Warga Korut Dipaksa Beli Bahan Baku Permen untuk Ultah Presiden Kim Jong-un
loading...
A
A
A
SEOUL - Pemerintah daerah di Korea Utara (Korut) berlomba-lomba untuk membuat permen sebagai persiapan perayaan ulang tahun pemimpin mereka Kim Jong-un secara nasional pada Januari mendatang. Namun, mereka memaksa warganya yang kelaparan untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat permen.
Korut diketahui tengah berjuang dengan kekurangan pangan yang dikatakan hampir sama buruknya dengan kelaparan tahun 1990-an, proyek pembuatan kue nasional telah membuat penurunan besar dalam pasokan tepung dan gula, membuat harga berlipat ganda, dan menyalurkan uang dari orang-orang yang membutuhkannya untuk membeli makanan bagi diri mereka sendiri.
“Sejak kemarin, harga satu kilogram tepung melonjak dari USD2,40 (Rp34 ribu) menjadi USD6 (Rp86 ribu). Harga gula juga melonjak dari USD11,02 (Rp158 ribu) menjadi USD21,19 (Rp305 ribu),” kata seorang penduduk Unsan, provinsi Pyongan Selatan, sebelah utara ibu kota Pyongyang.
“Itu semua karena pemerintah pusat telah memerintahkan agar setiap provinsi harus memproduksi dan memasok permen sebagai hadiah untuk anak-anak dari Kim Jong-un untuk ulang tahunnya pada 8 Januari,” kata sumber yang meminta anonimitas karena alasan keamanan seperti dilansir dari Radio Free Asia (RFA), Selasa (7/12/2021).
Pemberian permen kepada anak-anak pada atau sekitar hari ulang tahun pemimpin negara atau para pendahulunya telah menjadi tradisi lama di Korut, tepatnya sejak zaman kakek Kim, pendiri negara itu Kim Il-sung.
Pada awal pemerintahan Kim Jong-un, permen diberikan kepada ibu hamil dan siswa di tempat penitipan anak dan sekolah dasar pada 8 Januari. Namun sejak 2019, pemerintah memperluas hadiah permen untuk setiap anak di seluruh negeri, yang akan diterima pada 1 Januari.
“Jumlah impor tepung terigu dan gula yang beredar di pasar lokal sangat terbatas karena perdagangan perbatasan terhenti akibat pandemi virus Corona. Harga terigu dan gula akan terus naik hingga pabrik makanan selesai memproduksi manisan,” ujar sumber dari Unsan.
Kehancuran ekonomi saat ini dan kekurangan pangan yang meluas disebabkan oleh penutupan perbatasan Korut dengan China dan penangguhan semua perdagangan dengan Beijing pada awal pandemi, hampir dua tahun lalu.
Minimnya impor pangan untuk menjembatani kesenjangan antara produksi dalam negeri dan permintaan membuat kelangkaan semakin terasa.
Korut diketahui tengah berjuang dengan kekurangan pangan yang dikatakan hampir sama buruknya dengan kelaparan tahun 1990-an, proyek pembuatan kue nasional telah membuat penurunan besar dalam pasokan tepung dan gula, membuat harga berlipat ganda, dan menyalurkan uang dari orang-orang yang membutuhkannya untuk membeli makanan bagi diri mereka sendiri.
“Sejak kemarin, harga satu kilogram tepung melonjak dari USD2,40 (Rp34 ribu) menjadi USD6 (Rp86 ribu). Harga gula juga melonjak dari USD11,02 (Rp158 ribu) menjadi USD21,19 (Rp305 ribu),” kata seorang penduduk Unsan, provinsi Pyongan Selatan, sebelah utara ibu kota Pyongyang.
“Itu semua karena pemerintah pusat telah memerintahkan agar setiap provinsi harus memproduksi dan memasok permen sebagai hadiah untuk anak-anak dari Kim Jong-un untuk ulang tahunnya pada 8 Januari,” kata sumber yang meminta anonimitas karena alasan keamanan seperti dilansir dari Radio Free Asia (RFA), Selasa (7/12/2021).
Pemberian permen kepada anak-anak pada atau sekitar hari ulang tahun pemimpin negara atau para pendahulunya telah menjadi tradisi lama di Korut, tepatnya sejak zaman kakek Kim, pendiri negara itu Kim Il-sung.
Pada awal pemerintahan Kim Jong-un, permen diberikan kepada ibu hamil dan siswa di tempat penitipan anak dan sekolah dasar pada 8 Januari. Namun sejak 2019, pemerintah memperluas hadiah permen untuk setiap anak di seluruh negeri, yang akan diterima pada 1 Januari.
“Jumlah impor tepung terigu dan gula yang beredar di pasar lokal sangat terbatas karena perdagangan perbatasan terhenti akibat pandemi virus Corona. Harga terigu dan gula akan terus naik hingga pabrik makanan selesai memproduksi manisan,” ujar sumber dari Unsan.
Kehancuran ekonomi saat ini dan kekurangan pangan yang meluas disebabkan oleh penutupan perbatasan Korut dengan China dan penangguhan semua perdagangan dengan Beijing pada awal pandemi, hampir dua tahun lalu.
Minimnya impor pangan untuk menjembatani kesenjangan antara produksi dalam negeri dan permintaan membuat kelangkaan semakin terasa.