China Ajak Reset Hubungan, AS: Beijing Coba Ngeles dari Kesalahan

Selasa, 23 Februari 2021 - 08:19 WIB
loading...
China Ajak Reset Hubungan,...
Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Diplomat senior China , Wang Yi, mengajak Amerika Serikat (AS) me-reset atau mengatur ulang hubungan kedua negara yang rusak. Namun, Washington merespons dengan menuduh Beijing sedang mencoba mengindari atau ngeles dari kesalahan atas tindakannya.

Wang, seorang anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri China, mengatakan Beijing siap untuk membuka kembali dialog konstruktif setelah hubungan merosot ke level terendah dalam beberapa dekade di bawah mantan presiden Donald Trump.



Namun dia mendesak Washington untuk menghormati kepentingan inti China, berhenti "mencoreng" Partai Komunis China yang berkuasa, berhenti mencampuri urusan dalam negeri Beijing, dan berhenti "berkomplot" dengan pasukan separatis untuk kemerdekaan Taiwan.

Dia meminta Amerika Serikat untuk menghapus pengenaan tarif atas barang-barang China dan meninggalkan apa yang dia katakan sebagai penindasan irasional terhadap sektor teknologi China.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan kepada wartawan; “Komentarnya mencerminkan pola lanjutan dari kecenderungan Beijing untuk menghindari kesalahan atas praktik ekonomi predator, kurangnya transparansi, kegagalannya untuk menghormati perjanjian internasional, dan penindasannya terhadap hak asasi manusia universal."

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan secara terpisah bahwa Amerika Serikat memandang hubungan dengan China sebagai salah satu "persaingan yang kuat".

Sebelum Wang berbicara di sebuah forum yang disponsori oleh Kementerian Luar Negeri, para pejabat memutar rekaman dari "diplomasi ping-pong" tahun 1972 ketika pertukaran pemain tenis meja membuka jalan bagi Presiden AS Richard Nixon untuk mengunjungi China.



"Selama beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat pada dasarnya memutuskan dialog bilateral di semua tingkatan," kata Wang dalam sambutan yang telah disiapkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

"Kami siap untuk melakukan komunikasi yang jujur dengan pihak AS, dan terlibat dalam dialog yang bertujuan untuk memecahkan masalah," ujarnya.

Wang menunjuk pada panggilan baru-baru ini antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden sebagai langkah positif.Biden menggantikan Trump sebagai presiden pada 20 Januari.

Washington dan Beijing telah bentrok di berbagai bidang termasuk perdagangan, tuduhan kejahatan hak asasi manusia terhadap minoritas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang, dan klaim teritorial Beijing di Laut China Selatan yang kaya sumber daya.

Pemerintahan Biden telah mengisyaratkan akan mempertahankan tekanan pada Beijing. Presiden dari Partai Demokrat itu telah menyuarakan keprihatinan tentang praktik perdagangan China yang "memaksa dan tidak adil", dan mendukung keputusan administrasi Trump bahwa China telah melakukan genosida di Xinjiang.

Menghadapi China adalah salah satu dari sedikit area di mana Partai Demokrat dan Partai Republik di Kongres AS menemukan kesamaan.

Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, dalam sebuah pernyataan tentang tindakan keras China di Hong Kong yang pernah semi-otonom, kemarin mendesak untuk mempertimbangkan konsekuensi ketat bagi Beijing.

"Pemerintah China harus tahu bahwa dunia sedang menyaksikan pencekikan hak asasi manusia—dan bahwa kita harus meletakkan semua opsi di atas meja untuk meminta pertanggungjawaban China," kata Pelosi, yang merupakan politisi Demokrat, seperti dikutip Reuters, Selasa (23/2/2021).
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Trump Tuntut Ukraina...
Trump Tuntut Ukraina Bayar Kembali Semua Bantuan AS dengan Bunganya
Trump Pecat Hampir Semua...
Trump Pecat Hampir Semua Karyawan Institut Perdamaian yang Didanai Kongres AS
Eks PM Inggris Tegaskan...
Eks PM Inggris Tegaskan Tidak Ada Alternatif NATO
Iran Tidak Peduli dan...
Iran Tidak Peduli dan Tak Takut dengan Ancaman Trump
Mahasiswi PhD Asal Turki...
Mahasiswi PhD Asal Turki Ini Diculik saat Hendak Berbuka Puasa, Terancam Dideportasi dari AS karena Dituding Mendukung Hamas
Kunjungi Pangkalan Militer,...
Kunjungi Pangkalan Militer, JD Vance Tuding Bujuk Warga Greenland Bergabung dengan AS
AS Ngotot Kuasai Greenland,...
AS Ngotot Kuasai Greenland, Tuding Denmark Gagal Melindungi
Mahasiswa Turki Diculik...
Mahasiswa Turki Diculik Agen AS Saat Akan Berbuka Puasa Gara-Gara Dukungan untuk Palestina
Gempa M 7,1 Guncang...
Gempa M 7,1 Guncang Kepulauan Tonga, Picu Peringatan Tsunami
Rekomendasi
Lautan Pertama di Bumi...
Lautan Pertama di Bumi yang Tidak Berwarna Biru Ditemukan
Malam Takbiran, Masih...
Malam Takbiran, Masih Banyak Pemudik Terjebak di Pantura Cirebon
BSI Ingatkan Nasabah...
BSI Ingatkan Nasabah Waspada Penipuan Bermodus Social Engineering
Berita Terkini
Sambut Idulfitri, Hamas...
Sambut Idulfitri, Hamas Sepakati Proposal Gencatan Senjata Baru dengan Israel
2 jam yang lalu
Israel Larang Umat Islam...
Israel Larang Umat Islam Palestina Gelar Salat Id di Masjid Ibrahimi
4 jam yang lalu
Rakyat Palestina Rayakan...
Rakyat Palestina Rayakan Idulfitri, Israel Intensifkan Serangan Darat dengan Kirim Ribuan Tentara ke Rafah
5 jam yang lalu
Ditinggal AS dan Eropa,...
Ditinggal AS dan Eropa, Presiden Ukraina Memiliki Misi Rahasia ke China dan Brasil
6 jam yang lalu
Agen FSB Rusia Selidiki...
Agen FSB Rusia Selidiki Senjata Sonik di Serbia
7 jam yang lalu
Mengapa Ukraina dan...
Mengapa Ukraina dan AS Kalah 5-0 dalam Perundingan dengan Rusia?
8 jam yang lalu
Infografis
4 Tentara AS Tewas saat...
4 Tentara AS Tewas saat Latihan Tempur di Dekat Sekutu Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved