Mantan Bos Mata-mata Arab Saudi Mengaku Hampir Dibunuh Mohammad bin Salman
loading...

Mantan kepala intelijen Arab Saudi bersama anak-anaknya. Foto/al bawaba
A
A
A
RIYADH - Kesaksian mengejutkan keluar dari mulut mantankepala intelijen Arab Saudi, Saad bin Khalid Al Jabri. Dia mengaku Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman (MBS) pernah mencoba membunuhnya.
Saat itu Saad sedang dalam pengasingan di Kanada. Saad beranggapan dia ingin dihilangkan layaknya kasus yang menimpa jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Melansir CBS pada 24 Oktober 2021, Saad bahkan menyebut MBS sebagai psikopat. Saad mengungkapkan, MBS telah merebut kekuasaan dari Mohammed bin Nayef.
Baca juga: Waspada, Satu Orang Meninggal Akibat Covid Omicron di Inggris
Namun justru Nayef ditangkap MBS pada 2017. Diketahui, Saad ingin dibunuh karena memiliki kedekatan dengan Mohammad bin Nayef.
Baca juga: Inggris Bangun Jaringan Kebebasan Global, Puji Peran Indonesia
Sementara itu, Washington Post menyebut dijadikannya Saad sebagai target pembunuhan akibat dirinya mengetahui rahasia penting tentang perebutan kekuasaan di Saudi.
Baca juga: Hari Minggu di 3 Negara Ini Tidak Libur, Utamakan Ibadah Warganya
Informasi lainnya yang diberitakan Sindonews, MBS mengirimkan sekitar 50 orang “pasukan harimau” pada Oktober 2018 lalu.
Kejadian ini hanya berlangsung beberapa pekan usai tewasnya Khashoggi. Untungnya, pasukan ini dihalau petugas perbatasan Kanada yang mencurigai gerak-gerik mereka di bandara.
Selain itu, anak-anak Saad juga ditahan pemerintah Saudi. Sejak Maret 2020, Omar dan Sarah yang merupakan anak-anak Saad, ditangkap dan ditahan pihak keamanan Saudi.
Hal itu dikatakan sengaja dilakukan untuk memancing Saad kembali ke Saudi dari Kanada. Tujuannya tak lain adalah membunuh pria kelahiran 1959 itu.
Saad menikah dengan istrinya, Nadyah, dan dikaruniai 8 orang anak. Sebelum menempati posisi penting di badan intelijen Saudi, Saad merupakan seorang anggota polisi.
Dia menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Edinburgh, Inggris pada 1997. Saad dicopot dari jabatannya pada 2015 dan keluar dari Saudi pada 2017.
Saat itu Saad sedang dalam pengasingan di Kanada. Saad beranggapan dia ingin dihilangkan layaknya kasus yang menimpa jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Melansir CBS pada 24 Oktober 2021, Saad bahkan menyebut MBS sebagai psikopat. Saad mengungkapkan, MBS telah merebut kekuasaan dari Mohammed bin Nayef.
Baca juga: Waspada, Satu Orang Meninggal Akibat Covid Omicron di Inggris
Namun justru Nayef ditangkap MBS pada 2017. Diketahui, Saad ingin dibunuh karena memiliki kedekatan dengan Mohammad bin Nayef.
Baca juga: Inggris Bangun Jaringan Kebebasan Global, Puji Peran Indonesia
Sementara itu, Washington Post menyebut dijadikannya Saad sebagai target pembunuhan akibat dirinya mengetahui rahasia penting tentang perebutan kekuasaan di Saudi.
Baca juga: Hari Minggu di 3 Negara Ini Tidak Libur, Utamakan Ibadah Warganya
Informasi lainnya yang diberitakan Sindonews, MBS mengirimkan sekitar 50 orang “pasukan harimau” pada Oktober 2018 lalu.
Kejadian ini hanya berlangsung beberapa pekan usai tewasnya Khashoggi. Untungnya, pasukan ini dihalau petugas perbatasan Kanada yang mencurigai gerak-gerik mereka di bandara.
Selain itu, anak-anak Saad juga ditahan pemerintah Saudi. Sejak Maret 2020, Omar dan Sarah yang merupakan anak-anak Saad, ditangkap dan ditahan pihak keamanan Saudi.
Hal itu dikatakan sengaja dilakukan untuk memancing Saad kembali ke Saudi dari Kanada. Tujuannya tak lain adalah membunuh pria kelahiran 1959 itu.
Saad menikah dengan istrinya, Nadyah, dan dikaruniai 8 orang anak. Sebelum menempati posisi penting di badan intelijen Saudi, Saad merupakan seorang anggota polisi.
Dia menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Edinburgh, Inggris pada 1997. Saad dicopot dari jabatannya pada 2015 dan keluar dari Saudi pada 2017.
(sya)
Lihat Juga :