Dites pada Monyet, Remdesivir Terbukti Efektif Jadi Obat COVID-19
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Remdesivir, obat antivirus eksperimental, telah terbukti efektif melawan virus corona baru (COVID-19) dalam uji coba yang melibatkan monyet. Uji coba obat ini bagian dari penelitian yang dilakukan para ilmuwan pemerintah Amerika Serikat (AS).
Penelitian—yang merupakan pendahuluan dan belum ditinjau oleh para peneliti sejawat—dirancang untuk mengikuti prosedur pemberian dosis dan pengobatan yang digunakan untuk pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dalam uji coba manusia berskala besar.
Tes oleh para ilmuwan pemerintah AS melibatkan dua kelompok enam monyet rhesus yang sengaja diinfeksi dengan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
Satu kelompok monyet diberikan obat yang dikembangkan oleh Gilead Sciences tersebut. Sedangkan kelompok lainnya tidak.
Kelompok yang menerima obat mendapat dosis intravena pertama mereka 12 jam setelah diinfeksi kemudian setiap hari selama enam hari.
Para ilmuwan, sebagaimana dilansir AFP, Sabtu (18/4/2020), menghitung waktu pengobatan awal terjadi sesaat sebelum virus mencapai tingkat tertinggi di paru-paru hewan.
Hewan yang dirawat menunjukkan peningkatan yang signifikan 12 jam setelah dosis pertama mereka, sebuah tren yang berlanjut selama studi seminggu.
Salah satu dari enam monyet yang dirawat menunjukkan kesulitan bernapas ringan, sementara monyet lain yang tidak diobati mengalami kesulitan pernapasan cepat.
Jumlah virus yang ditemukan di paru-paru secara signifikan lebih rendah pada kelompok monyet yang diobati dibandingkan dengan kelompok yang tidak diobati.
Kelompok monyet yang dirawat juga memiliki lebih sedikit kerusakan paru-paru.
Remdesivir adalah salah satu obat pertama yang diperdebatkan sebagai pengobatan untuk COVID-19 dan uji klinis acaknya berada pada stadium lanjut.
Situs web berita kesehatan Stat pada Kamis melaporkan obat itu telah menunjukkan kemanjuran besar di sebuah rumah sakit Chicago, di mana pasien yang menjadi bagian dari uji coba sedang dirawat.
Lihat Juga: Eks Letkol AS Dukung Klaim Houthi Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika, Ini 3 Alasannya
Penelitian—yang merupakan pendahuluan dan belum ditinjau oleh para peneliti sejawat—dirancang untuk mengikuti prosedur pemberian dosis dan pengobatan yang digunakan untuk pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dalam uji coba manusia berskala besar.
Tes oleh para ilmuwan pemerintah AS melibatkan dua kelompok enam monyet rhesus yang sengaja diinfeksi dengan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
Satu kelompok monyet diberikan obat yang dikembangkan oleh Gilead Sciences tersebut. Sedangkan kelompok lainnya tidak.
Kelompok yang menerima obat mendapat dosis intravena pertama mereka 12 jam setelah diinfeksi kemudian setiap hari selama enam hari.
Para ilmuwan, sebagaimana dilansir AFP, Sabtu (18/4/2020), menghitung waktu pengobatan awal terjadi sesaat sebelum virus mencapai tingkat tertinggi di paru-paru hewan.
Hewan yang dirawat menunjukkan peningkatan yang signifikan 12 jam setelah dosis pertama mereka, sebuah tren yang berlanjut selama studi seminggu.
Salah satu dari enam monyet yang dirawat menunjukkan kesulitan bernapas ringan, sementara monyet lain yang tidak diobati mengalami kesulitan pernapasan cepat.
Jumlah virus yang ditemukan di paru-paru secara signifikan lebih rendah pada kelompok monyet yang diobati dibandingkan dengan kelompok yang tidak diobati.
Kelompok monyet yang dirawat juga memiliki lebih sedikit kerusakan paru-paru.
Remdesivir adalah salah satu obat pertama yang diperdebatkan sebagai pengobatan untuk COVID-19 dan uji klinis acaknya berada pada stadium lanjut.
Situs web berita kesehatan Stat pada Kamis melaporkan obat itu telah menunjukkan kemanjuran besar di sebuah rumah sakit Chicago, di mana pasien yang menjadi bagian dari uji coba sedang dirawat.
Lihat Juga: Eks Letkol AS Dukung Klaim Houthi Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika, Ini 3 Alasannya
(min)