Presiden Irak Akui Jadi Tuan Rumah Perundingan Arab Saudi dan Iran
loading...
A
A
A
BAGHDAD - Presiden Irak Barham Salih mengkonfirmasi laporan terbaru bahwa negaranya mengadakan lebih dari satu putaran perundingan antara Arab Saudi dan Iran .
Salih mengungkapkan hal itu selama wawancara yang disiarkan langsung secara online dengan lembaga think tank Beirut Institute.
Dia menggambarkan pembicaraan yang sedang berlangsung itu "penting dan signifikan". Namun dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang isi pembicaraan.
Bulan lalu seorang pejabat senior Saudi membantah bahwa Irak menjadi tuan rumah perundingan rahasia antara dua rival regional tersebut.
Meski demikian, Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan pihaknya menyambut baik mediasi Irak dalam membantu memperbaiki hubungan dengan negara-negara Teluk Arab. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Duta Besar Iran untuk Baghdad Iraj Masjedi.
Pada Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengumumkan bahwa Republik Islam siap mengadakan perundingan dengan Riyadh "di tingkat apa pun dan dalam bentuk apa pun".
Sikap Iran itu menyusul pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dalam wawancara bahwa kerajaan ingin membangun hubungan "baik" dengan Iran sebagai negara tetangga.
Iran dan Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik pada 2016 setelah Riyadh mengeksekusi ulama dan aktivis Syiah terkemuka, Nimr Baqir Al-Nimr yang memicu protes, baik di dalam negeri di kota provinsi timur Qatif dan di Iran di mana massa menggeledah dan membakar Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran.
Kedua negara juga terlibat beberapa perang proksi di kawasan dengan persaingan yang didasarkan pada ideologi sektarian dan motif geopolitik.
Salih mengungkapkan hal itu selama wawancara yang disiarkan langsung secara online dengan lembaga think tank Beirut Institute.
Dia menggambarkan pembicaraan yang sedang berlangsung itu "penting dan signifikan". Namun dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang isi pembicaraan.
Bulan lalu seorang pejabat senior Saudi membantah bahwa Irak menjadi tuan rumah perundingan rahasia antara dua rival regional tersebut.
Meski demikian, Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan pihaknya menyambut baik mediasi Irak dalam membantu memperbaiki hubungan dengan negara-negara Teluk Arab. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Duta Besar Iran untuk Baghdad Iraj Masjedi.
Pada Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengumumkan bahwa Republik Islam siap mengadakan perundingan dengan Riyadh "di tingkat apa pun dan dalam bentuk apa pun".
Sikap Iran itu menyusul pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dalam wawancara bahwa kerajaan ingin membangun hubungan "baik" dengan Iran sebagai negara tetangga.
Iran dan Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik pada 2016 setelah Riyadh mengeksekusi ulama dan aktivis Syiah terkemuka, Nimr Baqir Al-Nimr yang memicu protes, baik di dalam negeri di kota provinsi timur Qatif dan di Iran di mana massa menggeledah dan membakar Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran.
Kedua negara juga terlibat beberapa perang proksi di kawasan dengan persaingan yang didasarkan pada ideologi sektarian dan motif geopolitik.
(sya)