Gelang Kaki Palsu, Merpati yang Terbang AS-Australia Batal Dibunuh

Jum'at, 15 Januari 2021 - 11:16 WIB
loading...
Gelang Kaki Palsu, Merpati yang Terbang AS-Australia Batal Dibunuh
Gelang kaki palsu, burung merpati yang terbang 13.000 km AS-Australia kemungkinan batal dieksekusi. Foto/AP
A A A
CANBERRA - Seekor burung merpati yang dinyatakan Australia sebagai ancaman biosekuriti kemungkinan batal dibunuh setelah organisasi burung Amerika Serikat (AS) menyatakan gelang kaki pengenalnya palsu.

Sebelumnya burung yang ditemukan di halaman belakang rumah warga di Melbourne pada 26 Desember itu adalah merpati balap yang telah meninggalkan negara bagian Oregon, AS, sejauh 13.000 kilometer, dua bulan sebelumnya.

Atas dasar itu, pihak berwenang Australia mengatakan bahwa mereka menganggap burung itu berisiko membawa penyakit dan berencana membunuhnya.



Tapi Deone Roberts, manajer pengembangan olahraga untuk American Racing Pigeon Union yang berbasis di Oklahoma, mengatakan gelang pengenal yang ada di kaki burung itu palsu.



Menurutnya nomor pita itu milik burung merpati batang biru di AS dan itu bukan jenis burung yang ada di Australia.

“Gelang burung di Australia palsu dan tidak dapat dilacak,” kata Roberts. “Ini pasti memiliki rumah di Australia dan bukan AS,” imbuhnya.

"Seseorang perlu melihat pita itu dan kemudian memahami bahwa burung itu bukan dari AS. Mereka tidak perlu membunuhnya," ujarnya seperti dikutip dari AP, Jumat (15/1/2021).

Dikatakan oleh Roberts bahwa pemalsuan gelang burung semakin sering terjadi. “Orang-orang yang memiliki hobi tanpa sadar membelinya,” jelasnya.

Popularitas balap merpati telah mengalami kebangkitan, dan beberapa burung menjadi sangat berharga. Seorang penggemar balap merpati China mencatat rekor harga USD1,9 juta atau Rp26,7 miliar pada bulan November untuk seekor merpati yang dibesarkan di Belgia.



Departemen Pertanian Australia tidak segera mengatakan apakah gelang kaki palsu itu mengubah rencananya untuk membunuh burung itu.

Departemen tersebut mengatakan pada hari Kamis bahwa merpati tidak diizinkan untuk tinggal di Australia karena itu dapat membahayakan keamanan pangan Australia dan populasi burung liar.

“Ini menimbulkan risiko biosekuriti langsung bagi kehidupan burung Australia dan industri unggas kami,” bunyi pernyataan Departemen Pertanian Australia.

Warga Melbourne Kevin Celli-Bird, yang menemukan burung kurus kering itu di halaman belakang rumahnya, terkejut dengan perkembangan tersebut dan senang bahwa burung yang dia beri nama Joe, setelah presiden terpilih AS, mungkin tidak dibunuh.

“Ya, saya senang tentang itu,” kata Celli-Bird, mengacu pada berita bahwa Joe mungkin bukanlah ancaman keamanan hayati.



Celli-Bird telah menghubungi American Racing Pigeon Union untuk menemukan pemilik burung berdasarkan nomor di pita kaki. Tali pengikat memiliki angka dan simbol, tetapi Celli-Bird tidak mengingat simbol tersebut dan berkata bahwa dia tidak dapat lagi menangkap burung itu karena telah pulih dari kelemahan awalnya.

Burung itu menghabiskan setiap hari di halaman belakang, terkadang dengan merpati asli di pergola. Celli-Bird telah memberinya makanan merpati sejak beberapa hari setelah kedatangannya.

“Saya pikir dia baru saja memutuskan itu adalah rumahnya karena saya telah memberinya makanan dan dia punya tempat untuk minum,” katanya.

Otoritas karantina Australia terkenal sangat ketat. Pada 2015, pemerintah mengancam akan menidurkan dua anjing Yorkshire terrier, Pistol dan Boo, setelah mereka diselundupkan ke negara itu oleh bintang Hollywood Johnny Depp dan mantan istrinya Amber Heard.

Dihadapkan pada tenggat waktu 50 jam untuk meninggalkan Australia, anjing-anjing itu berhasil keluar dengan jet sewaan.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1832 seconds (0.1#10.140)