Rusia Ungkap Fakta Ukraina Dibanjiri Senjata AS dan NATO
loading...
A
A
A
NEW YORK - Ukraina telah "dibanjiri" senjata dari Amerika Serikat (AS) dan NATO, serta para penasihat "yang tak terhitung jumlahnya" dari negara-negara Barat.
Pernyataan itu diungkapkan Misi Tetap Rusia untuk PBB dalam pernyataan di websitenya.
"Menumbuhkan Russophobia di antara warganya dan negara-negara yang berpikiran sama, berbicara tentang akumulasi pasukan Rusia sebagai hampir akar penyebab semua masalah, (AS) lupa mengklarifikasi bahwa pembicaraan itu tentang pasukan Rusia di wilayah Rusia," papar pernyataan Misi Rusia di PBB, dilansir Sputnik pada Rabu (26/1/2022).
“Ini berbeda dengan persenjataan Amerika dan NATO serta penasihat yang tak terhitung jumlahnya yang telah membanjiri Ukraina dan beberapa negara lain yang dekat dengan perbatasan Rusia. Juga tidak ada penjelasan untuk apa yang dilakukan angkatan laut Amerika, yang meningkatkan ketegangan di wilayah Laut Hitam, dekat pantai Rusia," ungkap pernyataan Misi Rusia itu.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengkonfirmasi pada hari sebelumnya bahwa tidak ada niat untuk mengerahkan pasukan Amerika atau NATO ke Ukraina.
Misi Rusia juga mengatakan AS mendukung militan di Idlib Suriah dan memperkuat posisi kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham.
“Dengan dalih merawat warga Suriah yang ditahan secara paksa oleh Hayat Tahrir al-Sham di Idlib sebagai perisai manusia, diplomasi Amerika, dengan mengorbankan pembayar pajaknya, sebenarnya mendukung para militan,” ungkap Misi Rusia di PBB.
"Dengan memperkuat posisi Hayat Tahrir al-Sham, Washington menembak dirinya sendiri, menyatakan komitmennya terhadap integritas teritorial Republik Arab Suriah," papar pernyataan itu.
Diplomat Rusia juga menambahkan Moskow menyayangkan Washington menganggap menarik garis pemisah dan memasukkan negara-negara lain di PBB menjadi salah satu pencapaiannya di organisasi itu pada 2021.
"Sangat disesalkan bahwa rekan-rekan Amerika, sejalan dengan tradisi yang menyedihkan, secara terbuka menyebut menggambar garis pemisah, mengorganisir acara duplikat dan non-inklusif di luar PBB, 'mengandung' negara-negara lain di seluruh sistem PBB sebagai salah satu pencapaian utama mereka pada tahun 2021," papar Misi Rusia.
Dokumen tersebut diterbitkan sebagai tanggapan atas siaran pers dari Misi Permanen AS untuk PBB tertanggal 20 Januari, di mana para pejabat Amerika mempresentasikan apa yang disebut dugaan pemulihan kepemimpinan Amerika Serikat di PBB pada tahun pertama kepresidenan Joe Biden.
Ketegangan antara Rusia dan NATO telah meningkat baru-baru ini, karena Kiev dan sejumlah anggota aliansi telah menyatakan kekhawatiran tentang dugaan "konsentrasi" pasukan Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia memindahkan pasukan di dalam wilayahnya sendiri dan atas kebijakannya sendiri. Menurutnya, aktivitas itu tidak mengancam siapa pun.
Moskow telah berulang kali membantah tuduhan agresi yang direncanakan ke Ukraina. Rusia memperingatkan mempersenjatai Kiev dapat mendorongnya menggunakan kekuatan terhadap wilayah Donbass yang berbahasa Rusia.
Pernyataan itu diungkapkan Misi Tetap Rusia untuk PBB dalam pernyataan di websitenya.
"Menumbuhkan Russophobia di antara warganya dan negara-negara yang berpikiran sama, berbicara tentang akumulasi pasukan Rusia sebagai hampir akar penyebab semua masalah, (AS) lupa mengklarifikasi bahwa pembicaraan itu tentang pasukan Rusia di wilayah Rusia," papar pernyataan Misi Rusia di PBB, dilansir Sputnik pada Rabu (26/1/2022).
“Ini berbeda dengan persenjataan Amerika dan NATO serta penasihat yang tak terhitung jumlahnya yang telah membanjiri Ukraina dan beberapa negara lain yang dekat dengan perbatasan Rusia. Juga tidak ada penjelasan untuk apa yang dilakukan angkatan laut Amerika, yang meningkatkan ketegangan di wilayah Laut Hitam, dekat pantai Rusia," ungkap pernyataan Misi Rusia itu.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengkonfirmasi pada hari sebelumnya bahwa tidak ada niat untuk mengerahkan pasukan Amerika atau NATO ke Ukraina.
Misi Rusia juga mengatakan AS mendukung militan di Idlib Suriah dan memperkuat posisi kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham.
“Dengan dalih merawat warga Suriah yang ditahan secara paksa oleh Hayat Tahrir al-Sham di Idlib sebagai perisai manusia, diplomasi Amerika, dengan mengorbankan pembayar pajaknya, sebenarnya mendukung para militan,” ungkap Misi Rusia di PBB.
"Dengan memperkuat posisi Hayat Tahrir al-Sham, Washington menembak dirinya sendiri, menyatakan komitmennya terhadap integritas teritorial Republik Arab Suriah," papar pernyataan itu.
Diplomat Rusia juga menambahkan Moskow menyayangkan Washington menganggap menarik garis pemisah dan memasukkan negara-negara lain di PBB menjadi salah satu pencapaiannya di organisasi itu pada 2021.
"Sangat disesalkan bahwa rekan-rekan Amerika, sejalan dengan tradisi yang menyedihkan, secara terbuka menyebut menggambar garis pemisah, mengorganisir acara duplikat dan non-inklusif di luar PBB, 'mengandung' negara-negara lain di seluruh sistem PBB sebagai salah satu pencapaian utama mereka pada tahun 2021," papar Misi Rusia.
Dokumen tersebut diterbitkan sebagai tanggapan atas siaran pers dari Misi Permanen AS untuk PBB tertanggal 20 Januari, di mana para pejabat Amerika mempresentasikan apa yang disebut dugaan pemulihan kepemimpinan Amerika Serikat di PBB pada tahun pertama kepresidenan Joe Biden.
Ketegangan antara Rusia dan NATO telah meningkat baru-baru ini, karena Kiev dan sejumlah anggota aliansi telah menyatakan kekhawatiran tentang dugaan "konsentrasi" pasukan Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia memindahkan pasukan di dalam wilayahnya sendiri dan atas kebijakannya sendiri. Menurutnya, aktivitas itu tidak mengancam siapa pun.
Moskow telah berulang kali membantah tuduhan agresi yang direncanakan ke Ukraina. Rusia memperingatkan mempersenjatai Kiev dapat mendorongnya menggunakan kekuatan terhadap wilayah Donbass yang berbahasa Rusia.
(sya)