AS dan NATO Kompak, Tarik Pasukan dari Afghanistan Sebelum 11 September
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Sebanyak 7.000 pasukan NATO diperkirakan akan meninggalkan Afghanistan bersama dengan pasukan Amerika Serikat (AS) sebelum 11 September. Ini mengakhiri dua dekade intervensi militer di negara itu.
Rencana penarikan itu kini sedang dibahas oleh menteri luar negeri dan pertahanan NATO pada pertemuan virtual sehari setelah AS mengatakan akan menarik 2.500 tentaranya yang tersisa atas perintah Presiden Joe Biden.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang tiba di markas NATO di Brussel sebelum pertemuan itu mengatakan sudah waktunya bagi aliansi militer tersebut untuk mundur dari Afghanistan, di tengah kekhawatiran bahwa Taliban dapat mengambil alih Kabul.
“Saya di sini untuk bekerja sama dengan sekutu kita, dengan sekretaris jenderal (NATO), dengan prinsip yang telah kami tetapkan sejak awal: bersama-sama, beradaptasi bersama, dan keluar bersama,” kata Blinken dalam pernyataan yang disiarkan televisi di markas NATO.
"Kami akan bekerja sangat erat dalam beberapa bulan mendatang untuk penarikan pasukan kami yang aman, disengaja dan terkoordinasi dari Afghanistan," ujar Blinken, berdiri di samping sekretaris jenderal NATO Jens Stoltenberg seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (14/4/2021).
Anggota Aliansi tidak diharapkan untuk menentang rencana penarikan penuh sekarang, AS telah memperjelas niatnya - sebagian karena mereka tidak dapat menjamin keamanan pasukan mereka sendiri tanpa kehadiran AS.
Pada hari Selasa, pemerintahan Biden mengatakan akan memulai penarikan pada Mei dan selesai hampir 20 tahun setelah serangan di World Trade Center di New York yang memulai "perang melawan teror" yang panjang. Ancaman dari Taliban ke AS dinilai berada pada level di mana kehadiran militer tidak lagi diperlukan.
Jerman, yang menyumbang 1.300 tentara untuk pelatihan dan misi stabilisasi, mengindikasikan akan mendukung penarikan pasukan menjelang pertemuan virtual.
"Kami selalu berkata: kami akan masuk bersama, kami akan pergi bersama," ucap Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer mengatakan kepada stasiusn televisi ARD.
"Saya untuk penarikan yang tertib dan itulah mengapa saya berasumsi bahwa kami (NATO) akan menyetujuinya hari ini," imbuhnya.
Rincian lebih lanjut diharapkan akan dirilis secepatnya ketika Blinken memberikan konferensi pers dengan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dan Stoltenberg.
Lebih dari 2.300 personel AS tewas dan 20.000 cedera dalam konflik berkepanjangan itu, yang menewaskan sekitar 50.000 warga sipil Afghanistan. Taliban diusir dari Kabul pada awal konflik tetapi belakangan ini situasi keamanan bagi warga sipil semakin memburuk.
Action on Armed Violence, sebuah kelompok penelitian yang memantau kematian dalam konflik, mengatakan pada tahun 2020 bahwa Afghanistan memiliki tingkat korban sipil tertinggi yang dirugikan oleh senjata peledak yang dicatat oleh negara mana pun di dunia, menyalip Suriah. Tahun lalu PBB mencatat 3.035 korban sipil di negara itu.
Keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan itu melewati tenggat waktu 1 Mei untuk penarikan pasukan yang disepakati dengan pemberontak Taliban oleh pemerintahan Donald Trump.
Pemerintahan Trump telah setuju untuk menarik semua pasukan pada Mei, setelah mencapai kesepakatan damai dengan Taliban, di mana kelompok Islam garis keras akan menindak al-Qaeda, berhenti menyerang pasukan internasional dan terlibat dalam negosiasi damai dengan pemerintah Afghanistan.
Rencana penarikan itu kini sedang dibahas oleh menteri luar negeri dan pertahanan NATO pada pertemuan virtual sehari setelah AS mengatakan akan menarik 2.500 tentaranya yang tersisa atas perintah Presiden Joe Biden.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang tiba di markas NATO di Brussel sebelum pertemuan itu mengatakan sudah waktunya bagi aliansi militer tersebut untuk mundur dari Afghanistan, di tengah kekhawatiran bahwa Taliban dapat mengambil alih Kabul.
“Saya di sini untuk bekerja sama dengan sekutu kita, dengan sekretaris jenderal (NATO), dengan prinsip yang telah kami tetapkan sejak awal: bersama-sama, beradaptasi bersama, dan keluar bersama,” kata Blinken dalam pernyataan yang disiarkan televisi di markas NATO.
"Kami akan bekerja sangat erat dalam beberapa bulan mendatang untuk penarikan pasukan kami yang aman, disengaja dan terkoordinasi dari Afghanistan," ujar Blinken, berdiri di samping sekretaris jenderal NATO Jens Stoltenberg seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (14/4/2021).
Anggota Aliansi tidak diharapkan untuk menentang rencana penarikan penuh sekarang, AS telah memperjelas niatnya - sebagian karena mereka tidak dapat menjamin keamanan pasukan mereka sendiri tanpa kehadiran AS.
Pada hari Selasa, pemerintahan Biden mengatakan akan memulai penarikan pada Mei dan selesai hampir 20 tahun setelah serangan di World Trade Center di New York yang memulai "perang melawan teror" yang panjang. Ancaman dari Taliban ke AS dinilai berada pada level di mana kehadiran militer tidak lagi diperlukan.
Jerman, yang menyumbang 1.300 tentara untuk pelatihan dan misi stabilisasi, mengindikasikan akan mendukung penarikan pasukan menjelang pertemuan virtual.
"Kami selalu berkata: kami akan masuk bersama, kami akan pergi bersama," ucap Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer mengatakan kepada stasiusn televisi ARD.
"Saya untuk penarikan yang tertib dan itulah mengapa saya berasumsi bahwa kami (NATO) akan menyetujuinya hari ini," imbuhnya.
Rincian lebih lanjut diharapkan akan dirilis secepatnya ketika Blinken memberikan konferensi pers dengan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dan Stoltenberg.
Lebih dari 2.300 personel AS tewas dan 20.000 cedera dalam konflik berkepanjangan itu, yang menewaskan sekitar 50.000 warga sipil Afghanistan. Taliban diusir dari Kabul pada awal konflik tetapi belakangan ini situasi keamanan bagi warga sipil semakin memburuk.
Action on Armed Violence, sebuah kelompok penelitian yang memantau kematian dalam konflik, mengatakan pada tahun 2020 bahwa Afghanistan memiliki tingkat korban sipil tertinggi yang dirugikan oleh senjata peledak yang dicatat oleh negara mana pun di dunia, menyalip Suriah. Tahun lalu PBB mencatat 3.035 korban sipil di negara itu.
Keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan itu melewati tenggat waktu 1 Mei untuk penarikan pasukan yang disepakati dengan pemberontak Taliban oleh pemerintahan Donald Trump.
Pemerintahan Trump telah setuju untuk menarik semua pasukan pada Mei, setelah mencapai kesepakatan damai dengan Taliban, di mana kelompok Islam garis keras akan menindak al-Qaeda, berhenti menyerang pasukan internasional dan terlibat dalam negosiasi damai dengan pemerintah Afghanistan.
(ian)