Terungkap, Biden Tawarkan Bantuan Militer kepada Ghani Jelang Kejatuhan Kabul

Rabu, 01 September 2021 - 20:37 WIB
loading...
Terungkap, Biden Tawarkan Bantuan Militer kepada Ghani Jelang Kejatuhan Kabul
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Gedung Putih, di Washington, AS, 25 Juni 2021. Foto/REUTERS/Jonathan Ernst
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sempat terlibat pembicaraan via telepon dengan mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani . Hal itu terungkap dalam transkip yang didapatkan oleh Reuters.

Dalam pembicaraan selama 14 menit itu, Biden sempat menawarkan bantuan militer kepada Ghani jika ia secara terbuka memproyeksikan rencananya untuk mengendalikan situasi di Afghanistan.

Untuk diketahui, pembicaraan via telepon ini terjadi tiga minggu sebelum Ibu Kota Afghanistan Kabul jatuh ke tangan Taliban dan Ghani melarikan diri dari negara itu.



"Kami akan terus memberikan dukungan udara jarak dekat, jika kami tahu apa rencananya,” kata Biden seperti dikutip dari Reuters, Rabu (1/9/2021).

Dalam pembicaraan itu, Biden fokus pada apa yang disebutnya sebagai masalah “persepsi” pemerintah Afghanistan.

“Saya tidak perlu memberi tahu Anda persepsi di seluruh dunia dan di beberapa bagian Afghanistan, saya percaya, adalah bahwa segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik dalam hal perang melawan Taliban,” ucap Biden.

“Dan ada kebutuhan, apakah itu benar atau tidak, ada kebutuhan untuk memproyeksikan gambaran yang berbeda,” imbuhnya.

Presiden AS itu juga menyarankan Ghani untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang kuat Afghanistan sebagai srategi militer ke depan, dan kemudian menempatkan seorang "pejuang" yang bertanggung jawab atas upaya tersebut. Biden tampaknya merujuk pada Menteri Pertahanan Afghanistan Jenderal Bismillah Khan Mohammadi.

Biden mengatakan kepada Ghani bahwa jika tokoh politik terkemuka Afghanistan memberikan konferensi pers bersama, mendukung strategi militer baru, itu akan mengubah persepsi.

"Dan itu akan sangat mengubah pikiran saya,” cetusnya.

Biden juga memuji angkatan bersenjata Afghanistan, yang dilatih dan didanai oleh pemerintah AS.

“Anda jelas memiliki militer terbaik,” katanya kepada Ghani. “Anda memiliki 300.000 pasukan bersenjata lengkap versus 70-80.000 dan mereka jelas mampu berperang dengan baik,” pujinya.



Sementara pada gilirannya Ghani mengatakan kepada Biden bahwa ia yakin akan ada perdamaian jika ia menyeimbangkan kembali solusi militer.

"Kita harus bergerak cepat," ia menambahkan.

"Kami menghadapi invasi skala penuh, terdiri dari Taliban, perencanaan penuh dan dukung logistik Pakistan, dan setidaknya 10-15 ribu teroris internasional, sebagian besar orang Pakistan dilemparkan ke dalam ini," urai Ghani.

Pejabat pemerintah Afghanistan, dan pakar AS, selama ini secara konsisten menunjuk dukungan Pakistan untuk Taliban sebagai kunci kebangkitan kelompok itu.

Afghanistan menjanjikan perubahan dalam strategi militernya, untuk mulai fokus melindungi pusat populasi – kota-kota besar – daripada berjuang untuk melindungi wilayah pedesaan. Biden merujuk menyetujui strategi itu. Dia mengatakan bahwa hal itu akan membantu tidak hanya di lapangan tetapi dalam "persepsi" internasional yang diperlukan untuk menopang dukungan dunia bagi pemerintah Afghanistan.

“Saya bukan orang militer, jadi saya tidak memberi tahu Anda seperti apa seharusnya rencana itu, Anda tidak hanya akan mendapatkan lebih banyak bantuan, tetapi Anda akan mendapatkan persepsi yang akan berubah,” kata Biden.

Ghani, pada bagiannya, meyakinkan Biden.

“Jaminan dukungan Anda sangat membantu kami, untuk benar-benar memobilisasi kami dengan sungguh-sungguh,” ujar Ghani.



Dalam waktu kurang dari dua minggu setelah pembicaraan telepon Biden dengan Ghani, Taliban merebut beberapa ibu kota provinsi Afghanistan dan Amerika Serikat mengatakan terserah pasukan keamanan Afghanistan untuk mempertahankan negara itu.

“Ini adalah kekuatan militer mereka, ini adalah ibu kota provinsi mereka, rakyat mereka untuk dipertahankan,” kata juru bicara Pentagon John Kirby pada 9 Agustus.

Pada 11 Agustus, laporan intelijen AS mengindikasikan pejuang Taliban dapat mengisolasi Ibu Kota Afghanistan dalam 30 hari dan mungkin mengambil alih dalam dalam waktu 90 hari. Sebaliknya, kejatuhan terjadi dalam waktu kurang dari seminggu.

Gedung Putih menolak untuk mengomentari laporan ini.

Sedangkan Kedutaan Besar Pakistan di Washington membantah tuduhan tersebut.

“Jelas mitos pejuang Taliban yang menyeberang dari Pakistan sayangnya merupakan alasan dan renungan yang dijajakan oleh Ashraf Ghani untuk membenarkan kegagalannya memimpin dan memerintah,” kata juru bicara kedutaan kepada Reuters.

Reuters juga telah mencoba menghubungi staf Ghani untuk laporan ini, melalui telepon dan SMS, tetapi tidak berhasil.

Pernyataan publik terakhir dari Ghani, yang diyakini berada di Uni Emirat Arab, datang pada 18 Agustus. Dia mengatakan dia melarikan diri dari Afghanistan untuk mencegah pertumpahan darah.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1122 seconds (0.1#10.140)