Presiden Apartheid Afrika Selatan Terakhir, FW de Klerk, Tutup Usia
loading...
A
A
A
JOHANNESBURG - Presiden kulit putih terakhir Afrika Selatan (Afsel) Frederik Willem (FW) de Klerk, meninggal pada Kamis (11/11/2021) dalam usia 85 tahun setelah berjuang melawan kanker. FW de Klerk adalah sosok yang merundingkan transfer kekuasaan secara damai ke pemerintahan pimpinan kulit hitam di bawah Nelson Mandela.
"Mantan Presiden FW de Klerk meninggal dengan tenang di rumahnya di Fresnaye pagi ini setelah perjuangannya melawan kanker mesothelioma," kata Yayasan FW de Klerk dalam sebuah pernyataan pada Kamis pagi waktu setempat seperti dikutip dari Reuters.
Dia pada bulan Maret telah didiagnosis dengan mesothelioma, kanker yang mempengaruhi jaringan yang melapisi paru-paru.
"Dia meninggalkan istrinya Elita, anak-anaknya Jan dan Susan dan cucu-cucunya," kata yayasan itu, seraya menambahkan bahwa keluarga pada waktunya akan membuat pengumuman mengenai pengaturan pemakaman.
Presiden Afsel Cyril Ramaphosa diperkirakan akan membuat pernyataan tentang kematian de Klerk.
“Semoga FW de Klerk beristirahat dalam damai dan bangkit dalam kemuliaan,” ujar Uskup Agung Desmond Tutu, seorang veteran perjuangan melawan kekuasaan minoritas kulit putih, dalam sebuah pernyataan singkat yang dikeluarkan oleh kantornya.
John Steenhuisen, pemimpin Aliansi Demokratik (DA), partai terbesar kedua di Afrika Selatan setelah ANC, mengatakan kontribusi de Klerk pada transisi negara menuju demokrasi tidak dapat dilebih-lebihkan.
Steenhuisen mengatakan keberhasilan de Klerk dalam membawa mayoritas pemilih kulit putih bersamanya atas kebutuhan untuk menghapuskan apartheid memainkan peran penting dalam memastikan bahwa transisi terjadi secara damai dan pemilu pada 1994 dianut oleh semua warga Afsel.
DA adalah saingan utama ANC dalam pemilihan nasional dan lokal tetapi telah berjuang untuk melepaskan citranya sebagai partai dengan hak istimewa kulit putih.
"Mantan Presiden FW de Klerk meninggal dengan tenang di rumahnya di Fresnaye pagi ini setelah perjuangannya melawan kanker mesothelioma," kata Yayasan FW de Klerk dalam sebuah pernyataan pada Kamis pagi waktu setempat seperti dikutip dari Reuters.
Dia pada bulan Maret telah didiagnosis dengan mesothelioma, kanker yang mempengaruhi jaringan yang melapisi paru-paru.
"Dia meninggalkan istrinya Elita, anak-anaknya Jan dan Susan dan cucu-cucunya," kata yayasan itu, seraya menambahkan bahwa keluarga pada waktunya akan membuat pengumuman mengenai pengaturan pemakaman.
Presiden Afsel Cyril Ramaphosa diperkirakan akan membuat pernyataan tentang kematian de Klerk.
“Semoga FW de Klerk beristirahat dalam damai dan bangkit dalam kemuliaan,” ujar Uskup Agung Desmond Tutu, seorang veteran perjuangan melawan kekuasaan minoritas kulit putih, dalam sebuah pernyataan singkat yang dikeluarkan oleh kantornya.
John Steenhuisen, pemimpin Aliansi Demokratik (DA), partai terbesar kedua di Afrika Selatan setelah ANC, mengatakan kontribusi de Klerk pada transisi negara menuju demokrasi tidak dapat dilebih-lebihkan.
Steenhuisen mengatakan keberhasilan de Klerk dalam membawa mayoritas pemilih kulit putih bersamanya atas kebutuhan untuk menghapuskan apartheid memainkan peran penting dalam memastikan bahwa transisi terjadi secara damai dan pemilu pada 1994 dianut oleh semua warga Afsel.
DA adalah saingan utama ANC dalam pemilihan nasional dan lokal tetapi telah berjuang untuk melepaskan citranya sebagai partai dengan hak istimewa kulit putih.