Viral, Video Pria Tua Muslim di India Dipukuli dan Dipotong Janggutnya

Jum'at, 18 Juni 2021 - 15:17 WIB
loading...
Viral, Video Pria Tua Muslim di India Dipukuli dan Dipotong Janggutnya
Sufi Abdul Samad, 72, pria tua muslim di India dipukuli sekelompok pria dan janggutnya dipotong. Video serangan ini telah viral di media sosial India. Foto/Tribune.com.pk/Twitter
A A A
LUCKNOW - Polisi di India telah memanggil pejabat tinggi Twitter di negara itu setelah menolak menghentikan penyebaran video yang dianggap menyebarkan kebencian dan permusuhan. Video yang viral itu menunjukkan seorang pria muslim tua dipukuli beberapa orang dan janggutnya dipotong.

Pada 5 Juni lalu, Sufi Abdul Samad,72, tiba-tiba didatangi sekelompok pria dan dipukuli. Salah satu penyerang memotong janggut pria muslim tersebut. Selama serangan berlangsung, korban diteriaki "mata-mata Pakistan".



Meski kejadian itu telah berlangsung lebih dari sepekan, namun video serangan itu viral di media sosial India. Viralnya video tersebut membuat polisi cemas karena berpotensi menyulut kerusuhan komunal.

Polisi di Ghaziabad di Negara Bagian Uttar Pradesh utara minggu ini mendaftarkan sebuah kasus terkait penyebaran video tersebut. Laporan polisi menyebutkan nama Twitter Inc, unit lokalnya dan tujuh lainnya.

Kontroversi muncul ketika pemerintah federal India telah bersitegang dengan Twitter atas ketidakpatuhan perusahaan itu terhadap aturan federal tertentu, meningkatkan kekhawatiran bahwa platform tersebut mungkin tidak lagi menikmati perlindungan terhadap konten yang dibuat pengguna.

Dalam pemberitahuan hari Kamis kemarin, polisi Ghaziabad menulis kepada kepala Twitter India, Manish Maheshwari, untuk menghadap dalam waktu tujuh hari sejak diterimanya panggilan tersebut.

“Beberapa orang menggunakan akun Twitter mereka untuk menyebarkan kebencian dan permusuhan di masyarakat dan Twitter tidak menyadarinya,” bunyi surat pemberitahuan tersebut, yang dilihat oleh Reuters, Jumat (18/6/2021).



“Tulisan dan karya yang mempromosikan permusuhan dan memengaruhi keharmonisan antara komunitas yang berbeda di negara dan negara didorong dan pesan anti-masyarakat semacam itu dibiarkan menjadi viral.”
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1184 seconds (0.1#10.140)