Tunjukkan Kartun Nabi Muhammad, Sekolah di Inggris Didemo

Jum'at, 26 Maret 2021 - 08:26 WIB
loading...
Tunjukkan Kartun Nabi...
Sebuah sekolah di Inggris didemo komunitas Muslim setempat, Kamis (25/3/2021) setelah seorang guru mempertontonkan kartun Nabi Muhammad di kelas. Foto/Lee McLean/SWNS
A A A
LONDON - Sebuah sekolah di West Yorkshire, Inggris, didemo komunitas Muslim setempat setelah seorang guru di sekolah tersebut mempertontonkan kartun Nabi Muhammad yang tidak pantas. Kartun yang dipertontonkan itu diambil dari surat kabar satire Prancis, Charlie Hebdo.

Kepala sekolah telah meminta maaf kepada para orangtua siswa. Sedangkan guru yang mempertontonkan kartun itu diskors sambil menunggu penyelidikan formal.



Gary Kibble, kepala sekolah tata bahasa Batley, meminta maaf kepada orangtua atas penggunaan yang tidak tepat dari kartun tersebut selama pelajaran pelajaran agama pekan ini yang memicu protes di luar sekolah pada Kamis pagi.

"Setelah diselidiki, jelas bahwa sumber yang digunakan dalam pelajaran benar-benar tidak tepat dan memiliki kapasitas untuk menyebabkan pelanggaran besar bagi anggota komunitas sekolah kami yang ingin kami sampaikan permintaan maaf yang tulus," kata Kibble dalam email dikirim ke para orangtua, yang menjanjikan penyelidikan lebih lanjut.

Gambar-gambar di media sosial menunjukkan sekitar 30 hingga 40 pengunjuk rasa, banyak yang mengenakan masker, berdemo di luar sekolah. Pasukan polisi berjaga di pintu masuk sekolah dan jalan di luar sekolah.

Huddersfield Examiner melaporkan dari sekolah bahwa protes berlangsung damai saat anak-anak sekolah tiba. Demo itu membuat jam dimulainya belajar ditunda hingga pukul 10.00 pagi.

Polisi West Yorkshire mengatakan bahwa tidak ada denda atau penangkapan yang dilakukan.

Namun, juru bicara Departemen Pendidikan mengutuk protes yang dilaporkan diwarnai ancaman dan melanggar pembatasan COVID-19. "Protes itu sama sekali tidak dapat diterima," kata juru bicara tersebut tanpa disebutkan namanya, seperti dikutip The Guardian, Jumat (26/3/2021).

"Sekolah bebas untuk memasukkan berbagai masalah, ide dan materi dalam kurikulum mereka, termasuk yang menantang atau kontroversial, sesuai dengan kewajiban mereka untuk memastikan keseimbangan politik. Mereka harus menyeimbangkan ini dengan kebutuhan untuk mempromosikan rasa hormat dan toleransi antara orang-orang yang berbeda keyakinan, termasuk dalam memutuskan materi mana yang akan digunakan di kelas," lanjut juru bicara departemen itu.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1844 seconds (0.1#10.140)