Ramalan Presiden Belarusia: Ukraina akan Gabung Negara Kesatuan dengan Rusia

Senin, 07 Februari 2022 - 15:15 WIB
loading...
Ramalan Presiden Belarusia:...
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko. Foto/REUTERS
A A A
MINSK - Ukraina pada akhirnya dapat bergabung negara kesatuan dengan Rusia dan Belarusia segera setelah 15 tahun dari sekarang jika "berbagai kesalahan" dihindari selama krisis saat ini.

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengungkapkan ramalannya dalam wawancara dengan saluran YouTube 'Soloviev Live', yang sebagian ditayangkan media Rusia pada Minggu (6/2/2022).

“Masalah utamanya adalah krisis yang sedang berlangsung sedang dipicu dari seberang Atlantik,” ujar dia, menuduh Washington secara aktif mendorong Kiev ke dalam perang dengan Rusia.



Dia menjelaskan, “Ini hanyalah inti dari perang, yang saat ini diperdebatkan oleh Anda dan kita; ‘Oh, Ukraina akan berperang.’ Bukan Ukraina, Amerika-lah yang mendorong mereka ke dalam perang.”



Selama beberapa bulan terakhir, para pejabat tinggi dan media Barat berulang kali memperingatkan tentang dugaan 'invasi' Rusia ke Ukraina. Tuduhan itu secara konsisten dibantah Moskow.



Tidak ada bukti aktual untuk mendukung klaim semacam itu yang muncul, dengan laporan tersebut malah mengutip sumber anonim dan pengamatan pergerakan pasukan Rusia di dalam wilayah negara itu sendiri.

Ukraina tampaknya sangat enggan berperang, menurut Lukashenko, mengacu pada pernyataan baru-baru ini oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Zelensky malah menuduh para politisi dan media Barat meningkatkan ketegangan. Dia mengatakan politisi dan media Barat melukis situasi di Ukraina seolah-olah sudah berperang dengan Rusia.

“Meskipun saya tidak berharap dia berperilaku seperti itu, (Zelensky) sudah mulai menangis 'Tidak, tidak, tidak akan ada perang, tidak ada perang,' dan seterusnya. Sekarang mereka mencoba mendorongnya kembali ke kandangnya untuk membuatnya mengatakan bahwa akan ada perang, bahwa kita akan menyerang dan seterusnya,” ujar Lukashenko, mencap presiden Ukraina sebagai pria “tanpa kepala”.

Dia berpendapat presiden Ukraina tampaknya tidak membenci “seluruh masa lalu Soviet.”

Ditanya tentang masa depan Ukraina, Lukashenko mengatakan negara itu mungkin pada akhirnya tidak hanya menjadi sekutu, tetapi juga anggota Negara Kesatuan, yang saat ini terdiri dari Rusia dan Belarus.

Dibentuk pada tahun 1999, Negara Kesatuan Rusia-Belarusia awalnya meramalkan pembentukan kabinet, parlemen dan pengadilan, serta lembaga-lembaga bersama lain, yang secara efektif mengubah dua negara menjadi satu.

Tak satu pun dari rencana ini yang terwujud sejauh ini, tetapi kedua negara menikmati kemitraan ekonomi dan politik yang mendalam, dengan rencana integrasi lebih lanjut diumumkan Moskow dan Minsk tahun lalu.

“Negara-negara lain juga dapat bergabung dengan organisasi tersebut,” papar Lukashenko.

“Anda tahu, Belarusia sudah ada di sana, saya pikir ada pelajaran bagus untuk Kazakhstan,” ujar dia, mengacu pada gejolak kekerasan yang dialami negara Asia Tengah itu pada awal Januari, yang mendorong pemerintah Kazakhstan meminta misi penjaga perdamaian singkat dengan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia.

“Jika Anda mengatakan 15 tahun, saya yakin Ukraina akan ada di sana jika kita tidak melakukan kesalahan,” prediksi Lukashenko.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
Hamas Senang Trump Cabut...
Hamas Senang Trump Cabut Rencana AS Usir Warga Gaza
Ukraina Kehabisan Rudal...
Ukraina Kehabisan Rudal ATACMS Amerika untuk Melawan Rusia
Trump Peringatkan Putin:...
Trump Peringatkan Putin: Menolak Gencatan Senjata Akan Sangat Menghancurkan bagi Rusia
Donald Trump: Tidak...
Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Rakyat Palestina dari Gaza
Jenderal Tertinggi Rusia:...
Jenderal Tertinggi Rusia: Pasukan Ukraina Dikepung di Kursk
Ukraina Setuju Gencatan...
Ukraina Setuju Gencatan Senjata 30 Hari, Ini Respons Rusia
Putin: Tentara Bayaran...
Putin: Tentara Bayaran Asing yang Bela Ukraina Dianggap Teroris!
Ukraina Terima Gencatan...
Ukraina Terima Gencatan Senjata 30 hari, Berikut 4 Dampaknya bagi Perang Rusia
Rekomendasi
Eks Kapolres Ngada Jadi...
Eks Kapolres Ngada Jadi Tersangka Kasus Pencabulan Tiga Anak, Langsung Ditahan
5 Potret Cantik Luna...
5 Potret Cantik Luna Bijl, Model Belanda yang Jadi Pacar Maarten Paes
Profil Samuel Silalahi...
Profil Samuel Silalahi Pemain Keturunan Indonesia Berdarah Batak yang Dipanggil Timnas Norwegia U-21
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
47 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
3 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
4 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
Akhirnya, Ukraina Sepakati...
Akhirnya, Ukraina Sepakati Gencatan Senjata 30 Hari dengan Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved