Penjelasan Kapal Selam Nuklir AS Canggih tapi Tabrak Gunung Bawah Laut
loading...
A
A
A
BEIJING - Kapal selam bertenaga nuklir Amerika Serikat (AS), USS Connecticut, menabrak gunung di bawah laut di Laut China Selatan bulan lalu. Mantan perwira perang kapal selam Amerika memberikan penjelasan bagaimana bisa kapal yang canggih itu bisa menabrak gunung.
USS Connecticut adalah kapal selam serang bertenaga nuklir kelas Seawolf. Harga kapal tersebut senilai USD3 miliar atau lebih dari Rp43 triliun.
Pejabat pertahanan Amerika sudah mengklarifikasi kepada Associated Press bahwa kapal selam itu memang menabrak gunung bawah laut di Laut China Selatan.
Insiden itu menyebabkan kerusakan yang belum ditentukan dan melukai selusin anggota awak.
“Sangat jarang hal ini terjadi,” kata Bryan Clark, mantan perwira perang kapal selam Angkatan Laut AS dan ahli pertahanan di Hudson Institute, kepada Insider, Kamis (4/11/2021).
"Ada banyak perencanaan hati-hati yang masuk ke dalam operasi ini."
"Anda melakukan perencanaan yang cermat untuk mencari tahu apa peta atau bagan terbaik yang kami miliki di area tersebut, apa rencana kami di mana kami akan beroperasi dalam hal kedalaman, apa risikonya jika ada sesuatu yang belum dipetakan di bagian bawah, apakah itu gunung bawah laut atau tumpukan kontainer atau semacamnya, dan bagaimana menghindari area yang cenderung memiliki bahaya semacam itu," paparnya.
Tetapi, kata Clark, terkadang kemungkinan tak terduga memaksa perubahan dalam rencana, terkadang bagan tidak sebaik yang seharusnya, dan terkadang pelaut membuat kesalahan.
Laut China Selatan adalah lingkungan operasi yang menantang bagi kapal selam karena sangat dangkal, membatasi kedalaman di mana kapal selam dapat beroperasi dengan aman dengan risiko rendah terdeteksi atau menabrak sesuatu.
USS Connecticut adalah kapal selam serang bertenaga nuklir kelas Seawolf. Harga kapal tersebut senilai USD3 miliar atau lebih dari Rp43 triliun.
Pejabat pertahanan Amerika sudah mengklarifikasi kepada Associated Press bahwa kapal selam itu memang menabrak gunung bawah laut di Laut China Selatan.
Insiden itu menyebabkan kerusakan yang belum ditentukan dan melukai selusin anggota awak.
“Sangat jarang hal ini terjadi,” kata Bryan Clark, mantan perwira perang kapal selam Angkatan Laut AS dan ahli pertahanan di Hudson Institute, kepada Insider, Kamis (4/11/2021).
"Ada banyak perencanaan hati-hati yang masuk ke dalam operasi ini."
"Anda melakukan perencanaan yang cermat untuk mencari tahu apa peta atau bagan terbaik yang kami miliki di area tersebut, apa rencana kami di mana kami akan beroperasi dalam hal kedalaman, apa risikonya jika ada sesuatu yang belum dipetakan di bagian bawah, apakah itu gunung bawah laut atau tumpukan kontainer atau semacamnya, dan bagaimana menghindari area yang cenderung memiliki bahaya semacam itu," paparnya.
Tetapi, kata Clark, terkadang kemungkinan tak terduga memaksa perubahan dalam rencana, terkadang bagan tidak sebaik yang seharusnya, dan terkadang pelaut membuat kesalahan.
Laut China Selatan adalah lingkungan operasi yang menantang bagi kapal selam karena sangat dangkal, membatasi kedalaman di mana kapal selam dapat beroperasi dengan aman dengan risiko rendah terdeteksi atau menabrak sesuatu.