Pasukan Ukraina Hujani Luhansk dengan Artileri Berat, 31 Kali dalam 24 Jam
loading...
A
A
A
LUHANSK - Angkatan Bersenjata Ukraina menghujani Republik Rakyat Luhansk (LPR) dengan tembakan artileri hingga 31 kali dalam 24 jam terakhir. Laporan tersebut diungkap Sputnik berdasarkan sumber di Donbass.
“Ukraina juga menggunakan senjata berat,” ungkap juru bicara misi LPR ke Pusat Gabungan Kontrol dan Koordinasi (JCCC) dari rezim gencatan senjata di Donbass pada Jumat (18/2/2022).
"Dalam 24 jam terakhir, pasukan Ukraina telah melanggar rezim gencatan senjata sebanyak 31 kali," papar juru bicara itu, dilansir Sputnik pada Sabtu (19/2/2022).
Dia menambahkan, “Tentara Ukraina telah menggunakan sistem artileri 122 milimeter, mortir kaliber besar, dan peluncur granat.”
Sebelumnya dilaporkan, pasukan Ukraina juga menghujani wilayah lain Donbass dengan artileri.
“Tentara Ukraina telah menembakkan 18 peluru mortir 120 mm ke desa Zaitsevo, permukiman yang dikuasai Republik Rakyat Donetsk yang terletak di pinggiran kota Gorlovka,” ujar seorang perwakilan Republik Rakyat Donetsk (DPR) di Pusat Pengendalian dan Koordinasi Gabungan mengatakan kepada wartawan.
"Pada 19:40, penembakan direkam oleh formasi bersenjata Ukraina ke arah desa Zaitsevo. 18 ranjau ditembakkan," papar perwakilan itu.
Pengerahan sistem mortir 120 mm di zona konflik Donbass dilarang berdasarkan Perjanjian Minsk, kesepakatan damai yang disepakati pada awal 2015 untuk menegakkan gencatan senjata di Ukraina timur dan pada akhirnya mengakhiri konflik sipil.
Tembakan mortir terjadi di tengah eskalasi besar-besaran hujan mortir, artileri dan tembakan senjata ringan di sepanjang garis kontak antara pasukan Ukraina dan milisi Donbass dalam dua hari terakhir.
Kedua belah pihak melaporkan puluhan pelanggaran gencatan senjata dan menyalahkan pihak lain atas insiden kekerasan tersebut.
Perwakilan Kelompok Kontak Trilateral Republik Rakyat Luhansk, Rodion Miroshnik, memperingatkan pada Jumat bahwa pengerahan sejumlah besar artileri tabung oleh tentara Ukraina di jalur kontak akan menyebabkan korban besar jika serangan besar militer dimulai.
"Ada penembakan di satu desa kecil bernama Sanzhary. Itu terletak antara Debaltseve dan Pervomaisk di jalur kontak. Artileri 122 mm digunakan di sana, yaitu artileri tabung," papar Morshnik.
Dia menambahkan, “Pada garis kontak, kita melihat sejumlah besar artileri meriam kaliber 122-152 mm, yang dapat menyerang pada jarak antara 20-40 km. Saya ingatkan Anda bahwa hanya ada jarak 7 km antara garis kontak dan pusat Donetsk, dan 12 km dari posisi di mana senjata ini dikerahkan dan pusat Lugansk.”
“Artinya, jika artileri ini digunakan sekarang, tidak akan mungkin untuk menghindari pertumpahan darah yang besar dan sejumlah besar korban," papar dia.
Miroshnik memperingatkan, Donbass sedang didorong ke arah pertempuran baru, karena Kiev telah menunjukkan kurangnya kesiapan bernegosiasi dengan republik-republik yang memisahkan diri.
Para pemimpin Donetsk dan Luhansk memerintahkan evakuasi penduduk sipil mereka pada hari Jumat, dengan alasan bahaya serangan habis-habisan Ukraina.
“Ukraina juga menggunakan senjata berat,” ungkap juru bicara misi LPR ke Pusat Gabungan Kontrol dan Koordinasi (JCCC) dari rezim gencatan senjata di Donbass pada Jumat (18/2/2022).
"Dalam 24 jam terakhir, pasukan Ukraina telah melanggar rezim gencatan senjata sebanyak 31 kali," papar juru bicara itu, dilansir Sputnik pada Sabtu (19/2/2022).
Dia menambahkan, “Tentara Ukraina telah menggunakan sistem artileri 122 milimeter, mortir kaliber besar, dan peluncur granat.”
Sebelumnya dilaporkan, pasukan Ukraina juga menghujani wilayah lain Donbass dengan artileri.
“Tentara Ukraina telah menembakkan 18 peluru mortir 120 mm ke desa Zaitsevo, permukiman yang dikuasai Republik Rakyat Donetsk yang terletak di pinggiran kota Gorlovka,” ujar seorang perwakilan Republik Rakyat Donetsk (DPR) di Pusat Pengendalian dan Koordinasi Gabungan mengatakan kepada wartawan.
"Pada 19:40, penembakan direkam oleh formasi bersenjata Ukraina ke arah desa Zaitsevo. 18 ranjau ditembakkan," papar perwakilan itu.
Pengerahan sistem mortir 120 mm di zona konflik Donbass dilarang berdasarkan Perjanjian Minsk, kesepakatan damai yang disepakati pada awal 2015 untuk menegakkan gencatan senjata di Ukraina timur dan pada akhirnya mengakhiri konflik sipil.
Tembakan mortir terjadi di tengah eskalasi besar-besaran hujan mortir, artileri dan tembakan senjata ringan di sepanjang garis kontak antara pasukan Ukraina dan milisi Donbass dalam dua hari terakhir.
Kedua belah pihak melaporkan puluhan pelanggaran gencatan senjata dan menyalahkan pihak lain atas insiden kekerasan tersebut.
Perwakilan Kelompok Kontak Trilateral Republik Rakyat Luhansk, Rodion Miroshnik, memperingatkan pada Jumat bahwa pengerahan sejumlah besar artileri tabung oleh tentara Ukraina di jalur kontak akan menyebabkan korban besar jika serangan besar militer dimulai.
"Ada penembakan di satu desa kecil bernama Sanzhary. Itu terletak antara Debaltseve dan Pervomaisk di jalur kontak. Artileri 122 mm digunakan di sana, yaitu artileri tabung," papar Morshnik.
Dia menambahkan, “Pada garis kontak, kita melihat sejumlah besar artileri meriam kaliber 122-152 mm, yang dapat menyerang pada jarak antara 20-40 km. Saya ingatkan Anda bahwa hanya ada jarak 7 km antara garis kontak dan pusat Donetsk, dan 12 km dari posisi di mana senjata ini dikerahkan dan pusat Lugansk.”
“Artinya, jika artileri ini digunakan sekarang, tidak akan mungkin untuk menghindari pertumpahan darah yang besar dan sejumlah besar korban," papar dia.
Miroshnik memperingatkan, Donbass sedang didorong ke arah pertempuran baru, karena Kiev telah menunjukkan kurangnya kesiapan bernegosiasi dengan republik-republik yang memisahkan diri.
Para pemimpin Donetsk dan Luhansk memerintahkan evakuasi penduduk sipil mereka pada hari Jumat, dengan alasan bahaya serangan habis-habisan Ukraina.
(sya)