Aduh Malunya, Konvoi Militer AS Dipaksa Putar Balik oleh Warga dan Pasukan Suriah

Senin, 25 Oktober 2021 - 15:21 WIB
loading...
Aduh Malunya, Konvoi Militer AS Dipaksa Putar Balik oleh Warga dan Pasukan Suriah
Konvoi militer AS dipaksa putar balik oleh pasukan dan warga Suriah. Foto/twitter/sputnik
A A A
DAMASKUS - Warga sipil dan pasukan Suriah terus menghadapi pasukan Amerika Serikat (AS) yang beroperasi secara ilegal di wilayah timur negara yang kaya minyak dan makanan itu. Sejumlah insiden biasanya dipenuhi ketegangan dan tak jarang pertumpahan darah.

Pasukan Suriah mengoperasikan pos pemeriksaan di sepanjang Jalan Raya M4 yang strategis di provinsi Hasakah.



“Mereka memaksa konvoi militer AS yang melakukan perjalanan di sepanjang jalan itu untuk berputar balik dan kembali ke tempat asalnya,” ungkap sumber di lapangan pada Sputnik, Senin (25/10/2021).



Sumber mengatakan insiden itu terjadi di pos pemeriksaan al-Kazia, yang terletak di barat daya kota Qamishli, dengan konvoi lima Kendaraan Lapis Baja Tahan Ranjau AS, atau MRAP, dicegah untuk lewat.



Sputnik Arabic menerbitkan rekaman insiden tersebut, yang dikatakan terjadi pada 21 Oktober. Video itu menunjukkan pasukan Suriah di pos pemeriksaan mengizinkan satu bus dan ambulans untuk lewat, tetapi menghalangi kendaraan MRAP yang dilengkapi menara senapan mesin AS yang mengibarkan bendera Amerika Serikat yang besar.

Di beberapa titik dalam video, pasukan AS dan Suriah terlihat saling berunding melalui penerjemah, dengan kendaraan utama konvoi parkir di tengah jalan selama beberapa saat.

Seorang perwira Suriah dan Amerika Serikat terlihat berjabat tangan, setelah itu orang-orang Amerika itu kembali ke kendaraan dan MRAP mengatur arah kembali ke arah asalnya.

Kendaraan lain dalam konvoi kemudian berbelok tiga titik dan dengan cara yang sama melaju menjauh dari pos pemeriksaan.

Insiden itu terjadi dua hari setelah kejadian di desa Hamo di pedesaan timur Qamishli pada 19 Oktober saat sekelompok penduduk setempat mencegat konvoi AS yang mencoba lewat di dekat desa, dan juga memaksanya berbalik. Insiden itu melibatkan tiga MRAP dan satu Humvee.

Pasukan AS dan sekutunya Kurdi Suriah merebut kendali atas petak luas wilayah Suriah di timur negara itu, termasuk sebanyak 90% wilayah penghasil minyak dan gas Suriah dan sebagian besar sumber makanannya, pada 2017.

Washington mengakui kehadiran ilegalnya dengan mengutip dugaan ancaman yang ditimbulkan sisa-sisa Negara Islam (ISIS).

Damaskus mengecam kehadiran AS secara ilegal, dan menuntut agar Amerika dan semua pasukan asing lainnya yang tidak secara eksplisit diundang untuk membantu memerangi teror mengosongkan negara itu.

Penduduk Suriah timur laut secara teratur mencoba memblokir perjalanan pasukan AS dan sekutunya Kurdi melalui desa-desa dan kota-kota mereka.

Menurut warga Suriah, pasukan AS dan Kurdi terlibat penjarahan sumber daya minyak, gas dan gandum, menyebarkan kekacauan dan penjarahan.

Ketika pasukan Suriah mengalami kebuntuan dengan pasukan AS, bentrokan mematikan kadang-kadang terjadi.

Pada Agustus 2020, baku tembak antara konvoi AS dan pasukan Suriah menyebabkan satu tentara Suriah tewas dan dua orang lainnya terluka.

Selama lebih dari setahun, Pentagon menyalahkan tentara Suriah atas insiden mematikan tersebut.

Namun, bulan lalu, Task & Purpose menerbitkan kutipan dari laporan yang disunting militer yang mengungkapkan sersan peleton tentara AS Robert Nicoson menghadapi pengadilan militer atas dugaan pelanggaran sebelum dan sesudah baku tembak.

Prajurit itu didakwa melanggar perintah, membahayakan secara sembrono, membuat ancaman yang melanggar hukum terhadap tentara Suriah, dan menghalangi keadilan.

Menurut laporan itu, sersan itu memerintahkan konvoinya melewati pos pemeriksaan tentara Suriah meskipun mengetahui bahwa dia “tidak memiliki izin untuk melakukannya.”

Setelah baku tembak, tampaknya menyadari kemungkinan konsekuensi dari tindakannya, sersan itu memerintahkan rekan-rekannya menghapus video interaksinya di pos pemeriksaan, dan diduga memerintahkan seorang tentara membuat "mengklaim palsu" bahwa mereka telah diberi izin untuk melintas pos pemeriksaan.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1581 seconds (0.1#10.140)