahwa hampir 14 persen memiliki antibodi, menunjukkan bahwa mereka telah terpapar virus tersebut.
Di New York City, 21 persen orang yang dites memiliki antibodi. Cuomo mengingatkan bahwa data itu adalah permulaan. Sampel orang yang dites adalah kecil. Peserta tes direkrut dengan tergesa-gesa di pusat-pusat perbelanjaan dan toko kelontong, yang berarti mereka cukup sehat untuk keluar di depan umum.
Namun gubernur mengatakan mengetahui berapa banyak orang yang memiliki antibodi, dan siapa yang mungkin kebal terhadap virus, berpotensi dapat membantu menetapkan kebijakan kapan membuka kembali wilayah-wilayah di negara bagian AS tersebut.
“Kami akan memiliki sampel yang lebih besar dan lebih besar. Tapi saya ingin melihat snapshot dari apa yang terjadi dengan kurs itu. Apakah naik, apakah datar, turun? Dan itu benar-benar dapat memberi kami data untuk membuat keputusan," kata Cuomo, seperti dikutip news.com.au, Jumat (24/4/2020).
(min)