Warga Israel Berdandan ala Muslim untuk Bisa Masuk Kompleks Al-Aqsa
loading...
A
A
A
YERUSALEM - Sejumlah orang Yahudi Israel dilaporkan kerap menyamar sebagai Muslim untuk bisa menyelinap masu ke dalam kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki, lapor berita Channel 13 Israel.
Organisasi ekstrem Israel Returning to the Mount, yang mempromosikan masuknya orang Yahudi ke dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, memicu kekhawatiran di kalangan pejabat keamanan, yang memperingatkan bahwa tindakan mereka dapat memicu kekerasan di tempat suci umat Islam.
Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang-orang Yahudi menyebut daerah itu "Gunung Kuil". Mereka juga mengklaim bahwa itu adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Raphael Morris, kepala kelompok Returning to the Mount, mengatakan kepada Channel 13, kelompok itu menekankan untuk tampil seperti orang Arab agar tidak menimbulkan kecurigaan penjaga Masjid Al-Aqsa atau Departemen Wakaf Islam yang dikelola Yordania, yang mengawasi tempat-tempat suci di Yerusalem.
Yisrael, seorang instruktur, diperlihatkan dalam cuplikan yang disiarkan oleh Channel 13 mengajari anggota ekstrem kelompok itu bagaimana melakukan posisi salat kaum Musli, sambil diam-diam membacakan liturgi Yahudi.
“Visi kami adalah untuk dapat pergi ke Temple Mount setiap saat sepanjang hari, dan pada akhirnya juga berhasil membangun Bait Suci dan memulihkan layanan kurban,” kata Morris, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (14/12/2021).
Morris bersikeras bahwa dia bertindak "secara terbuka" dan bahwa tindakannya itu legal. "Fakta bahwa negara tidak menyukainya, tidak berarti itu ilegal," ucap Morris.
Sejak 2003, Israel mengizinkan pemukim masuk ke kompleks itu hampir setiap hari. Puluhan orang Yahudi Israel menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa dari Gerbang Mughrabi setiap hari, di bawah perlindungan polisi pendudukan Israel, dan melakukan tur provokatif, serta melakukan sholat Talmud.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Israel mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Organisasi ekstrem Israel Returning to the Mount, yang mempromosikan masuknya orang Yahudi ke dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, memicu kekhawatiran di kalangan pejabat keamanan, yang memperingatkan bahwa tindakan mereka dapat memicu kekerasan di tempat suci umat Islam.
Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang-orang Yahudi menyebut daerah itu "Gunung Kuil". Mereka juga mengklaim bahwa itu adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Raphael Morris, kepala kelompok Returning to the Mount, mengatakan kepada Channel 13, kelompok itu menekankan untuk tampil seperti orang Arab agar tidak menimbulkan kecurigaan penjaga Masjid Al-Aqsa atau Departemen Wakaf Islam yang dikelola Yordania, yang mengawasi tempat-tempat suci di Yerusalem.
Yisrael, seorang instruktur, diperlihatkan dalam cuplikan yang disiarkan oleh Channel 13 mengajari anggota ekstrem kelompok itu bagaimana melakukan posisi salat kaum Musli, sambil diam-diam membacakan liturgi Yahudi.
“Visi kami adalah untuk dapat pergi ke Temple Mount setiap saat sepanjang hari, dan pada akhirnya juga berhasil membangun Bait Suci dan memulihkan layanan kurban,” kata Morris, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (14/12/2021).
Morris bersikeras bahwa dia bertindak "secara terbuka" dan bahwa tindakannya itu legal. "Fakta bahwa negara tidak menyukainya, tidak berarti itu ilegal," ucap Morris.
Sejak 2003, Israel mengizinkan pemukim masuk ke kompleks itu hampir setiap hari. Puluhan orang Yahudi Israel menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa dari Gerbang Mughrabi setiap hari, di bawah perlindungan polisi pendudukan Israel, dan melakukan tur provokatif, serta melakukan sholat Talmud.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Israel mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
(esn)