AS Kecam Pengerahan Pasukan Penjaga Perdamaian Rusia ke Ukraina Timur: Omong Kosong!
loading...
A
A
A
NEW YORK - Amerika Serikat (AS) mengecam pengerahan pasukan militer Rusia sebagai penjaga perdamaian ke Ukraina timur yang dikuasai separatis pro-Moskow. Washington anggap dalih sebagai penjaga perdamaian itu hanya omong kosong.
Kecaman disampaikan Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield.
Dia mengatakan pengerahan pasukan penjaga perdamaian Rusia ke Ukraina timur adalah bagian dari dalihnya untuk perang.
"Konsekuensi dari tindakan Rusia akan mengerikan-di seluruh Ukraina, di seluruh Eropa, dan di seluruh dunia," kata Thomas-Greenfield, pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB dengan 15 anggota.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan pasukan militer penjaga perdamaian ke Donetsk dan Luhansk, wilayah yang dikuasasi separatis pro-Moskow di Ukraina timur.
Perintah pengerahan pasukan Rusia muncul setelah Putin mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka.
Ketegangan antara Rusia dan Barat telah meningkat setelah berminggu-minggu tuduhan Amerika Serikat bahwa Moskow telah mengerahkan hingga 150.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina untuk melakukan invasi.
Rusia telah membantah ingin menyerang Ukraina dan menuduh Barat memicu histeria.
“Presiden Putin telah mencabik-cabik Perjanjian Minsk. Kami sudah jelas bahwa kami tidak percaya dia akan berhenti di situ,” kata Thomas-Greenfield, mengacu pada perjanjian 2014 dan 2015 yang bertujuan untuk mengakhiri konflik antara tentara Ukraina dan separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Sementara itu, Moskow menyatakan kesediannya untuk berdiplomasi.
Kecaman disampaikan Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield.
Dia mengatakan pengerahan pasukan penjaga perdamaian Rusia ke Ukraina timur adalah bagian dari dalihnya untuk perang.
"Konsekuensi dari tindakan Rusia akan mengerikan-di seluruh Ukraina, di seluruh Eropa, dan di seluruh dunia," kata Thomas-Greenfield, pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB dengan 15 anggota.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan pasukan militer penjaga perdamaian ke Donetsk dan Luhansk, wilayah yang dikuasasi separatis pro-Moskow di Ukraina timur.
Perintah pengerahan pasukan Rusia muncul setelah Putin mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka.
Ketegangan antara Rusia dan Barat telah meningkat setelah berminggu-minggu tuduhan Amerika Serikat bahwa Moskow telah mengerahkan hingga 150.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina untuk melakukan invasi.
Rusia telah membantah ingin menyerang Ukraina dan menuduh Barat memicu histeria.
“Presiden Putin telah mencabik-cabik Perjanjian Minsk. Kami sudah jelas bahwa kami tidak percaya dia akan berhenti di situ,” kata Thomas-Greenfield, mengacu pada perjanjian 2014 dan 2015 yang bertujuan untuk mengakhiri konflik antara tentara Ukraina dan separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Sementara itu, Moskow menyatakan kesediannya untuk berdiplomasi.