Rusia Sita Banyak Senjata yang Dipasok Barat ke Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pada Januari bahwa dia telah mengirim lebih dari USD600 juta bantuan militer ke Ukraina sejak menjabat setahun sebelumnya.
Pada Kamis, Kongres Partai Demokrat mengumumkan rencana mengirim bantuan USD600 juta lagi.
Namun fakta mengejutkan terungkap saat militer Rusia mengatakan pada Jumat bahwa mereka telah menyita sejumlah besar senjata yang dipasok Barat di wilayah Ukraina.
“Berbagai senjata itu termasuk rudal anti-tank FGM-148 Javelin buatan Amerika Serikat (AS) dan rudal anti-tank MBT NLAW buatan Inggris,” ungkap pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia, dilansir Sputnik.
Biden mengatakan pada Januari bahwa dia telah mengirim USD600 juta bantuan ke Ukraina, yang hanya setetes dalam ember pengiriman yang dikirim sejak 2014.
Namun, NLAW baru tiba bulan lalu sebagai bagian dari pengiriman yang terburu-buru di tengah negosiasi yang tegang antara Rusia dan NATO.
NATO mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya akan terus memberikan "bantuan praktis" ke Ukraina dan meminta negara-negara lain melakukan hal yang sama.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan itu akan mencakup sistem pertahanan udara untuk Ukraina.
“Kami mengutuk sekeras mungkin invasi skala penuh Rusia ke Ukraina, yang dimungkinkan oleh Belarusia. Kami menyerukan Rusia untuk segera menghentikan serangan militernya, untuk menarik semua pasukannya dari Ukraina dan untuk berbalik dari jalur agresi yang telah dipilihnya," papar pernyataan NATO yang berbasis di Brussel.
Ukraina bukan anggota NATO, tetapi telah bekerja sama erat dengan blok itu dan dianggap sebagai calon anggota di masa depan.
Keanggotaan NATO untuk Ukraina adalah salah satu keberatan utama Rusia dalam pembicaraan keamanan sebelum konflik saat ini.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Jumat bahwa mereka telah menghancurkan total 211 fasilitas infrastruktur militer di Ukraina sejak operasi "netralisasi" ini dimulai pada Kamis pagi.
Kota Konotop dan Sumy, di timur laut Ukraina, juga telah diblokade tentara Rusia. Kota-kota lain di dekat perbatasan juga telah diblokade dan dikuasai pasukan Rusia, termasuk Chernigov yang bersejarah.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi ini pada Kamis pagi. Dia mengatakan Ukraina akan menjadi negara netral dan kepemimpinan "Nazi" akan dicopot.
Dia juga mengatakan pelaku kejahatan perang terhadap Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, yang memberontak melawan Kiev pada 2014, akan diadili.
Pada Jumat, Putin meminta militer Ukraina menggulingkan pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Putin mengatakan militer Ukraina mungkin lebih masuk akal untuk bernegosiasi dengan Rusia.
Menanggapi operasi tersebut, Barat telah menerapkan sanksi ekonomi berat yang menargetkan lembaga keuangan terbesar Rusia, utang negaranya, perusahaan utama milik negara, dan industri ekspor utama.
Pada Kamis, Kongres Partai Demokrat mengumumkan rencana mengirim bantuan USD600 juta lagi.
Namun fakta mengejutkan terungkap saat militer Rusia mengatakan pada Jumat bahwa mereka telah menyita sejumlah besar senjata yang dipasok Barat di wilayah Ukraina.
“Berbagai senjata itu termasuk rudal anti-tank FGM-148 Javelin buatan Amerika Serikat (AS) dan rudal anti-tank MBT NLAW buatan Inggris,” ungkap pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia, dilansir Sputnik.
Biden mengatakan pada Januari bahwa dia telah mengirim USD600 juta bantuan ke Ukraina, yang hanya setetes dalam ember pengiriman yang dikirim sejak 2014.
Namun, NLAW baru tiba bulan lalu sebagai bagian dari pengiriman yang terburu-buru di tengah negosiasi yang tegang antara Rusia dan NATO.
NATO mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya akan terus memberikan "bantuan praktis" ke Ukraina dan meminta negara-negara lain melakukan hal yang sama.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan itu akan mencakup sistem pertahanan udara untuk Ukraina.
“Kami mengutuk sekeras mungkin invasi skala penuh Rusia ke Ukraina, yang dimungkinkan oleh Belarusia. Kami menyerukan Rusia untuk segera menghentikan serangan militernya, untuk menarik semua pasukannya dari Ukraina dan untuk berbalik dari jalur agresi yang telah dipilihnya," papar pernyataan NATO yang berbasis di Brussel.
Ukraina bukan anggota NATO, tetapi telah bekerja sama erat dengan blok itu dan dianggap sebagai calon anggota di masa depan.
Keanggotaan NATO untuk Ukraina adalah salah satu keberatan utama Rusia dalam pembicaraan keamanan sebelum konflik saat ini.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Jumat bahwa mereka telah menghancurkan total 211 fasilitas infrastruktur militer di Ukraina sejak operasi "netralisasi" ini dimulai pada Kamis pagi.
Kota Konotop dan Sumy, di timur laut Ukraina, juga telah diblokade tentara Rusia. Kota-kota lain di dekat perbatasan juga telah diblokade dan dikuasai pasukan Rusia, termasuk Chernigov yang bersejarah.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi ini pada Kamis pagi. Dia mengatakan Ukraina akan menjadi negara netral dan kepemimpinan "Nazi" akan dicopot.
Dia juga mengatakan pelaku kejahatan perang terhadap Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, yang memberontak melawan Kiev pada 2014, akan diadili.
Pada Jumat, Putin meminta militer Ukraina menggulingkan pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Putin mengatakan militer Ukraina mungkin lebih masuk akal untuk bernegosiasi dengan Rusia.
Menanggapi operasi tersebut, Barat telah menerapkan sanksi ekonomi berat yang menargetkan lembaga keuangan terbesar Rusia, utang negaranya, perusahaan utama milik negara, dan industri ekspor utama.
(sya)