Resmi, Biden Akui Genosida Armenia oleh Kekaisaran Ottoman

Minggu, 25 April 2021 - 07:30 WIB
loading...
Resmi, Biden Akui Genosida...
Presiden AS Joe Biden secara resmi mengakui pembantaian orang-orang Armenia pada Perang Dunia I oleh Kekaisaran Ottoman sebagai genosida. Foto/Vox
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden secara resmi mengakui pembantaian orang-orang Armenia oleh KesultananOttoman sebagai genosida . Biden menjadi presiden AS pertama yang melakukan hal itu, mempertaruhkan potensi perpecahan dengan Turki tetapi menandakan komitmennya terhadap hak asasi manusia global.

"Setiap tahun pada hari ini, kami mengingat kehidupan semua orang yang meninggal dalam genosida Armenia era Ottoman dan berkomitmen kembali untuk mencegah kekejaman seperti itu terjadi lagi," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang menandai peringatan 106 tahun dimulainya pembantaian.

"Hari ini, saat kita berduka atas apa yang hilang, marilah kita juga mengalihkan pandangan kita ke masa depan - menuju dunia yang ingin kita bangun untuk anak-anak kita. Dunia yang tidak ternoda oleh kejahatan sehari-hari dari kefanatikan dan intoleransi, di mana hak asasi manusia dihormati , dan di mana semua orang dapat mengejar hidup mereka dengan bermartabat dan aman," sambung Biden.

"Mari kita perbarui tekad kita bersama untuk mencegah kekejaman di masa depan terjadi di mana pun di dunia. Dan mari kita mengupayakan penyembuhan dan rekonsiliasi untuk semua orang di dunia," kata Biden seperti dikutip dari CNN, Minggu (25/4/2021).

Langkah tersebut memenuhi janji kampanye Biden untuk akhirnya menggunakan kata genosida untuk menggambarkan pembunuhan sistematis dan deportasi lebih dari satu abad lalu. Para pendahulu Biden di Gedung Putih telah berhenti menggunakan kata-kata itu, karena khawatir akan merusak hubungan dengan sekutu regional utamanya.



Presiden Barack Obama dan Donald Trump sama-sama menghindari penggunaan kata genosida untuk menghindari kemarahan Ankara.

Tetapi Biden telah memutuskan bahwa hubungan dengan Turki dan Erdogan - yang telah memburuk selama beberapa tahun terakhir - tidak boleh mencegah penggunaan istilah yang akan memvalidasi penderitaan orang-orang Armenia lebih dari satu abad yang lalu dan menandakan komitmen terhadap hak asasi manusia hari ini.

Sebelumnya, Biden telah berbicara melalui telepon dengan Erdogan pada hari Jumat. Ini adalah percakapan pertamanya dengan pemimpin Turki itu sejak menjabat sebagai Presieden AS. Jangka waktu yang lama tanpa komunikasi telah ditafsirkan sebagai tanda bahwa Biden kurang mementingkan hubungan AS dengan Turki ke depannya.

Kedua pria itu sepakat untuk bertemu langsung di sela-sela KTT NATO pertengahan Juni ini di Brussels. Gedung Putih mengatakan Biden menyampaikan minatnya pada hubungan bilateral yang konstruktif dengan area kerja sama yang diperluas dan manajemen perselisihan yang efektif, tetapi pernyataan itu tidak menyebutkan masalah genosida Armenia.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
Hamas Senang Trump Cabut...
Hamas Senang Trump Cabut Rencana AS Usir Warga Gaza
Ukraina Kehabisan Rudal...
Ukraina Kehabisan Rudal ATACMS Amerika untuk Melawan Rusia
Donald Trump: Tidak...
Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Rakyat Palestina dari Gaza
Ukraina Setuju Gencatan...
Ukraina Setuju Gencatan Senjata 30 Hari, Ini Respons Rusia
7 Fakta Donald Trump...
7 Fakta Donald Trump Memecat Tentara Transgender AS, dari 12.000 Prajurit LGBT hingga Bumerang Kepalsuan
7 Negara yang Berebut...
7 Negara yang Berebut Kekuasaan di Arktik, Rusia Jadi Jagoannya
Profil Linda McMahon,...
Profil Linda McMahon, Menteri Pendidikan AS Era Trump yang Pecat 50 Persen Pegawainya
Profil Mahmoud Khalil,...
Profil Mahmoud Khalil, Aktivis Muslim AS yang Ditangkap karena Menentang Kebijakan Donald Trump
Rekomendasi
PSI Yakin Ada Alasan...
PSI Yakin Ada Alasan Kuat di Balik Penundaan Pengangkatan CPNS dan PPPK
Shahabi Sakri Jadi Saingan...
Shahabi Sakri Jadi Saingan Ajil Ditto? Rebutin Davina Karamoy di Series Culture Shock!
Kisah Hikmah : Nilai...
Kisah Hikmah : Nilai Umur Manusia di Bulan Ramadan
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
22 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
2 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
3 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
3 Senjata Rusia yang...
3 Senjata Rusia yang Paling Ditakuti oleh Militer Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved