Bandelnya Warga India, Berkerumun Besar saat COVID-19 Mencengkeram
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Pemerintah India mengecam kerumunan besar warga di tempat-tempat wisata utara yang populer. Perilaku tersebut dinyatakan sebagai “pelanggaran berat” terhadap langkah-langkah protokol kesehatan yang dapat memicu lonjakan kasus infeksi COVID-19.
Para warga di negara berpenduduk 1,3 miliar itu tetap bandel melanggar protokol kesehatan. Padahal, negara tersebut telah dilanda gelombang kasus infeksi dan kematian terkait COVID-19 pada bulan April dan Mei yang memicu krisis pada sistem perawatan kesehatan.
Krisis dianggap mulai mereda, di mana banyak negara bagian mencabut pembatasan dan membuka kembali tempat-tempat liburan.
Dengan teriknya India utara di musim panas menjelang datangnya musim hujan tahunan, banyak orang melakukan perjalanan ke negara bagian Uttarakhand dan Himachal Pradesh di Himalaya yang indah.
Kemarahan publik bermunculan setelah gambar dan video beredar di media sosial tentang kemacetan lalu lintas dalam perjalanan ke situs-situs populer dan sejumlah besar kerumunan orang—beberapa tanpa masker—mengunjungi distrik perbelanjaan tanpa menjaga jarak.
"Virus ini masih ada di antara kita...Satu kesalahan dapat memberi virus kesempatan untuk menyebar di antara kita," kata pejabat senior Kementerian Kesehatan Lav Agarwal dalam konferensi pers hari Selasa yang dilansir AFP, Rabu (7/7/2021).
Foto-foto dan video yang beredar menunjukkan area-area ramai yang mencakup pasar di Ibu Kota India; New Delhi, dan pusat keuangan Mumbai."Pelanggaran berat terhadap perilaku yang sesuai COVID dapat membatalkan keuntungan sejauh ini," bunyi salah satu keterangan pada foto yang ramai beredar di media sosial.
“Gambar-gambarnya menakutkan,” imbuh Balram Bhargava, direktur jenderal urusan pandemi di Dewan Penelitian Medis India.
Menurut laporan media lokal, dua pasar di Delhi diperintahkan ditutup oleh pihak berwenang minggu ini karena penuh sesak.
India telah melaporkan lebih dari 30 juta kasus infeksi dan lebih dari 400.000 kematian terkait COVID-19. Para ahli mengatakan jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi di tengah klaim underreporting.
Para warga di negara berpenduduk 1,3 miliar itu tetap bandel melanggar protokol kesehatan. Padahal, negara tersebut telah dilanda gelombang kasus infeksi dan kematian terkait COVID-19 pada bulan April dan Mei yang memicu krisis pada sistem perawatan kesehatan.
Krisis dianggap mulai mereda, di mana banyak negara bagian mencabut pembatasan dan membuka kembali tempat-tempat liburan.
Dengan teriknya India utara di musim panas menjelang datangnya musim hujan tahunan, banyak orang melakukan perjalanan ke negara bagian Uttarakhand dan Himachal Pradesh di Himalaya yang indah.
Kemarahan publik bermunculan setelah gambar dan video beredar di media sosial tentang kemacetan lalu lintas dalam perjalanan ke situs-situs populer dan sejumlah besar kerumunan orang—beberapa tanpa masker—mengunjungi distrik perbelanjaan tanpa menjaga jarak.
"Virus ini masih ada di antara kita...Satu kesalahan dapat memberi virus kesempatan untuk menyebar di antara kita," kata pejabat senior Kementerian Kesehatan Lav Agarwal dalam konferensi pers hari Selasa yang dilansir AFP, Rabu (7/7/2021).
Foto-foto dan video yang beredar menunjukkan area-area ramai yang mencakup pasar di Ibu Kota India; New Delhi, dan pusat keuangan Mumbai."Pelanggaran berat terhadap perilaku yang sesuai COVID dapat membatalkan keuntungan sejauh ini," bunyi salah satu keterangan pada foto yang ramai beredar di media sosial.
“Gambar-gambarnya menakutkan,” imbuh Balram Bhargava, direktur jenderal urusan pandemi di Dewan Penelitian Medis India.
Menurut laporan media lokal, dua pasar di Delhi diperintahkan ditutup oleh pihak berwenang minggu ini karena penuh sesak.
India telah melaporkan lebih dari 30 juta kasus infeksi dan lebih dari 400.000 kematian terkait COVID-19. Para ahli mengatakan jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi di tengah klaim underreporting.
(min)