Sekjen PBB Serukan Demonstrasi Damai di AS
loading...
A
A
A
NEW YORK - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres menyerukan aksi demonstrasi damai di Amerika Serikat (AS) atas kematian George Floyd. Ia juga menyerukan pihak berwenang untuk manahan diri dalam menanggapi demonstran.
"Pesan sekretaris jenderal adalah bahwa keluhan harus didengar, tetapi mereka harus diungkapkan dengan cara damai dan pihak berwenang harus menunjukkan pengendalian diri dalam menanggapi demonstran," kata juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric.
"Kasus-kasus kekerasan polisi perlu diselidiki. Pasukan kepolisian di seluruh dunia perlu memiliki pelatihan hak asasi manusia yang memadai, dan perlu juga ada investasi dalam dukungan sosial dan psikologis bagi polisi sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan baik dalam hal melindungi masyarakat," imbuhnya seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (2/6/2020).
Dujarric mengatakan di Amerika Serikat, seperti di negara lain mana pun di dunia, keanekaragaman adalah kekayaan dan bukan ancaman.
"Tetapi keberhasilan berbagai masyarakat, di negara mana pun, membutuhkan investasi besar dalam kohesi sosial. Itu berarti mengurangi ketidaksetaraan, menangani kemungkinan bidang diskriminasi, memperkuat perlindungan sosial, dan memberikan peluang bagi semua," tukasnya.
AS dilanda demonstrasi besar-besaran selama lebih dari sepekan. Aksi yang diwarnai dengan kerusuhan ini pecah setelah pria kulit hitam George Floyd tewas usai lehernya dicekik polisi kulit putih dengan lututnya di Minneapolis, Minnesota, Senin pekan lalu. Awalnya, Floyd ditangkap sekitar empat polisi atas tuduhan menggunakan uang kertas palsu.
Hingga kini, lusinan kota di seluruh AS tetap berada di bawah jam malam. Kondisi ini tidak pernah terjadi sejak kerusuhan menyusul pembunuhan aktivis hak-hak sipil Martin Luther King Jr pada tahun 1968 silam. Pasukan Garda Nasional telah dikerahkan di 23 negara bagian dan Washington, D.C.
"Pesan sekretaris jenderal adalah bahwa keluhan harus didengar, tetapi mereka harus diungkapkan dengan cara damai dan pihak berwenang harus menunjukkan pengendalian diri dalam menanggapi demonstran," kata juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric.
"Kasus-kasus kekerasan polisi perlu diselidiki. Pasukan kepolisian di seluruh dunia perlu memiliki pelatihan hak asasi manusia yang memadai, dan perlu juga ada investasi dalam dukungan sosial dan psikologis bagi polisi sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan baik dalam hal melindungi masyarakat," imbuhnya seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (2/6/2020).
Dujarric mengatakan di Amerika Serikat, seperti di negara lain mana pun di dunia, keanekaragaman adalah kekayaan dan bukan ancaman.
"Tetapi keberhasilan berbagai masyarakat, di negara mana pun, membutuhkan investasi besar dalam kohesi sosial. Itu berarti mengurangi ketidaksetaraan, menangani kemungkinan bidang diskriminasi, memperkuat perlindungan sosial, dan memberikan peluang bagi semua," tukasnya.
AS dilanda demonstrasi besar-besaran selama lebih dari sepekan. Aksi yang diwarnai dengan kerusuhan ini pecah setelah pria kulit hitam George Floyd tewas usai lehernya dicekik polisi kulit putih dengan lututnya di Minneapolis, Minnesota, Senin pekan lalu. Awalnya, Floyd ditangkap sekitar empat polisi atas tuduhan menggunakan uang kertas palsu.
Hingga kini, lusinan kota di seluruh AS tetap berada di bawah jam malam. Kondisi ini tidak pernah terjadi sejak kerusuhan menyusul pembunuhan aktivis hak-hak sipil Martin Luther King Jr pada tahun 1968 silam. Pasukan Garda Nasional telah dikerahkan di 23 negara bagian dan Washington, D.C.
(ber)