Tegang dengan AS, Putin dan Erdogan Saling Puji
loading...
A
A
A
SOCHI - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saling memuji selama dan setelah pertemuan tiga jam. Keduanya semakin "mesra" di saat negara mereka bersitegang dengan Amerika Serikat (AS).
Putin memuji pertemuan dengan Erdogan “bermanfaat” dan “produktif”. Mereka bertemu untuk membahas konflik Suriah.
Itu adalah pembicaraan tatap muka pertama mereka dalam 18 bulan terakhir.
Pemimpin Rusia itu menjamu Erdogan di kediamannya di resor Sochi di kawasan Laut Hitam setelah dua minggu mengasingkan diri menyusul wabah virus corona di antara para pembantunya.
Keduanya, yang tidak berbicara kepada wartawan setelah pembicaraan itu, diperkirakan membahas krisis di Suriah barat laut di mana pasukan rezim Suriah dan Rusia telah meningkatkan serangan udara dalam beberapa pekan terakhir.
Pada hari Selasa, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan Ankara berharap pembicaraan akan menghasilkan kembalinya situasi damai sesuai dengan kesepakatan kedua pihak.
Dalam pertemuan pasca-negosiasi yang hangat, yang mencakup diskusi tentang tingkat antibodi virus corona mereka, Putin berterima kasih kepada Erdogan. "Kunjungan ini berguna dan informatif," katanya.
"Kami akan menghubungi (Anda)," ujarnya.
Menulis di Twitter, Erdogan memuji pembicaraan itu “produktif”.
Rusia dan Turki secara historis memiliki hubungan yang kompleks, menyeimbangkan persaingan regional dengan menemukan kesamaan dalam kepentingan ekonomi dan strategis.
Dalam beberapa tahun terakhir, kedua kekuatan tersebut telah bentrok khususnya di Suriah, di mana Moskow dan Ankara mendukung kubu yang berseberangan dalam perang saudara.
Di Suriah, mereka tahun lalu mensponsori kesepakatan gencatan senjata di wilayah barat laut Idlib, rumah bagi kubu jihadis dan pemberontak besar terakhir di barat laut Suriah.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan setidaknya 11 milisi dari kelompok pemberontak pro-Turki telah tewas hari Minggu dalam serangan udara Rusia di luar kota Afrin di Suriah utara.
Pemantau perang itu mengatakan serangan Rusia seperti itu jarang terjadi di wilayah Suriah tersebut, yang telah dikendalikan oleh Turki dan sekutu pemberontak Suriah-nya selama tiga tahun.
Sebelumnya pada hari itu, Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa dia yakin ada manfaat besar dalam “Turki dan Rusia menjaga hubungan yang lebih kuat setiap hari”.
“Langkah-langkah yang kami ambil dengan Rusia terkait dengan Suriah sangat penting,” kata Erdogan. “Perdamaian di sana tergantung pada hubungan Turki-Rusia.”
Kedua negara juga berada di pihak yang berbeda dalam konflik tahun lalu antara Armenia dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri.
“Negosiasi terkadang sulit—tetapi dengan hasil akhir yang positif,” kata Putin kepada Erdogan.
Putin menambahkan bahwa mereka telah belajar untuk menemukan kompromi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Kedua negara telah tumbuh lebih dekat dalam beberapa tahun terakhir berkat ketegangan antara Moskow dan Barat dan hubungan Ankara yang semakin rampuh dengan AS—sekutunya di keanggotaan NATO.
Pada 2019, Turki menyetujui pembelian multi-miliar dollar sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia yang menyebabkan AS menjatuhkan sanksi kepada Ankara tahun lalu.
Putin memuji pertemuan dengan Erdogan “bermanfaat” dan “produktif”. Mereka bertemu untuk membahas konflik Suriah.
Itu adalah pembicaraan tatap muka pertama mereka dalam 18 bulan terakhir.
Pemimpin Rusia itu menjamu Erdogan di kediamannya di resor Sochi di kawasan Laut Hitam setelah dua minggu mengasingkan diri menyusul wabah virus corona di antara para pembantunya.
Keduanya, yang tidak berbicara kepada wartawan setelah pembicaraan itu, diperkirakan membahas krisis di Suriah barat laut di mana pasukan rezim Suriah dan Rusia telah meningkatkan serangan udara dalam beberapa pekan terakhir.
Pada hari Selasa, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan Ankara berharap pembicaraan akan menghasilkan kembalinya situasi damai sesuai dengan kesepakatan kedua pihak.
Dalam pertemuan pasca-negosiasi yang hangat, yang mencakup diskusi tentang tingkat antibodi virus corona mereka, Putin berterima kasih kepada Erdogan. "Kunjungan ini berguna dan informatif," katanya.
"Kami akan menghubungi (Anda)," ujarnya.
Menulis di Twitter, Erdogan memuji pembicaraan itu “produktif”.
Rusia dan Turki secara historis memiliki hubungan yang kompleks, menyeimbangkan persaingan regional dengan menemukan kesamaan dalam kepentingan ekonomi dan strategis.
Dalam beberapa tahun terakhir, kedua kekuatan tersebut telah bentrok khususnya di Suriah, di mana Moskow dan Ankara mendukung kubu yang berseberangan dalam perang saudara.
Di Suriah, mereka tahun lalu mensponsori kesepakatan gencatan senjata di wilayah barat laut Idlib, rumah bagi kubu jihadis dan pemberontak besar terakhir di barat laut Suriah.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan setidaknya 11 milisi dari kelompok pemberontak pro-Turki telah tewas hari Minggu dalam serangan udara Rusia di luar kota Afrin di Suriah utara.
Pemantau perang itu mengatakan serangan Rusia seperti itu jarang terjadi di wilayah Suriah tersebut, yang telah dikendalikan oleh Turki dan sekutu pemberontak Suriah-nya selama tiga tahun.
Sebelumnya pada hari itu, Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa dia yakin ada manfaat besar dalam “Turki dan Rusia menjaga hubungan yang lebih kuat setiap hari”.
“Langkah-langkah yang kami ambil dengan Rusia terkait dengan Suriah sangat penting,” kata Erdogan. “Perdamaian di sana tergantung pada hubungan Turki-Rusia.”
Kedua negara juga berada di pihak yang berbeda dalam konflik tahun lalu antara Armenia dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri.
“Negosiasi terkadang sulit—tetapi dengan hasil akhir yang positif,” kata Putin kepada Erdogan.
Putin menambahkan bahwa mereka telah belajar untuk menemukan kompromi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Kedua negara telah tumbuh lebih dekat dalam beberapa tahun terakhir berkat ketegangan antara Moskow dan Barat dan hubungan Ankara yang semakin rampuh dengan AS—sekutunya di keanggotaan NATO.
Pada 2019, Turki menyetujui pembelian multi-miliar dollar sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia yang menyebabkan AS menjatuhkan sanksi kepada Ankara tahun lalu.
(min)