Kubu Oposisi Israel Bersatu Ingin Gulingkan Netanyahu
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Berbagai kubu oposisi telah bergabung dalam sebuah koalisi untuk membentuk pemerintahan baru Israel . Mereka kompak akan menggulingkan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu .
Netanyahu merupakan pemimpin terlama di negara Yahudi tersebut.
Naftali Bennett, mantan menteri pertahanan di kabinet Netanyahu, dan pemimpin oposisi Yair Lapid akan memimpin partai-partai oposisi di bawah perjanjian baru yang akan membagi kekuasaan dalam "pemerintahan persatuan".
Bennett akan mengambil alih kekuasaan sebagai perdana menteri terlebih dahulu, dan kemudian Lapid jika mereka berhasil menggulingkan Netanyahu dari kekuasaan.
"Kita bisa pergi ke pemilu kelima, pemilu keenam, sampai rumah kita menimpa kita, atau kita bisa menghentikan kegilaan dan mengambil tanggung jawab," kata Bennett pada hari Minggu saat mengumumkan pembentukan koalisi anti-Netanyahu.
"Pemerintah persatuan diperlukan untuk menyelamatkan Israel dari kekacauannya," ujarnya.
Koalisi ini akan memiliki waktu satu minggu untuk menyelesaikan kesepakatan dan kemudian akan menghadapi pemungutan suara di Knesset atau Parlemen.
Lapid akan memberi tahu Presiden Reuven Rivlin tentang kemampuannya membentuk pemerintahan baru dengan mitranya pada hari Senin (31/5/2021), seperti dikutip Times of Israel.
Netanyahu, yang telah menghadapi empat pemilu dalam dua tahun serta tuduhan korupsi, telah mencoba menawarkan gaya rotasi untuk pemerintah, tetapi ditolak, karena koalisi oposisi memiliki tujuan bersama untuk menggulingkan Netanyahu dari jabatannya.
Dalam pesan hari Minggu yang di-posting di Twitter, PM Netanyahu mengecam saingannya dan kesepakatan koalisi sebagai "penipuan abad ini".
Dia menambahkan bahwa konflik baru-baru ini dengan Hamas membuktikan bahwa Israel tidak dapat berfungsi dengan "pemerintah sayap kiri".
"Kami baru saja keluar dari perang, dari operasi militer, dan jelas, di tengah pertempuran, tidak mungkin bertempur dengan Hamas dari pemerintah sayap kiri," katanya, yang mengusulkan agar mereka membentuk pemerintah sayap kanan Israel sebagai gantinya.
Netanyahu merupakan pemimpin terlama di negara Yahudi tersebut.
Naftali Bennett, mantan menteri pertahanan di kabinet Netanyahu, dan pemimpin oposisi Yair Lapid akan memimpin partai-partai oposisi di bawah perjanjian baru yang akan membagi kekuasaan dalam "pemerintahan persatuan".
Bennett akan mengambil alih kekuasaan sebagai perdana menteri terlebih dahulu, dan kemudian Lapid jika mereka berhasil menggulingkan Netanyahu dari kekuasaan.
"Kita bisa pergi ke pemilu kelima, pemilu keenam, sampai rumah kita menimpa kita, atau kita bisa menghentikan kegilaan dan mengambil tanggung jawab," kata Bennett pada hari Minggu saat mengumumkan pembentukan koalisi anti-Netanyahu.
"Pemerintah persatuan diperlukan untuk menyelamatkan Israel dari kekacauannya," ujarnya.
Koalisi ini akan memiliki waktu satu minggu untuk menyelesaikan kesepakatan dan kemudian akan menghadapi pemungutan suara di Knesset atau Parlemen.
Lapid akan memberi tahu Presiden Reuven Rivlin tentang kemampuannya membentuk pemerintahan baru dengan mitranya pada hari Senin (31/5/2021), seperti dikutip Times of Israel.
Netanyahu, yang telah menghadapi empat pemilu dalam dua tahun serta tuduhan korupsi, telah mencoba menawarkan gaya rotasi untuk pemerintah, tetapi ditolak, karena koalisi oposisi memiliki tujuan bersama untuk menggulingkan Netanyahu dari jabatannya.
Dalam pesan hari Minggu yang di-posting di Twitter, PM Netanyahu mengecam saingannya dan kesepakatan koalisi sebagai "penipuan abad ini".
Dia menambahkan bahwa konflik baru-baru ini dengan Hamas membuktikan bahwa Israel tidak dapat berfungsi dengan "pemerintah sayap kiri".
"Kami baru saja keluar dari perang, dari operasi militer, dan jelas, di tengah pertempuran, tidak mungkin bertempur dengan Hamas dari pemerintah sayap kiri," katanya, yang mengusulkan agar mereka membentuk pemerintah sayap kanan Israel sebagai gantinya.
(min)