Wabah COVID-19 Merebak di Gereja Ortodoks, Kota Ukraina Ditutup
loading...
A
A
A
KIEV - Otoritas Ukraina menutup sebuah kota setelah wabah COVID-19 merebak di salah satu gereja ortodoks terbesar di Eropa Timur.
Polisi Ukraina telah melarang lalu lintas manusia keluar masuk kota Pochayiv. Pihak kepolisian juga menutup untuk umum gereja, yang berada di dalam kota namun dikelilingi oleh tembok kuno.
Ratusan orang termasuk Pastor telah terinfeksi virus Corona baru dan beberapa telah meninggal di kota tempat gereja ortodoks Pochayiv Lavra yang berusia 500 tahun berada.
Gereja Pochayiv Lavra adalah salah satu situs ziarah paling populer bagi umat Kristen Ortodoks di seluruh wilayah Eropa Timur.
Pihak berwenang juga telah menyegel tempat suci Ortodoks kuno lainnya.
Sekitar 150 orang terjangkit virus COVID-19 di Kyiv-Pechersk Lavra, salah satu gereja Ortodoks paling terkenal di Ukraina dan Rusia.
Gereja Pochayiv Lavra adalah milik Gereja Ortodoks Rusia cabang Ukraina. Ratusan ribu jamaah mengunjunginya setiap tahun dari Polandia, Moldova, Rusia, Belarus, dan Bulgaria.
Pihak otoritas gereja menyangkal telah terjadi wabah, tetapi sampai akhir Maret lalu Presiden Moldova, Igor Dodon, mengatakan para jamaah yang telah mengunjungi gereja itu telah terinfeksi COVID-19.
Kota Pochayiv memiliki populasi 8.000 orang dan diperkirakan para Pastor akan melakukan kontak dengan banyak penduduk.
Pemerintah Ukraina belum memiliki akses ke lokasi untuk melakukan pengujian. Tetapi, seiring berjalannya waktu, muncul desas-desus bahwa semakin banyak biarawan yang terinfeksi dan meninggal.
Gereja menyangkal hal itu. Tetapi situasinya berubah minggu lalu ketika empat Pastor yang tinggal di kota itu dinyatakan positif terkena virus Corona.
Sebelum akhir pekan Paskah Ortodoks, pemerintah daerah mendesak Pochayiv Lavra untuk menutup pintunya bagi umum yang ingin liburan, menjelaskan bahwa gereja telah menginfeksi orang yang tinggal di sana.
Namun, ratusan orang nekat datang berkunjung dengan menentang larangan polisi.
Pada 20 April, dilaporkan 13 pasien virus Corona baru didiagnosis di kota itu, termasuk para Pastor yang telah mengunjungi gereja. Seorang wanita berusia 43 tahun telah meninggal.
"Pemerintah daerah telah membuat keputusan untuk sepenuhnya memblokir kota itu dari 22 April," kata Volodymyr Stefanskyi, kepala dewan, seperti dikutip dari BBC, Kamis (23/4/2020).
Para pemimpin Gereja Lavra menyangkal mereka diserang wabah. Tetapi pada hari Selasa gereja itu mengatakan kepada para jamaah: "Bawalah anak-anak, kalian semua harus meninggalkan Lavra. Tidak ada yang boleh berjalan melewati wilayah itu. Jika tidak, akan ada masalah besar."
Gereja telah menyediakan pekerjaan bagi banyak warga di Pochayiv sehingga diduga pihak berwenang enggan memberikan tekanan kepada para pemimpinnya.
Lebih dari 80% orang Ukraina menganggap diri mereka penganut Kristen Ortodoks.
Polisi Ukraina telah melarang lalu lintas manusia keluar masuk kota Pochayiv. Pihak kepolisian juga menutup untuk umum gereja, yang berada di dalam kota namun dikelilingi oleh tembok kuno.
Ratusan orang termasuk Pastor telah terinfeksi virus Corona baru dan beberapa telah meninggal di kota tempat gereja ortodoks Pochayiv Lavra yang berusia 500 tahun berada.
Gereja Pochayiv Lavra adalah salah satu situs ziarah paling populer bagi umat Kristen Ortodoks di seluruh wilayah Eropa Timur.
Pihak berwenang juga telah menyegel tempat suci Ortodoks kuno lainnya.
Sekitar 150 orang terjangkit virus COVID-19 di Kyiv-Pechersk Lavra, salah satu gereja Ortodoks paling terkenal di Ukraina dan Rusia.
Gereja Pochayiv Lavra adalah milik Gereja Ortodoks Rusia cabang Ukraina. Ratusan ribu jamaah mengunjunginya setiap tahun dari Polandia, Moldova, Rusia, Belarus, dan Bulgaria.
Pihak otoritas gereja menyangkal telah terjadi wabah, tetapi sampai akhir Maret lalu Presiden Moldova, Igor Dodon, mengatakan para jamaah yang telah mengunjungi gereja itu telah terinfeksi COVID-19.
Kota Pochayiv memiliki populasi 8.000 orang dan diperkirakan para Pastor akan melakukan kontak dengan banyak penduduk.
Pemerintah Ukraina belum memiliki akses ke lokasi untuk melakukan pengujian. Tetapi, seiring berjalannya waktu, muncul desas-desus bahwa semakin banyak biarawan yang terinfeksi dan meninggal.
Gereja menyangkal hal itu. Tetapi situasinya berubah minggu lalu ketika empat Pastor yang tinggal di kota itu dinyatakan positif terkena virus Corona.
Sebelum akhir pekan Paskah Ortodoks, pemerintah daerah mendesak Pochayiv Lavra untuk menutup pintunya bagi umum yang ingin liburan, menjelaskan bahwa gereja telah menginfeksi orang yang tinggal di sana.
Namun, ratusan orang nekat datang berkunjung dengan menentang larangan polisi.
Pada 20 April, dilaporkan 13 pasien virus Corona baru didiagnosis di kota itu, termasuk para Pastor yang telah mengunjungi gereja. Seorang wanita berusia 43 tahun telah meninggal.
"Pemerintah daerah telah membuat keputusan untuk sepenuhnya memblokir kota itu dari 22 April," kata Volodymyr Stefanskyi, kepala dewan, seperti dikutip dari BBC, Kamis (23/4/2020).
Para pemimpin Gereja Lavra menyangkal mereka diserang wabah. Tetapi pada hari Selasa gereja itu mengatakan kepada para jamaah: "Bawalah anak-anak, kalian semua harus meninggalkan Lavra. Tidak ada yang boleh berjalan melewati wilayah itu. Jika tidak, akan ada masalah besar."
Gereja telah menyediakan pekerjaan bagi banyak warga di Pochayiv sehingga diduga pihak berwenang enggan memberikan tekanan kepada para pemimpinnya.
Lebih dari 80% orang Ukraina menganggap diri mereka penganut Kristen Ortodoks.
(ber)