Krisis Corona di Italia Mulai Menurun, Inggris Makin Parah
loading...
A
A
A
ROMA - Jumlah korban meninggal karena Covid-19 mencapai 24.114 dan itu menunjukkan tingkat penurunan dari hari ke hari. Penambahan korban meninggal terbaru pada Senin (20/4) adalah 454 dan menjadi titik terendah dalam satu bulan terakhir.
Pemerintah Italia mengatakan penurunan yang kecil, namun simbolik itu adalah "perkembangan positif". "Untuk pertama kalinya, kita melihat perkembangan baru yang positif: jumlah (kasus) yang positif telah menurun," kata Kepala Badan Perlindungan Sipil Italia Angelo Borelli, dilansir Reuters.
Tempat-tempat usaha itu mencakup toko buku, toko alat tulis, dan toko yang menjual pakaian anak-anak. Sementara pihak berwenang mengkaji cara menerapkan penjarakan sosial dengan aman. Italia menyandang jumlah kasus Covid-19 ketiga terbanyak di dunia setelah Spanyol dan Amerika Serikat (AS). Pada Minggu (19/4/2020), terdapat 486 tambahan kasus positif yang aktif di negara tersebut.
Prancis menjadi negara terbaru yang mencatat lebih dari 20.000 kematian terkait virus corona. Menurut Direktur Kesehatan Prancis Jérôme Salomon, jumlah tersebut "simbolis dan menyakitkan". "Malam ini, negara kita melewati tonggak simbolis yang menyakitkan," ujarnya.
Salomon mengungkapkan hingga Senin (20/4/2020), ada 20.265 kematian terkait virus di Prancis dan 12.513 di antaranya di rumah sakit serta 7.752 di panti jompo.
Namun, Salomon optimistis jumlah pasien yang dirawat di unit perawatan khusus menurun hingga 5.683 orang dan terendah sejak 31 Maret. “Virus korona menyebabkan kematian mencapai 2,8%,” ujarnya.
Sementara itu, berbagai rumah sakit di Inggris masih menunggu kedatangan 400.000 alat pelindung diri (APD) yang dijanjikan sedianya tiba pada Senin (20/4). Namun demikian, muncul "kepercayaan yang cukup rendah" bahwa APD akan tiba sesuai jadwal.
Direktur Badan Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) Chris Hopson mengatakan tak diragukan lagi sejumlah rumah sakit kekurangan APD yang diperlukan para petugas kesehatan untuk merawat pasien Covid-19. Pengiriman APD dari Turki itu semula direncanakan tiba di Inggris pada Minggu (19/4), tetapi belum juga tiba hingga Senin (20/4). Padahal, pasien semakin bertambah dan angka kematian telah mencapai 16.509 orang sejauh ini.
Keterlambatan membuat pemerintah mengerahkan pesawat milik Angkatan Udara, yang telah bertolak dari Inggris pada Senin petang untuk mengangkut 400.000 baju pelindung tersebut. Menteri Kebudayaan Oliver Dowden mengatakan Pemerintah Inggris "berusaha keras" mengatasi persoalan kekurangan baju pelindung, tetapi muncul "tantangan di pihak Turki". (Muh Shamil)
Pemerintah Italia mengatakan penurunan yang kecil, namun simbolik itu adalah "perkembangan positif". "Untuk pertama kalinya, kita melihat perkembangan baru yang positif: jumlah (kasus) yang positif telah menurun," kata Kepala Badan Perlindungan Sipil Italia Angelo Borelli, dilansir Reuters.
Tempat-tempat usaha itu mencakup toko buku, toko alat tulis, dan toko yang menjual pakaian anak-anak. Sementara pihak berwenang mengkaji cara menerapkan penjarakan sosial dengan aman. Italia menyandang jumlah kasus Covid-19 ketiga terbanyak di dunia setelah Spanyol dan Amerika Serikat (AS). Pada Minggu (19/4/2020), terdapat 486 tambahan kasus positif yang aktif di negara tersebut.
Prancis menjadi negara terbaru yang mencatat lebih dari 20.000 kematian terkait virus corona. Menurut Direktur Kesehatan Prancis Jérôme Salomon, jumlah tersebut "simbolis dan menyakitkan". "Malam ini, negara kita melewati tonggak simbolis yang menyakitkan," ujarnya.
Salomon mengungkapkan hingga Senin (20/4/2020), ada 20.265 kematian terkait virus di Prancis dan 12.513 di antaranya di rumah sakit serta 7.752 di panti jompo.
Namun, Salomon optimistis jumlah pasien yang dirawat di unit perawatan khusus menurun hingga 5.683 orang dan terendah sejak 31 Maret. “Virus korona menyebabkan kematian mencapai 2,8%,” ujarnya.
Sementara itu, berbagai rumah sakit di Inggris masih menunggu kedatangan 400.000 alat pelindung diri (APD) yang dijanjikan sedianya tiba pada Senin (20/4). Namun demikian, muncul "kepercayaan yang cukup rendah" bahwa APD akan tiba sesuai jadwal.
Direktur Badan Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) Chris Hopson mengatakan tak diragukan lagi sejumlah rumah sakit kekurangan APD yang diperlukan para petugas kesehatan untuk merawat pasien Covid-19. Pengiriman APD dari Turki itu semula direncanakan tiba di Inggris pada Minggu (19/4), tetapi belum juga tiba hingga Senin (20/4). Padahal, pasien semakin bertambah dan angka kematian telah mencapai 16.509 orang sejauh ini.
Keterlambatan membuat pemerintah mengerahkan pesawat milik Angkatan Udara, yang telah bertolak dari Inggris pada Senin petang untuk mengangkut 400.000 baju pelindung tersebut. Menteri Kebudayaan Oliver Dowden mengatakan Pemerintah Inggris "berusaha keras" mengatasi persoalan kekurangan baju pelindung, tetapi muncul "tantangan di pihak Turki". (Muh Shamil)
(ysw)