AS Kerahkan Jet Tempur Siluman F-35 ke Timur Tengah, Melawan Iran?
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) mengerahkan beberapa pesawat jet tempur siluman F-35 ke Timur Tengah. Misinya adalah untuk mengawal kapal-kapal, mencegah musuh potensial, melakukan pengintaian dan tentu saja mendukung operasi tempur yang sedang berlangsung di wilayah Komando Pusat (CENTCOM) militer Amerika.
Militer Amerika tidak menyebut nama negara tertentu terkait musuh potensial yang akan dihadapi jet-jet tempur canggih tersebut. Namun, media Amerika; Fox News, terang-terangan menyatakan Iran sebagai pihak yang akan dicegah oleh pesawat-pesawat tempur F-35 dari melakukan serangan.
Para pejabat Angkatan Udara Amerika menjelaskan penempatan pesawat-pesawat tempur itu sebagai skuadron terbaru untuk bergabung dalam pertempuran. Menurut Angkatan Udara operasi itu menandai yang ketiga kalinya dalam waktu sekitar 12 bulan bahwa F-35A Lightning II telah dikirim ke pertempuran. (Baca: Rudal Hipersonik AS Tak Sengaja Lepas dari Bomber B-52 dan Meledak )
"Skuadron Tempur 421 berangkat dari Hill AFB (Air Force Base) baru-baru ini ke Pangkalan Udara Al Dhafra, Uni Emirat Arab, untuk mendukung misi Komando Pusat Angkatan Udara Amerika Serikat di kawasan itu," kata seorang pejabat Angkatan Udara Amerika yang dikutip Fox News, Jumat (12/6/2020), tanpa disebutkan namanya.
Lantaran operasi tempur melawan kelompok Islamic State atau ISIS dan Taliban telah berkurang—dalam kasus ISIS pada dasarnya sudah berakhir—pengerahan F-35 kemungkinan ditujukan untuk latihan, pencegahan serangan musuh, perlindungan pasukan, dan pengawalan kapal.
Laporan Angkatan Udara mengonfirmasi ruang lingkup misi F-35 ke Timur Tengah, yakni pertahanan udara, pengawalan maritim, pencegahan dan partisipasi dalam latihan multi-nasional.
Tet tempur F-35 sebelumnya telah menyerang Taliban selama debut tempurnya dan, menurut para pendukungnya, sangat cocok untuk dukungan udara dekat atau close air support (CAS). Angkatan Udara telah lama berniat menggunakan F-35 untuk misi CAS dan, dalam evaluasi Pentagon secara khusus menilai F-35 sehubungan dengan A-10 Warthog dipuji dan teruji dalam perang.
Beberapa pihak berpikir bahwa menggunakan F-35 mungkin terlalu berlebihan dalam hal CAS, atau berpotensi lebih rentan daripada A-10 terkena tembakan musuh dari darat. A-10 adalah platform tempur yang sudah teruji dan dianggap sangat berharga bagi dinas militer. Namun, banyak pengembang senior Angkatan Udara juga menilai keunggulan F-35 dalam hal misi CAS, menunjuk pada sensornya, sistem penargetan, meriam 25 milimeter dan kecepatan sebagai atribut yang berkontribusi pada kinerja tempur F-35. (Baca juga: Jet Tempur Siluman F-35 AS Kecelakaan Gara-gara Roda Pendaratan Tak Fungsi )
Sensor F-35 jarak jauh yang diaktifkan komputer dapat membantu pesawat untuk melihat dan menghancurkan target darat musuh dengan presisi dari ketinggian yang jauh lebih tinggi dan jarak yang jauh lebih jauh daripada A-10. Kecepatan F-35, bila dibandingkan dengan A-10, berpotensi membuatnya lebih mampu bermanuver, menghindari tembakan musuh, dan masuk ke posisi untuk menyerang.
Seperti pistol 30 milimeter A-10, F-35 memiliki meriam 25 milimeter yang dipasang di sayap kiri yang dapat menyerang pasukan darat. Dengan konfigurasi sensornya, dengan hal-hal seperti Distributed Aperture System 360 derajat dengan kamera, F-35 membawa misi intelijen, pengawasan, komponen pengintai seperti drone ke perang udara-darat.
Misi F-35 bisa membantu penargetan, analisis medan, dan serangan presisi yang sangat dibutuhkan ketika tentara AS bertarung dengan manuver pasukan darat musuh.
F-35 mungkin diposisikan lebih baik untuk merespons dengan cepat gerakan pasukan musuh; dalam hal ancaman udara musuh muncul dalam tembak-menembak, F-35 dapat mengatasinya dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh A-10. Sebuah F-35 akan diposisikan jauh lebih baik untuk menemukan titik-titik tembakan musuh jarak jauh yang memiliki signifikansi tempur dan menghancurkan titik-titik peluncuran artileri, mortir, atau pun senjata jarak jauh lainnya.
Militer Amerika tidak menyebut nama negara tertentu terkait musuh potensial yang akan dihadapi jet-jet tempur canggih tersebut. Namun, media Amerika; Fox News, terang-terangan menyatakan Iran sebagai pihak yang akan dicegah oleh pesawat-pesawat tempur F-35 dari melakukan serangan.
Para pejabat Angkatan Udara Amerika menjelaskan penempatan pesawat-pesawat tempur itu sebagai skuadron terbaru untuk bergabung dalam pertempuran. Menurut Angkatan Udara operasi itu menandai yang ketiga kalinya dalam waktu sekitar 12 bulan bahwa F-35A Lightning II telah dikirim ke pertempuran. (Baca: Rudal Hipersonik AS Tak Sengaja Lepas dari Bomber B-52 dan Meledak )
"Skuadron Tempur 421 berangkat dari Hill AFB (Air Force Base) baru-baru ini ke Pangkalan Udara Al Dhafra, Uni Emirat Arab, untuk mendukung misi Komando Pusat Angkatan Udara Amerika Serikat di kawasan itu," kata seorang pejabat Angkatan Udara Amerika yang dikutip Fox News, Jumat (12/6/2020), tanpa disebutkan namanya.
Lantaran operasi tempur melawan kelompok Islamic State atau ISIS dan Taliban telah berkurang—dalam kasus ISIS pada dasarnya sudah berakhir—pengerahan F-35 kemungkinan ditujukan untuk latihan, pencegahan serangan musuh, perlindungan pasukan, dan pengawalan kapal.
Laporan Angkatan Udara mengonfirmasi ruang lingkup misi F-35 ke Timur Tengah, yakni pertahanan udara, pengawalan maritim, pencegahan dan partisipasi dalam latihan multi-nasional.
Tet tempur F-35 sebelumnya telah menyerang Taliban selama debut tempurnya dan, menurut para pendukungnya, sangat cocok untuk dukungan udara dekat atau close air support (CAS). Angkatan Udara telah lama berniat menggunakan F-35 untuk misi CAS dan, dalam evaluasi Pentagon secara khusus menilai F-35 sehubungan dengan A-10 Warthog dipuji dan teruji dalam perang.
Beberapa pihak berpikir bahwa menggunakan F-35 mungkin terlalu berlebihan dalam hal CAS, atau berpotensi lebih rentan daripada A-10 terkena tembakan musuh dari darat. A-10 adalah platform tempur yang sudah teruji dan dianggap sangat berharga bagi dinas militer. Namun, banyak pengembang senior Angkatan Udara juga menilai keunggulan F-35 dalam hal misi CAS, menunjuk pada sensornya, sistem penargetan, meriam 25 milimeter dan kecepatan sebagai atribut yang berkontribusi pada kinerja tempur F-35. (Baca juga: Jet Tempur Siluman F-35 AS Kecelakaan Gara-gara Roda Pendaratan Tak Fungsi )
Sensor F-35 jarak jauh yang diaktifkan komputer dapat membantu pesawat untuk melihat dan menghancurkan target darat musuh dengan presisi dari ketinggian yang jauh lebih tinggi dan jarak yang jauh lebih jauh daripada A-10. Kecepatan F-35, bila dibandingkan dengan A-10, berpotensi membuatnya lebih mampu bermanuver, menghindari tembakan musuh, dan masuk ke posisi untuk menyerang.
Seperti pistol 30 milimeter A-10, F-35 memiliki meriam 25 milimeter yang dipasang di sayap kiri yang dapat menyerang pasukan darat. Dengan konfigurasi sensornya, dengan hal-hal seperti Distributed Aperture System 360 derajat dengan kamera, F-35 membawa misi intelijen, pengawasan, komponen pengintai seperti drone ke perang udara-darat.
Misi F-35 bisa membantu penargetan, analisis medan, dan serangan presisi yang sangat dibutuhkan ketika tentara AS bertarung dengan manuver pasukan darat musuh.
F-35 mungkin diposisikan lebih baik untuk merespons dengan cepat gerakan pasukan musuh; dalam hal ancaman udara musuh muncul dalam tembak-menembak, F-35 dapat mengatasinya dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh A-10. Sebuah F-35 akan diposisikan jauh lebih baik untuk menemukan titik-titik tembakan musuh jarak jauh yang memiliki signifikansi tempur dan menghancurkan titik-titik peluncuran artileri, mortir, atau pun senjata jarak jauh lainnya.
(mas)